HAH?!

83 5 2
                                    


"Maksudnya kalian bertemu dengan monster aneh yang belum pernah di temukan sebelumnya?."ujar Samuel dengan mata terbelalak duduk di meja kerjanya.

Setelah Rian dan yang lain pulang untuk melaporkan hal ini ke guild, Rian segera meminta Elis untuk bertemu dengan samuel sedangkan Alexander lebih memilih pulang ke rumah kediaman keluarga William di ibukota ini karena dia sungguh kelelahan.

Lalu ketika dia bertemu dengan Samuel, Rian dan yang lain menceritakan tentang kejadian yang mereka alami di dalam gua itu, kejadian aneh nan membingungkan yang membuat mental Rian jatuh.

"Ini aneh sekali..aku tidak pernah mendengar atau melihat makhluk yang kalian sebutkan?."ujar Samuel dengan nada kebingungan, dia mengacak-acak kertas di atas mejanya guna mencari informasi terkait monster itu.

"Yang jelas mosnter itu sudah kami bunuh dan seperti yang kami bilang ada batu aneh dengan gambar manusia yang tidak kami kenali." Balas Elena menyodorkan kertas dengan nama-nama seperti Albert Einstein dll.

"Hmm, aku juga tidak pernah mendengar nama-nama orang disini, mungkin akan aku cari setelah ini." Ujar Samuel mengambil kertas itu.

Setelah itu Elena mengangguk paham, lalu dia mengajak Rian dan Sera untuk pergi dari tempat itu.

"Eh, Luis dimana?."tanya Sera kepada Elena.

"Paling ngobrol sama monyet lagi." Balas Elena dengan tenang.

"Wah, aku lagi dibicarakan nih." Terlihat Luis yang tiba-tiba muncul di depan pintu dengan pakaian mewah.

Mata coklatnya yang menawan ditambah rambut peraknya yang berkilau dan badan tinggi tegapnya membuat Luis menjadi lebih tampan (di mata Elena)

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.


Mata coklatnya yang menawan ditambah rambut peraknya yang berkilau dan badan tinggi tegapnya membuat Luis menjadi lebih tampan (di mata Elena).

Luis berdiri di hadapan Elena, dengan tinggi yang terpaut cukup jauh Elena hanya bisa menatap dada bidang milik Luis, sementara Luis hanya tersenyum menjengkelkan.

"Halo pendek."ujar Luis dengan nada mengejek.

"Bacot!, lewat kau sana! Aku mau makan!."balas Elena menyentak Luis.

"Jangan marah-marah dong sayang~, mending aku anterin kamu aja ya."

Tiba-tiba Luis merangkul pinggang Elena dan menggendong Elena di balik dekapan dada bidang miliknya membuat Elena menjadi malu seketika.

"A..apa yang kamu lakuk- "

sesaat sebelum Elena menyelesaikan perkataannya tiba-tiba Luis mencium bibir Elena dan melumat lidahnya.

"Sayang, jangan marah ya."Luis tersenyum dan mulai berjalan meninggalkan Rian,Sera dan Samuel disana.

Tidak bisa menahan malu muka Elena seketika memerah seperti buah peach, dia tidak bisa berkata-kata dan hanya bisa menatap wajah Luis dengan malu-malu dan mendekap ke dadanya.

"Hei maafkan aku ya sudah ramai, sekarang aku mau bermain sebentar dengan pacarku."ujar Luis kepada yang lain sembari tersenyum nakal.

Dia berjalan meninggalkan ruangan itu, membiarkan Rian dan yang lain menatapnya dan melongo.

"Anak muda memang beda."ujar Samuel sembari merapikan kertas di mejanya.

Melihat keromantisan Luis dan Elena entah mengapa di pikiran Sera terlintas Rian yang sedang menggendong dirinya seperti yang dilakukan oleh Luis, lalu dia menatap Rian dibawahnya.

"Pendek."ujar Sera dengan nada mengejek kepada Rian.

"Apakah kau harus mengatakan itu secara terang-terangan wahai kawanku."balas Rian sembari tersenyum (menahan jengkel).

Dan setelah itu mereka cek-cok saling membalas dan tak ada yang mau mengalah hingga Samuel sendiri tak bisa memisahkan mereka sampai dia meminta bantuan dari Elis.

Setelah setengah jam akhirnya pertengkaran mereka sudah mereda membuat Elis dan  Samuel menghela nafas lega, ini pertama kalinya ada orang yang berani cekcok di depan sang guildmaster sekaligus di dalam ruangan kerjanya.

"Hah..kalian ini."Samuel menatap lesu ke arah Rian dan Sera.

Rian menaruh tangan di dagunya dan Sera melipat tangannya dengan muka sebal sepertinya mereka tidak ada tanda-tanda ingin berbaikan.

"Elis.."Samuel menatap memelas ke pekerjanya itu.

"Urus saja sendiri aku mau ngurusin pekerjaanku, bye."Elis tersenyum jahat.

Lalu dia meninggalkan Samuel bersama Sera dan Rian yang masih belum akur membuatnya menjadi semakin bingung apa yang akan dilakukannya.

"Siapapun tolong aku"ujar Samuel dengan nada lesu.

***

"Tuan muda, makananmu sudah siap." Ujar seorang pelayan tua sembari memegang sepiring daging sapi panggang dan segelas air putih.

"Ah, terimakasih Tom taruh saja di situ."ujar Alexander menunjuk sebuah meja disampingnya.

Saat ini Alexander sedang berada di kediaman William di ibukota ini, rumah ini merupakan rumah khusus milik keluarga William yang memang di taruh di ibukota untuk jaga-jaga jika ada pertemuan atau hanya sekedar berkunjung.

Rumahnya sangat besar tapi sayang hanya ada Alexander dan para pelayan yang menempati rumah itu membuat suasana rumah besar dan megah itu menjadi sepi.

"Apakah tuan Alexander tidak ingin bermain dengan teman-teman anda?." Tanya Tom kepada Alexander.

"Tidak sekarang aku sudah lelah, aku ingin beristirahat sebentar."ujar Alexander sembari tersenyum.

"Baiklah jika itu yang kau mau tuan, saya pamit undur diri dahulu."ujar Tom yang meninggalkan Alexander sendirian menatap burung di luar jendelanya.

"Heh...Carla, aku merindukan dirimu." Ujar Alexander menghembuskan nafas berat.

Rian's journey in another worldOù les histoires vivent. Découvrez maintenant