50

1.4K 177 64
                                    

"Sesuatu yang dipaksakan memang jarang berakhir baik. Tapi, terkadang kita butuh paksaan untuk menjadi lebih baik."

~Alver Salvatore~

~Happy Reading~

Arya tampak duduk di sofa kamarnya dengan beberapa tumpukan dokumen di sampingku. Kacamata bertengger apik di hidungnya menambah kesan tegas pada pria berkepala empat itu.

Di ranjang tampak si manis tokoh utama kita tertidur pulas memeluk sebuah boneka berbentuk rubah berwarna putih, hadiah dari Darpa. Sean sangat menyukai boneka itu beberapa hari ini. Kemana ia pergi boneka itu selalu di bawanya, hingga beberapa noda cat minyak menempel pada bulu halus boneka.

Tok

Tok

Tok

Arya mengalihkan pandangan pada pintu. Ia melepas kacamata dan meletakkan map berwarna merah yang tadi ia periksa ke meja kecil di samping sofa. Langkah pelan anak bungsu Yohanes itu mengarah ke pintu kamarnya. Tepat ketik pintu terbuka ia melihat kakak laki-lakinya.

"Abang?"

"Boleh Abang masuk?"

Arya sedikit bergeser memberikan ruang untuk anak ke dua keluarga Bramanty itu. Setelah Vante masuk, ia langsung menghampiri anak keduanya yang kini tengah tertidur pulas.

Wajah damai itu terlihat sangat manis, bahkan ketika di usapnya pelan Surai lembut berwarna dark brown itu, sang pemilik yang merasa nyaman meminta lebih dengan menggesekkan kepalanya sendiri tanpa sadar. Seperti kucing.

Ingatan Vante melayang membuatnya sedikit tersenyum mengingat tingkah random anaknya ini. Terlalu banyak projek diluar nalar yang di kerjakan Sean and the gang yang jika di ingat membuat sakit kepala.

Vante masih mengingat bagaimana Sean dengan kesal membuang ponsel Juan hanya karena iklan di video yang ia tonton. Bagaimana Oza, si bocah cerewet itu memarahi Snow dan Winter anjing kembar peliharaannya hingga ke-dua anjing jantan berjenis Samoyed dan Husky itu menunduk tak berani berkutik.

Bagaimana Janu memancingnya di akuarium milik Yohanes bersama Haris beberapa hari yang lalu. Ikan arwana seharga jutaan itu di bakar dan dimakan lima anak spesial itu.

Bagaimana Darpa dan Sean baru-baru ini entah bagaimana tersangkut di atap garasi mobil yang memang terpisah dari bangunan utama. Keduanya yang awalnya memanjat pohon lemon berakhir diatas atap bahkan Darpa hampir menangis. Bukan karena tidak bisa turun namun karena omelan Haris.

Lucu jika mengingat nya. Vante hampir tidak bisa menahan tawa saat ayahnya syok melihat tiga ikan arwana sebesar lengan itu berasa di atas pemanggang.

Kelima anak ajaib itu masih berulah meski pernah hampir mati. Sean pun masih sering berulah meskipun jarang terdengar berbicara. Yang mana ulahnya membuat jantung turun kelambung.

Padahal saat tertidur seperti saat ini Sean terlihat sangat manis. Pipi chubby itu sedikit tertekan bantal membuat bibir mungil itu sedikit maju. Ia memeluk erat boneka berbentuk Telur pemberian Darpa. Sebenernya itu boneka bonus saat membeli kostum telur terakhir kali.

Arya hanya diam saja melihat hal itu, toh Vante juga ayah kandung Sean. Arya kembali menyibukkan diri dengan berbagai dokumen miliknya hingga Vante memilih bergabung dengan adik bungsunya.

"Apa ada masalah dengan pekerjaan mu, sedari kemarin kau tidak berhenti membaca dokumen-dokumen itu," Vabte sedikit tertarik. Pasalnya semenjak Sean kembali, Arya terlihat sangat sibuk. Terkadang ia melewatkan waktu makan.

Gevariel Arseanoحيث تعيش القصص. اكتشف الآن