Bagian empat belas

4.1K 233 65
                                    

Jangan lupa votenya ya biar yupi semangat update, maaciiw.

"Enggak! Siapa juga yang cengeng!" bantah Nicholas seraya mengusap kasar jejak air mata yang ada di wajahnya. "Tadi aku tidak menangis, tadi itu aku hanya kelilipan! Jangan pede deh bisa di tangisin sama aku!" lanjutnya merasa malu karena Nala berhasil memergoki dirinya yang menangisi perempuan itu.

Nala yang mendengar kicauan adeknya yang berkilah, terkekeh kecil. "Yah baiklah."

Setelah itu tidak ada obrolan kembali di antara keduanya.

"Nicho," panggil Nala lemah.

"Hmm? Ada apa?"

"Ambilkan kaka minum, please. Kaka haus.."

Dengan sigap Nicholas mengambilkan air yang sudah tersedia di dalam gelas untuk kakanya.

Nala dengan pelan-pelan meminum air putih mengunakan sedotan, yang memudahkannya untuk menengguk tetes-tetes air yang mulai berjalan melewati kerongkongan nya yang terasa kering. Entah sudah berapa lama ia memejamkan matanya.

"Sudah, cukup. Terima kasih Nicho,"

Nicholas hanya mengangguk, setelah itu menaruh kembali gelas tadi ke atas meja.

"Aku mau menemui mommy, mau ngasih tau kalau kaka sudah siuman." Nicholas melepas baju steril yang sedang ia kenakan dan menyimpannya kembali di tempat semestinya. Setelah itu ia berjalan keluar dari ruangan Nala
untuk menemui mommynya.

"Mommy!"

"Ada apa Nicho? Apa terjadi sesuatu dengan kak Nala?"

"Tidak, sekarang kak Nala sudah siuman," ujar Nicholas dengan penuh raut bahagia. Tentu saja dia sangat bahagia. Dia sudah menantikan momen ini sudah dari beberapa hari yang lalu. Menantikan agar kakanya cepat siuman dari masa komanya.

"Apa?! Kamu sedang tidak becanda kan sayang?"

Nicholas menggelengkan kepalanya. Membantah tuduhan mommynya itu. "Tidak, aku serius. Kak Nala sudah siuman sekarang mommy!"

"Puji Tuhan," seru Nala di liputi perasaan senang karena anaknya bisa berhasil melewati masa komanya. Matanya sudah berkaca-kaca, dan kristal bening mulai meluruh dari pelupuk matanya. "Mommy mau menemui Nala. Kamu jangan lupa kasih kabar sama daddy dan kak Natha okey. Mommy masuk dulu,"

Sepeninggalan mommynya yang masuk ke rawat inap kakaknya, Nicholas langsung mencari kontak milik daddynya. Setelah ketemu, dia langsung memulai panggilan. Panggilan pertama, daddynya tidak mengangkatnya. Dia pun mencoba menghubunginya kembali terus menerus, di panggilan ketika akhirnya daddynya menerima panggilan masuk darinya.

"Halo, ada apa Nicho? Maaf tadi daddy habis dari kamar mandi."

"Tidak masalah dad,"

"Ada perlu apa kamu menelfon daddy, son? Apakah terjadi sesuatu dengan kamu?"

"Ah, tidak-tidak. Aku hanya ingin memberi tahu daddy kalau kak Nala sudah siuman."

"Apa! Kamu serius kan? Kamu lagi gak ngerjain daddy kan? Jawab Nicholas."

"Ish! Kenapa gak percayaan banget sih sama aku?!" Nicholas mengeram kesal dengan respon daddynya yang seperti itu. Yang seakan-akan ucapannya itu tidak pernah benar di matanya.

"Karena kamu sering bohongin daddy."

"Aku serius! Kak Nala emang sudah siuman tau! Sudahlah kalau tidak percaya juga tidak masalah!"

Tut

Karena kesal dia langsung mengakhiri panggilan telepon tadi. Biarlah, mau daddynya datang atau tidak yang terpenting dia sudah mengasih tahu kabar terbaru Nala saat ini.

Cobaan ini belum berakhir. Dia harus menelpon satu lagi photocopy daddynya, Natha yang sangat irit bicara. Walaupun sama-sama laki-laki dia tidak terlalu dekat dengan kakanya yang satu itu. Ayolah, apa yang dia harapkan dari kanebo kering itu? Merespon dirinya saja tidak sama sekali. Kadang dia heran, kenapa Tuhan harus menciptakan orang modelan Natha yang sangat irit berbicara itu? Kenapa tidak seperti dirinya saja. Dia jadi kasihan dengan calon pendamping kakanya nanti. Pasti mereka bete memiliki suami seperti kakanya itu.

Natha mencari kontak nama milik kakanya yang saat ini sedang berada di sekolah. Sudah lima kali dia mencoba menelfon namun tetap nihil, semua panggilan darinya tidak di angkat satupun. "Ck, nih orang ngeselin banget sih. Apa susahnya angkat panggilan dari gue. Nyebelin emang tuh kanebo kering. "
"Kenapa juga mommy sama daddy buat anak modelan kayak kak Natha. Buat tuh modelan kayak gue gitu biar rumah rame,"

Kringg!

Panggilan masuk dari Natha. Nicholaspun langsung mengangkat panggilan telepon itu dengan cepat.

"Ada apa?" suara datar langsung menyeruak di ponselnya.

"Dari mana saja sih? Aku hubungin dari tadi nggak di angkat-angkat?! Gak tau apa ada hal penting yang mau di omongin!" sungut Nicholas kesal.

"Kaka lagi main basket tadi. Jadi ada apa?"

"Kak Nal--" belum sempat menyelesaikan ucapannya. Di sebrang Natha sudah memotongnnya.

"Kenapa dengan Nala? Dia baik-baik saja kan? Jawab Nicholas!"

"Ck, makanya dengerin dulu orang mau ngomong tuh! Jangan main potong-potong aja!"

"Iya, so ada apa dengan Nala?"

"Kak Nala sudah siuman,"

"Serius?!"

"IYA DUA RIUS MALAHAN. KENAPA SIH PADA GAK PERCAYAAN BANGET SAMA AKU?! Bikin kesel deh!" jawab Nicholas ngegas. Setelah itu dia langsung mengakhiri panggilan tersebut. Menelpon kedua laki-laki itu membuatnya kesal setengah hidup.

"Ih, bikin tensi naik aja kalau ngomong sama mereka berdua." gerutu Nicholas sambil menyimpan ponselnya di saku celana jeans yang sedang dia kenakan.

**

Risa tidak bisa menyembunyikan senyumnya melihat putri yang selama beberapa hari ini menutup matanya kini sudah bisa melihatnya lagi. "Nala.." dengan tangisan pecah Risa mendekap Nala namun dia tahu batasan agar Nala tidak kesakitan nantinya. "Kamu sudah siuman sayang? Mommy senang, akhirnya kamu sudah sadar. Apa ada yang sakit? Apa mommy harus panggil dokter? Cepat katakan, sayang." lanjutnya bertanya bertubi-tubi kepada putrinya.

Kepala Nala menggeleng. "Tidak mommy, aku baik-baik saja," balas Nala dengan suara lemahnya.

"Syukurlah, mommy senang akhirnya kamu siuman juga. Selama ini mommy selalu takut di bawah bayang-bayang kalau kamu bakalan pergi ninggalin mommy," air mata terus berlomba-lomba luruh dari pelupuk mata Risa.

Tangan Nala yang tidak terpasang infus menyeka air mata mommy nya. "Don't cry mommy. Aku baik-baik saja, mommy jangan menangis. Nala akan selalu di sini dan gak bakal ke mana-mana."

"Makasih sudah mau bertahan sayang," Risa mengecup tangan Nala cukup lama.

*

Hellow, pyfriend. Sedikit dulu Yap👍
Ngetik di tengah-tengah kesibukan wkwkw.

Yuk ramaikan part ini biar cepat update lagi.

Jangan lupa vote, comment, dan follow buat yang belum.

Spam 'next'

Spam 'reysa'

Selasa, 24 Januari 2023
Yupimaniez

REYSA 2 | after merriedWhere stories live. Discover now