5

6K 561 19
                                    

"Aku tidak perlu alasan membencimu, sama seperti dirimu yang tidak perlu alasan mengabaikan ku."

~Darpa Gauri Kastara~

~Happy Reading~


Sampai di rumah sakit, Sean tidak mengeluarkan protes sama sekali. Bagaimana mau protes, ia kini berada pada Gendongan Jay. Jangan katakan pada siapapun ya kalau Sean takut pada Jay.

Mahen sendiri sedang menemui dokter yang tadi menanganinya. Padahal Sean sudah mengatakan ia ingin sudah di obati karena Sahabatnya yang memaksa. Sayangnya Mahen juga tipe pemaksa.

"Kau tinggal di mana?"

Sean tersentak mendengar suara Jay. Suaranya terdengar datar sehingga susah menebak perasaan orang ini. Suasana hening membuat Sean tidak nyaman.

"Anu... Bisa turunin gw," ucap Sean ragu.

Jujur Sean tidak mengerti dengan Jay, mengapa kakak kelas pindahan nya ini memiliki berdiri padahal tidak jauh dari mereka ada kursi tunggu. Sean sendiri merasa sedikit ngeri karena Jay sesekali memainkan ponsel sambil menggendongnya. Hei Sean sadar dia tidaklah kecil. Bagaimana jika ia terjatuh.

"Abang."

"Ha???"

"Panggil Abang dulu, baru gw turunin."

"Gila ya ni orang." Batin Sean menjerit.

"Lu gak gila kan?"

Mulut fasih itu tetap tidak tau kondisi ternyata. Sean membeku melihat tatapan mata tajam Jay, ia menelan ludahnya kasar.

"Ngomong apa?"

"Lu gak budeg kan, turunin gw."

Bukannya tidak belajar dari pengalaman, hanya saja Sean terlanjur muak. Ia bukan tidak mengenal orang yang kini menggendongnya. Bahkan jika kondisinya memungkinkan Sean ingin sekali saja melayangkan kepalan tangannya pada wajah orang ini.

Karena kepalang kesal, rasa takutnya tadi berubah jadi rasa muak dan marah.

Bruk

Akh

Jay tanpa beban menjatuhkan Sean kelantai. Sean sendiri yang tanpa persiapan akan tindakan Jay sukses mendarat dilantai dengan bokongnya.

"Brengsek."

Sean menatap Jay nyalang. Jay jongkok untuk menyamakan tingginya dengan Sean yang masih setia duduk di lantai dingin rumah sakit.

Lorong tampak sepi karena ini lorong khusus ruangan dokter serta petugas rumah sakit membuat mereka tidak menjadi pusat perhatian. Bisa gawat jika itu terjadi, mau di taruh mana muka Sean sempat ada orang yang ia kenal melihat kondisinya.

Beberapa perawat beserta dokter yang lewat tidak berani ikut campur. Memang siapa yang mau bermasalah dengan cucu pemilik rumah sakit. Yang ada mereka di pecat, kemungkinan terburuk mereka tidak akan mendapatkan pekerjaan seumur hidup jika membuat anggota keluarga Bramanty tidak senang.

Terlebih ini seorang Yuval Jay Bramanty tuan muda yang terkenal dengan tempramen yang buruk. Mereka belum mau menambahkan titel di depan nama mereka.

Gevariel ArseanoWhere stories live. Discover now