Bagian dua puluh sembilan (+)

10.2K 143 4
                                    

"Mommy, daddy, aku izin menginap di rumah dyda yah?"

"Iya gak papa. Tapi inget jangan begadang nantinya,"

"Siap mommy," Nala yang mendapatkan izin langsung berlari menuju kamarnya.

"Seneng banget tuh dia mau nginep di sana," ujar Rey. Sebenarnya agak nggak rela berbagi putrinya dengan Daniel.

"Sekali-kali biarin lah, lagian di sana keluarga nya juga. Pasti anak kita baik-baik saja,"

Rey hanya membuang nafas kasar.

***

Nala saat ini dalam perjalanan menuju mansion milik dyda nya bersama sang sopir. Berhubung dia belum bisa menyetir sendiri jadi dia masih membutuhkan bantuan orang lain.

Sesampainya di mansion Daniel dan Keelia. Nala masuk dengan langkah riangnya. "Dyda, mama where are you?" Teriaknya menggelegar memenuhi mansion yang sepi.

"Ya ampun putri mama. Kenapa gak ngabarin dulu kalau mau kesini?" tanya Keelia dengan apron yang melekat di tubuhnya.

"Biar suprise. Mama lagi masak apa?"

"Mama lagi masak buat makan malam nanti, sayang. Oh iya, kok kamu bawa tas besar segala sih? Emang nya kamu mau nginep?"

Nala menangguk. "Gak boleh ya?"

"Tentu saja boleh dong sayang. Malah mama seneng banget malam ini kamu menginap di sini. Sebelumnya kamu udah izin sama mommy dan daddy?"

"Tentu saja sudah, mah. Mommy sama daddy setuju kok,"

Keelia mengangguk, mengerti. "Yaudah sana taro tasnya di kamar. Nanti kalau makan malamnya sudah jadi mama panggil."

"Aku mau bantuin mama. Kalau gitu sku taroh tas dulu ya di kamar,"

"Oke,"

Selepas menaruh tas berisi pakaiannya di kamar Nala langsung turun kembali untuk membantu mamanya masak. Walaupun dia tidak handal dalam masak sekiranya kalau cuma ngupas bawang sih masih bisa. Gak buruk-buruk amat lah ya.

Pernah waktu itu dia belajar memasak telur ceplok, yang ada telur ceplok itu gosong karena dia terus menujup wajan karena merasa takut dengan minyak yang meletup-letup.

Semenjak itu dia jadi malas untuk mencoba memasak lagi. Selain buang-buang makanan, diapun takut sendiri mencobanya.

"Mama, kaka bantuin apa nih?"

"Kaka mama minta tolong kupasin bawang merah sama bawang putihnya juga ya. Bawang yang merah nanti kaka potong tipis-tipis aja, terus kalau bawang putih iris cincang aja, okey?"

"Oke, mah."

Sebelum memulai peperangan Nala melipat lengan bajunya terlebih dahulu hingga se siku. Kemudian dia mengambil beberapa biji bawang putih dan merah untuk dia kupas. Selepas di kupas, dia mencuci bawang nya terlebih dahulu agar bersih saat di masak nanti. Saat memotong bawang merah mata Nala mulai mengeluarkan air mata. Sungguh matanya sangat perih sekali. Gini nih kalau jarang masuk dapur. Kena bawang merah aja sudah menangis.

"Mama kok bawang merah jahat banget sih," ujarnya seraya memejamkan matanya untuk menghalau air mata yang mengenang di pelupuk mata.

"Astaga, emang kadang-kadang gitu kalau potong bawang merah. Udah sana cuci tangan gih, nanti biar mama yang lanjutin kerjaannya." ujar Keelia di awali kekehan kecil.

"Enggak aku masih pengen bantuin mama. Masa sama bawang merah aja aku kalah sih," balas Nala seraya cemberut. Tanganya kembali memotong bawang yang masis tinggal beberapa biji.

REYSA 2 | after merriedTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon