53

1.5K 176 41
                                    

~Persahabatan bukan tentang siapa yang pertama mengenal, tapi tentang bagaimana kita menghargai dan memperlakukan satu sama lain."

~Sean, Darpa, Haris, Janu, Oza~

~Happy Reading~

Di rumah Janu, anak itu kini tertidur di temani ayah tirinya, Indra Jakhfar. Keluarga Jaziel memang tidak memiliki marga atau nama keluarga, namun untuk kekayaan mereka tidak perlu diragukan.

Indra adalah pemilik salah satu perusahaan tekstil terbesar di Indonesia. Bunda Janu juga punya toko kue yang kini sudah punya tiga cabang di Jakarta. Itu semua sudah lebih dari cukup untuk keluarga kecil mereka.

Semenjak bersama bundanya pun Janu juga cukup dekat dengan ayah tirinya. Perlakuan Indra membuat Janu nyaman. Perhatian-perhatian kecil yang di berikan ayah tirinya sedikit mengobati rasa rendah dirinya sewaktu masih tinggal bersama ayah kandungnya.

Klek

Pintu kamar terbuka memperlihatkan bunda Janu -Amelia Jovana- dengan segelas kopi untuk suaminya.

"Jiel mana?" Tanya Lia sembari meletakkan kopi di nakas dekat ranjang tempat Janu tertidur.

"Masih mandi tu," ucap Indra menunjuk kamar mandi dengan kepalanya.

Benar saja, tak lama Jaziel keluar dengan pakaian lengkap. Jam sudah menunjukkan waktu makan malam namun Janu masih tertidur sejak pulang tadi.

Lia terkejut saat melihat putra kecilnya di gendong Jaziel, masih terlihat jelas jejak air mata di pipi Janu. Bahkan anak itu masih sedikit senggukan.

"Adeknya kenapa bang kok pulang-pulang tadi nangis?" Tanya Lia. Kini wanita itu duduk di tepi ranjang.

Jaziel sedikit ragu mengatakan insiden tadi di kediaman Bramanty. Sedikit memantapkan diri, Jaziel pun duduk di sofa yang ada di kamar dan mulai bercerita.

"Bunda percaya nggak kalo Jiel bilang adek di caplok Gurita?"

"Yang bener kalo ngomong Jiel, gimana ceritanya bisa di caplok Gurita." Indra sedikit tidak percaya. Bagaimana memang polah anak tirinya itu.

Indra tau tentang tragedi di bandara lama, tapi ia belum terlalu tau polah tingkah anak nya ini. Berbeda dengan Lia, Lia sudah tau semua dari dokumenter yang di kirim Seroya tentang tingkah diluar nurul Sean and the gang.

" Haduh ayah, Jiel hampir nyerah deh kayaknya. Tau nggak sih yah paginya adek di kejar burung unta punya Juan, anak bungsu tuan Vante." Jaziel mode gosip. Di sini Lia memalingkan wajahnya. Agak malu dengan polah Janu.

"Ni kalo ayah nggak percaya, Jiel ada videonya."

Jaziel memperlihatkan video di ponselnya. Video itu memperlihatkan saat Sean dan teman-temannya memanjat apa yang bisa mereka panjat saat di kejar burung unta serta video saat Janu dan Darpa di lilit gurita.

Terlihat jelas saat Janu menangis dan Darpa yang pucat pasi bagai kehilangan nyawanya. Video itu di dpaat dari Ricky dimana anak itu mendapatkannya dari maid yang entah  kapan merekam kejadian itu.

"Kok bisa..." Indra kehilangan kata-katanya.

"Bunda dulu hamil adek ngidam apa sih?"

"Ng.. ngak ada kok bang, seinget bunda normal."

"Nggak, Jiel yakin pasti bunda ngidam aneh," ucap Jaziel. Ia tak yakin bundanya saat hamil tidak ngidam neko-neko. Siapa tau bundanya ngidam ngunyah beling kan, siapa yang tau?

Hingga waktu makan malam tiba, Jaziel jadi bergosip bersama sang ayah tentang sepak terjang Sean and the gang. Sepanjang cerita Indra selalu dibuat  tercengang sedangkan Lia Memilih keluar kamar untuk menyiapkan makan malam.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 04 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Gevariel ArseanoWhere stories live. Discover now