adoptive father.

99 12 5
                                    


Wajah Rian terkejut karena Samuel muncul tiba-tiba di belakang tubuhnya, matanya bukan hanya fokus ke wajah Samuel yang cengegesann akan tetapi bajunya dan tangannya yang dilumuri oleh darah.

"Ada apa dengan dirimu?."tanya Rian dengan wajah kebingungan.

"Oh, aku tadi membantu Hunter kelas C  keatas di misi di hutan Rys."ujar Samuel sembari tersenyum.

"Hmmm, aku memang mendengar jika para hunter kelas C keatas sedang mengerjakan misi, tapi bukannya misi ini terlalu lama untuk dikerjakan?." Celetuk Sera dengan muka penasaran.

Yap, sudah hampir seminggu misi ini belum juga selesai padahal guild sudah mengerahkan seluruh Hunter rank tertingginya termasuk Dion dan Warren yang merupakan salah satu Hunter dengan rank paling tinggi di guild saat ini.

"Misi kali ini sedikit berbeda."tiba-tiba nada suara Samuel menjadi berat dengan tatapan sayu yang mengerikan.

"Eh?, apa maksudnya?."tanya Sera yang tersentak terkejut melihat wajah Samuel.

"Eh..ya..ya, itu maksudku misi kali ini sedikit menyusahkan hahaha." Ujar Samuel tersenyum kaku.

Elena menyikut lengan Sera lalu memberi isyarat jangan melanjutkan pembicaraan bukan hanya Elena tapi Alexander,Luis dan Rian juga menyadari ada yang aneh dengan Samuel.

"Oh ya, kembali ke pembicaraan tadi bagaimana dengan akademi Rian? Apakah kau berniat masuk kesana?." Tanya Samuel yang mengalihkan pembicaraan.

"Sepertinya tidak..aku ingin bekerja sebagai Hunter saja di guild untuk apa aku masuk ke akademi? toh lebih baik bekerja saja."ujar Rian dengan nada santai.

Sebenarnya dia ingin sekali untuk bersekolah kembali, di kehidupan sebelumnya dia hampir tidak pernah menikmati masa sekolahnya, dia hampir setiap hari dibully dan keluarganya hancur membuat dirinya tidak mempunyai semangat di sekolah.

Tapi ada beberapa hal yang membuatnya nyaman di sekolah saat itu seperti mengikuti lomba IPA hingga tingkat nasional sampai memiliki sahabat dekat walau kebahagiaan itu tidak bertahan lama, akan tetapi sudah membuat Rian bahagia untuk sementara.

Brakk!!..

Alexander berdiri lalu menggebrak meja"Apa maksudmu untuk apa masuk akademi?! Kau bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih layak! Dan kau bisa meningkatkan kemampuan sihirmu di sana!."ujar Alexander dengan nada tinggi.

"Aku setuju dengan apa yang dikatakan oleh Alexander, Rian"ujar Luis melipat tangannya.

"Kau memiliki bakat dalam bidang sihir bukannya lebih baik kau mengembangkannya di akademi?" Lanjutnya.

Samuel menepuk pundak Rian dari belakang, dia mengambil sebuah kursi lalu duduk di samping Rian sembari tersenyum lebar.

"Nak Rian, kau tahu jika kau memiliki bakat lebih baik mengembangkan bakat itu." ujar Samuel dengan wajah cengegesann.

"Tapi aku hanya ingin hidup santai tanpa beban dan aku tidak memiliki siapapun untuk menjadi waliku"ujar Rian menundukkan kepalanya.

"Apa maksudmu tidak memiliki wali?, bukannya ada aku disini?."Samuel menunjuk dirinya.

"Maksudmu?."Rian menatap kebingungan.

"Aku sudah mendengar semuanya
dari Sera jadi kami berdiskusi untuk memasukkan dirimu ke akademi
dan aku yang akan menjadi ayah angkatmu."ujar Samuel tersenyum tipis.

"Tu..tunggu, menjadi ayah angkatku?"mata Rian terbelalak kaget.

dia tidak tahu bagaimana cara mengekspresikan rasa senangnya, karena di dunia sebelumnya dia tidak terlalu dekat dengan orang tuanya.

Ibunya selingkuh dari ayahnya karena sang ayah terkena PHK dan menjadi pengangguran bertahun-tahun, sejak saat itu ayahnya menjadi seorang pemabuk yang hobi memukuli Rian dan menyalahkan Rian atas semua hal yang ditimpanya.

Lalu ayahnya tewas ditabrak oleh mobil karena dia sedang mabuk, Rian kecil menangis karena sudah tidak ada siapapun yang menerimanya
Tapi untungnya paman dan bibinya membawa Rian ke kampung halamannya.

Tapi Rian merasa dirinya tidak dianggap dan pergi merantau ke
kota besar berharap menemukan pekerjaan dan ya...dirinya berakhir di tembak mati oleh orang tak dikenal dan dia berada di dunia ini sekarang.

Samuel menyentil dahi Rian"kenapa bengong?" Bukannya kau seharusnya bahagia?."ujar Samuel tersenyum kecil.

"Ya.., aku tidak tau harus berkata apa." Rian menunduk malu akan tetapi di dalam hatinya dia sangatlah senang hingga terbentuk senyuman di bibirnya.

"Hei, liat si Rian senyum-senyum sendiri sat!!."ujar Luis yang berada di bawah kolong meja.

"Hahaha..benarkah?!! Aku mau liat juga!."Alexander tertawa terbahak-bahak.

Sera tertawa melihat kelakuan random bocah-bocah di hadapannya sementara Elena dan Samuel tersenyum kecil.

Satu jam kemudian.

"Haghhh...sialan kenapa kita yang harus membeli perlengkapan untuk ekspedisi ini!."keluh Rian yang memegang selembar kertas berisi tulisan beberapa perlengkapan.

"Tenang saja, cuma potion sama beberapa pedang biasa kok."ujar Elena dengan nada datar.

Mereka berjalan di pinggir jalan lebar, jalan itu merupakan jalan utama yang menuju langsung pada istana kerajaan.

Setelah Rian melihat peta ibukota ini rasanya dia pernah melihat peta seperti ini di berbagai anime isekai, dimana kota berbentuk lingkaran dengan benteng yang mengelilinginya serta istana yang berada di tengah atau menjadi pusat lingkaran itu.

"Sang putri telah tiba!!."teriak salah satu penduduk dengan senang sambil menunjuk di kejauhan.

Rian dan Elena lantas melihat ke arah yang ditunjuk oleh salah satu orang itu, ramai orang yang berkumpul di pinggir jalanan dengan sorak Sorai bahagia.

Dan dari kejauhan muncul kereta kuda mewah berwarna emas dengan hiasan indah yang menaburi kereta kuda itu.

"Siapa dia?."tanya Rian kepada Elena yang terhimpit oleh kerumunan orang.

"Dia adalah putri tunggal kerajaan Farta, Thalia von august."ujar Elena dengan wajah datar.





Rian's journey in another worldWhere stories live. Discover now