MY VICTORY.

77 10 3
                                    


Graghh!!!..

Monster cacing itu menggeliat menghancurkan bangunan di sekelilingnya, aneh...bukannya ini di ibu kota? Dimana prajurit atau apapun yang menjaga disini?!!!.

Pikir Rian yang sedang berdiri dengan wajah kusut dan jengkel Karena disuruh membeli banyak barang sebelumnya.

Cacing itu menggeliat hebat akibatnya pedang tanah yang menancap ditubuhnya hancur membuat darah hijau pekat mengalir deras dari tubuhnya.

"Ih lengket."ujar Rian melangkah, menghindari aliran darah hijau pekat itu mengalir perlahan menyelimuti tanah di sekitar.

"Ok saatnya pembersihan."ujar Rian dengan malas.

"Oy bego!, cacing itu merupakan monster rank B+!!, jangan macam-macam bangsat!." Teriak Elena mencoba memperingatkan Rian.

"Oh, benarkah?."ujar Rian menoleh kebelakang.

Graahhh!!...

Mosnter cacing itu langsung saja menyerang Rian yang sedang lengah membuka mulutnya yang lebar dan dipenuhi oleh gigi tajam yang mengarah kedalam seakan tak membiarkan siapapun yang masuk tidak akan bisa keluar.

[FIRE]

Sesaat ketika monster itu hampir melahap tubuh Rian yang diam, Rian mengucapkan sebuah Matra api singkat yang membuat ledakan api kecil di bawah kakinya.

Dan seketika Rian terlontar keatas menghindari serangan tiba-tiba dari monster cacing biadab itu.

"Sialan aku kaget."ujar Rian mengelus dadanya.setelah berada diatas lalu dia terjatuh kebawah dengan kecepatan tinggi.

"Gua lupa ada diatas sialan!!."teriak Rian yang sedang melesat jatuh kebawah.

[DARK HAND]

Beberapa tentakel yang terbuat dari sihir kegelapan Rian muncul di punggungnya, menancap ke bangunan yang sudah rusak bahkan ke tanah hanya untuk membuat Rian berhenti seketika.

Posisinya yang tadinya kepalanya terbalik karena jatuh dari atas, Rian membalikkan dirinya sendiri sembari melipat tangannya.

Di belakang matahari dengan cahaya terang yang menyelimuti dunia terlihat bayangan seorang laki-laki dengan puluhan lengan gelap sedang tersenyum lebar.

"Semuanya!!!, siapapun yang berada di dekat sini pergilah!!."terdengar teriakan seorang pria dengan baju lapis baja yang tebal sedang menunggangi kuda.

Diikuti oleh pasukannya yang datang mengikutinya dari belakang mereka sedang mengevakuasi warga yang berada di sekitar sana.

"Tuan putri maafkan kami, karena sudah terlambat"ujar sang pria mendekati putri dengan kuda gagahnya.

Tanpa berkata-kata sang pria yang mungkin berumur 30 tahunan itu menarik lengan sang putri dan mengangkatnya lalu mendudukkan sang putri ke kuda yang sama dengan dirinya.

"Lebih baik kau segera pergi dari sini, maafkan aku... prioritas utamaku adalah sang putri."ujar sang pra dengan nada rendah, dia merasa tidak enak kepada Elena tapi karena tugas utamanya adalah menyelamatkan sang putri dia bisa apa?.

"Tidak apa-apa, karena sang cahaya negeri ini memang harus dilindungi dan itu adalah tugas dari kegelapan." Ujar Elena menoleh ke atas langit.

Tidak mengerti dengan maksud Elena sang pria lantas menoleh ke atas langit sungguh terkejut dirinya melihat sesuatu di balik matahari.

Di belakang matahari dengan cahaya terang yang menyelimuti dunia terlihat bayangan seorang laki-laki dengan puluhan lengan gelap sedang tersenyum lebar.

Itu dewa?...tidak dipikiran sang pria terlintas satu nama..iblis.

"Siapa dia?"tanya sang pria.

"Hanya seorang penyihir muda."balas Elena dengan nada datar.

"Penyihir muda?!."ujar sang pria terkejut mendengar perkataan Elena.

"Lebih baik kalian berdua segera pergi!,hanya penyihir kelas atas
yang mampu menangani ini!
Kalian para ksatria tidak cukup
untuk menghancurkan kulit baja cacing itu dengan pedang kalian!!."sentak Elena menyuruh mereka pergi dari sana.

Sang pria tertegun"Baiklah, kau benar ini urusan penyihir kelas atas."ujar sang pria dengan nada rendah, dia sakit hati tidak bisa melakukan apa-apa tapi memang benar apa yang dikatakan oleh Elena.

"Ba.. bagaimana denganmu?"tanya Thalia dengan rasa khawatir kepada Elena.

"Tenang saja, aku teman dia."Elena menunjuk Rian yang terbang sembari  menghajar cacing itu dengan tangan kosong yang dibalut sihir kegelapan.

Thalia hanya terdiam tak bisa melakukan apapun, dia percaya pada Elena karena sudah menyelamatkan dirinya, sang pria langsung memacu kudanya meninggalkan Elena bersama Rian yang sedang bertarung dengan cacing raksasa.

Karena sudah dirasa tidak ada orang lagi yang harus dievakuasi lantas sang pria langsung menyuruh bawahannya segera meninggalkan tempat itu, sepertinya pria ini adalah komandan pikir Elena.

Tapi dia menyingkirkan semua hal yang ada di pikirannya dan dia langsung menghadap ke tujuannya yaitu mengamati Rian.

Terlihat Rian yang sedang bertarung dengan cacing raksasa itu dengan brutal dari Rian yang menusuk tubuh makhluk itu dengan pedang angin dan meledakkan bagian tubuh cacing dengan bomb seperti yang dilakukan Alexander.

Rian berkali-kali menghajar monster itu bahkan ketika cacing monster itu hendak kabur dirinya menancapkan pasak-pasak tanah raksasa berjumlah 3 buah yang langsung menebus tubuh cacing sehingga tidak bisa kabur dari tempat itu.

Cacing utu sangat kelelahan dengan luka fatal ditubuhnya, dia tidak bisa menyerang balik Rian apalagi menyentuhnya karena Rian sendiri lebih memilih melayang dengan 4 tentakelnya sebagai tumpuan.

"Waktunya aku mengakhiri ini"ujar Rian sembari tersenyum lebar.

Monster itu sudah sangat lemas, tidak bisa kabur dan tidak bisa melakukan apa-apa dan hanya berusaha melawan Rian dengan segenap tenaganya.

[FIRE SWORD]

Rian mengangkat tangannya tinggi-tinggi, dia yang sedang
berdiri diatas langit seakan akan menggenggam matahari dengan kedua tangannya.

Dia merapalkan sihir dasar, sebuah pedang api muncul diatas kepalanya akan tetapi perlahan pedang itu semakin membesar hingga berukuran panjang 20 meter dan lebar sekitar 5 meter.

Lantas Rian langsung melesatkan pedang api itu menuju cacing yang tidak berdaya dengan kecepatan tinggi.

Graghh!!!!!

Tubuh cacing itu lantas meledak akibat serangan yang diberikan Rian dan panas luar biasa yang diakibatkan oleh pedang itu.

"Ini adalah kemenanganku."ujar Rian dengan nada lesu.



Rian's journey in another worldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang