SCHOOL

86 10 4
                                    

"Jadi apa yang sedang kalian lakukan sekarang?!!!."sentak Sera di dalam guild petualang.

Terlihat Rian,Luis dan Alexander sedang duduk sambil bermain kartu Remi di dalam guild dengan sangat fokus.

Setelah kejadian kemarin, Rian dan yang lain memutuskan untuk berkumpul kembali keesokan harinya untuk membahas tentang monster di gua dan pembagian bayaran, ya oleh Samuel mereka dibayar karena telah memberikan informasi yang bagus.

Tapi lihat apa yang terjadi sekarang, Rian,Luis dan Alexander bermain Remi tanpa memperdulikan apapun, bahkan Sera dan Elena pun hanya bisa menaruh tangan di dadanya.

"Hei, jika kalian hanya ingin datang bermain lebih baik pulang!."

Brak!!!...

Sera langsung memukul meja itu dengan sekuat tenaga hingga menghancurkan meja bahkan membuat seluruh bangunan guild berguncang akibat kemarahannya.

Hunter yang berada disana hanya bisa meneguk ludah dan pura-pura tidak melihat apa yang terjadi, mereka sudah tahu tentang kemampuan Sera yang mengerikan bahkan sampai tidak ada yang berani menatap matanya.

"Ok, aku menang." Ujar Rian menaruh sebuah kartu terakhirnya.

"Anj*Ng!!!, kalah lagi sat!!."balas Luis dengan frustasi.

"Haha, untungnya aku sudah menang 2 kali."sambung Alexander.

Mereka sudah biasa dengan
Omelan Sera yang bahkan bisa
saja menghancurkan seluruh bangunan walau Luis dan Elena baru saja kenal dengan mereka tapi mereka mampu beradaptasi cepat dengan kelompok ini.

"sudah menang kan?, baiklah sekarang kita akan membagi hasil ini."ujar Sera melemparkan sekantong penuh koin emas ke lantai.

"Karena aku sudah kaya jadi aku tidak perlu uang."ujar Alexander sembari membereskan kartu yang berserakan.

"Kami berdua ingin meminta dua puluh persen saja, karena kami datang terlambat saat itu." Ujar Luis mewakili suara Elena.

"Nah aku mungkin tidak perl-."

"Ok, 70 persen uang ini akan diberikan ke Rian dan 20 persen untuk Luis dan Elena dan 10 persennya untuk diriku."

Sebelum bisa menyelesaikan kata-katanya perkataan Rian lantas di potong oleh Sera dan secara sepihak memutuskan pembagian hasil ini.

"He..he, aku belum berpendap-."

"Aku setuju, itu pembagian yang adil." Ujar Alexander sembari tersenyum (menjengkelkan).

"Hmm, ya itu cukup adil bagi kita." Timpal Luis, sementara Elena hanya mengangguk setuju.

"Adil darimananya anj-."

"Syutt..diem sekarang kita akan membagi hasil."ujar Sera mulai menghitung koin emas di lantai.

Rian hanya bisa terdiam menganga melihat Alexander,Sera dan yang lain menghitung koin emas satu persatu hanya untuk diberi ke Rian.

Sementara kantong berisi koin emas pemberian Henry ayah dari Alexander untuk bekal perjalanan ini belum habis, dia malah mendapatkan uang lagi.

Setelah beberapa saat akhirnya semua menerima jatahnya kecuali Alexander yang memang menolak dengan alasan dia sudah terlalu kaya.

"Baiklah sudah selesai, karena semua sudah kebagian jatah kita bisa pulang sekarang."ujar Sera sembari tersenyum.

"Tapi..ini terlalu banyak."timpal Rian memegang hasil pembagian tersebut.

Plak..

Sekantong penuh emas di lempar oleh Alexander ke wajah Rian, tanpa perasaan bersalah Alexander tersenyum.

"Aku tambahin."ujar Alexander.

"Aku gak miskin!!!."teriak Rian.

Semua yang ada disana tertawa terbahak-bahak, bukannya pulang setelah melakukan pembagian tapi mereka malah berbincang-bincang dari pagi dan keterusan sampai tak sadar jika matahari sudah mulai terbenam.

"Hei, kenapa kalian ke ibukota?."tanya Sera sembari meneguk susu yang dia pesan.

"Hmm, aku dan Elena ke ibukota karena ingin mendaftar ke sekolah elit negeri ini yang akan diadakan Minggu depan."ujar Luis yang disambut oleh anggukan Elena.

"Wah, berarti tujuan kita sama dong bedanya aku juga mencari tunanganku."timpal Alexander.

"Hah??, kau sudah punya tunangan?!"

Rian,Sera dan Luis serentak berkata dengan penuh terkejut sementara Elena hanya diam menatap tapi di dalam otaknya dia juga tidak menyangka Alexander memiliki pasangan.

"Menurutmu kenapa aku memakai cincin ini?."balas Alexander sembari menunjukkan jari manis yang terdapat sebuah cincin emas di sela-selanya.

"Wah, itu mengejutkan sekali..aku tidak menyangka modelan seperti dirimu punya tunangan."ejek Rian kepada Alexander.

"Bacot kau jomblo..hahahah." balas Alexander.

"Tapi tujuan kita sama loh, kita ingin bersekolah di akademi elit negeri ini." Celetuk Sera dengan bersemangat.

"Iyap, mungkin kita jodoh bisa dipertemukan seperti ini."balas Luis sembari tertawa kecil.

"Tapi aku berbeda, aku ke ibukota hanya ingin mengubah nasib."ujar Rian mengaduk-aduk susu yang dia pesan menggunakan sendok.

"Hmm?, kenapa kau tidak ingin masuk ke akademi seperti kami? Itu impian seluruh penyihir muda kerajaan loh." Tanya Luis dengan wajah penasaran.

"Entahlah, aku merasa tidak cocok." Balas Rian menghembuskan nafas berat.

"Dan lagi jika tidak salah para murid harus memiliki wali dan Rian.." Sera tidak dapat melanjutkan kata-katanya.

"Kenapa dengan Rian?."celetuk Elena tiba-tiba.

Semua lantas terkejut jarang sekali Elena membuka suara bahkan Luis sendiri sampai menganga melihat pacarnya itu peduli pada orang lain.

"Ceritakan saja."ujar Rian kepada Sera.

Lalu Sera menceritakan jika Rian adalah anak yang hilang ingatan dan bertemu dengan Alexander dan dirinya beberapa waktu lalu tapi sebenarnya Alexander sudah mengetahui kebenaran dari Rian yang berasal dari dunia lain tapi dia lebih memilih menutup mulutnya.

Dan Sera hanya tau Rian adalah anak yang hilang ingatan di hutan dan bertemu dengan ayah Alexander.

"Hmm, susah juga ya..kau harus memiliki wali."ujar Luis memegang dagunya.

"Sepertinya aku memang tidak bisa masuk ke akademi."balas Rian dengan muka murung.

"Siapa bilang? Bukannya ada aku disini?"

Tiba-tiba Samuel muncul dari belakang, mengangetkan Rian dan yang lain.

Rian's journey in another worldWhere stories live. Discover now