worm biadab

97 7 5
                                    


Sorak-sorai menderai disepanjang jalan yang dipenuhi sesak oleh orang-orang yang menyambut kedatangan putri tunggal kerajaan Farta yaitu Thalia von August.

Seorang putri dari raja yang menguasai kerajaan ini, putri kecil yang disayangi dan dicintai oleh rakyatnya bukan karena kecantikan yang dimilikinya akan tetapi sikapnya yang rendah hati di usianya yang masih 14 tahun seumuran dengan Rian.

"tumben ni putri gak nongol dari kereta kuda, biasanya nyapa penduduk kerajaan sambil nyengir" ujar Elena melipat tangannya.

"Hmmm, entahlah tapi yang jelas lebih baik kita belanja daripada menghabiskan waktu lebih lama disini."ujar Rian mencoba pergi dari desakan orang-orang disana.

Dari belakang Elena mengikuti Rian, orang-orang disana entah karena mereka ingin menyambut kedatangan putri kerajaan ini atau memang hanya ikut-ikutan tapi yang jelas saat ini dipinggir jalan sangatlah penuh oleh orang-orang.

Setelah beberapa saat Rian dan Elena  berdesakan akhirnya mereka berdua bisa keluar dari kerumunan orang itu.

"Akhirnya, aku bisa bernafas lega."ujar Rian yang melangkah dibelakang kerumunan disepanjang jalan.

"Hmmm...Rian, apa kau tidak merasakan ada getaran?."tanya Elena memperhatikan sekitar dengan wajah tidak enak.

"Mungkin hanya perasaanmu kali, sekarang banyak orang disini jadi hentakan itu mungkin membuat getaran."ujar Rian mencoba menenangkan Elena.

"Mungkin kau benar"balas Elena.

Drgg.....grrr....

Getaran yang dimaksud oleh Elena semakin membesar bahkan Rian sendiri menyadari getaran itu yang makin lama membesar.

"Kau benar, ada getaran..dibawah kaki kita."ujar Rian dengan perasaan tidak enak.

"Lebih baik kita seger-."

Guncangan dahsyat timbul dibawah kaki mereka, semua orang yang tadinya bersorak-sorai bahagia menjadi ketakutan seketika.

Mereka semua berlarian tatkala guncangan besar itu tak berhenti dan malah semakin menjadi-jadi, kereta kuda milik kerajaan yang didalamnya terdapat putri kerajaan Farta pun tak tinggal diam dan langsung memacu kudanya berusaha meninggalkan tempat itu.

"Apa yang terjadi?!."ujar Rian yang terkejut bukan main.

"Jangan diam goblok!!, cari tempat aman!!."sentak Elena yang menarik tangan Rian.

Grahhhhh!!!!.

Belum beberapa langkah Rian berlari dari tempat itu tiba-tiba di tengah dari jalanan yang terbuat dari batu muncul sesosok seperti cacing raksasa menggelegar menggeliat dengan lendir dan sisik tebal yang menutupi tubuhnya.

Apesnya sosok monster itu muncul
di hadapan kereta kuda putri Thalia membuat kereta kuda yang ditumpangi olehnya terhempas
dan menghancurkannya berkeping-keping.

"Makhluk apa itu?."ujar Elena yang terdiam shock melihat makhluk mengerikan dihadapannya.

Rombongan sang putri yang berisi para ksatria mencoba melawan monster cacing aneh nan biadab itu, tapi sia-sia saja dengan lendir cacing itu yang sangat lengket membuat siapapun yang menyentuhnya kesusahan bahkan beberapa ksatria saling menempel.

Bruakk!!..

Cacing jala Mak limah biadab itu menghantamkan tubuhnya ke rombongan prajurit besi disana dan hasilnya para prajurit lapis baja itupun menjadi seperti ayam geprek dengan hiasan darah bak sambal pedas.

"To...tolong aku."putri Thalia yang jatuh terduduk karena shock melihat prajuritnya sekarat di hadapannya.

Cacing yang separuh tubuhnya masih ada didalam tanah itu perlahan menoleh kehadapan putri Thalia, gigi tajam serabutan yang tumbuh didalam mulut cacing itu dengan air liur yang menetes membuat Thalia menjadi ketakutan setengah mati tidak bisa beranjak maupun bergerak dari tempat itu.

Sesaat ketika Thalia berkedip cacing jala Mak limah biadab itu langsung menyambar kearahnya, membuat Thalia hanya terdiam tidak dapat melakukan apa-apa bahkan berteriak sekalipun.

Crak!!....

Sepersekian detik ketika mulut lebar bertaring cacing mengerikan itu hendak menyantap tubuh Thalia, tiba-tiba sebuah pedang tanah muncul di bawah tanah menyebabkan bagian bawah tubuh cacing raksasa itu tertusuk hingga menembus sisi lain tubuhnya.

"Haha...sialan, Hunter rank C keatas sedang mengerjakan misi jadi aku yang akan melawan monster ini." Ujar Rian dengan hati berat sembari menggaruk kepalanya.

"Hei Elena bantu putri ini, aku akan melawan cacing Alaska biadab ini."ujar Rian dengan memegang tongkat kayu yang dia ambil dari reruntuhan rumah.

Dihadapannya terlihat cacing biadab ini menggeliat kesakitan dengan pedang tanah yang menusuk tubuhnya, karena kebiadaban ni cacing ratusan rumah hancur karena dia menggeliat tak karuan.

"Siapa dia?."tanya thalia kepada Elena mengenai Rian yang berdiri dihadapannya.

"Dia hanya laki-laki biasa."ujar Elena membantu Thalia berdiri.















Rian's journey in another worldWhere stories live. Discover now