15

4.7K 416 25
                                    

"Melupakan tidak semudah membalikkan telapak tangan."

~Arseano~

~Happy Reading~

Mobil yang membawa keluarga putra pertama keluar Bramanty memasuki mansion utama. Bangunan mewah dengan empat lantai berwarna putih gading dipadu warna gold menegaskan kesan arogan tak tersentuh.

Sean berada satu mobil dengan Vante dan Lisa sedang yang Mahen, Juan, dan Bella berada pada mobil yang berbeda. Jika ada yang bertanya di mana Ricky, anak itu ditinggal di rumah sakit sendirian. Sempat terjadi penolakan Sean, namun karena suatu hal ia berakhir bersama orang tuanya. Jika mereka masih pantas di sebut.

"Apa tujuan anda membawa saya tuan?" ucap Sean.

Pandangan Sean sedari tadi terarah keluar jendela mobil. Ia enggan menatap sepasang suami istri yang duduk di kursi depan.

"Arseano, kami orang tuamu berhenti bersikap seolah kami orang lain," ucap Lisa. Ia merasa sakit melihat anaknya tidak mengakui dirinya.

Seperti mereka tidak pernah belajar dari pengalaman. Menyedihkan saat seseorang memperlakukan mereka sebagaimana mereka memperlakukan orang lain, mereka merasa tersakiti. Sungguh manusia itu makhluk memuakkan.

"Ya, anda memang melahirkan saya tapi anda tidak membesarkan saya."

"Tidak bisakah kita mulai dari awal lagi sayang."

Lisa memandang Sean sendu. Vante hanya bisa memandang putranya dari kaca mobil. Wajah datar tanpa ekspresi. Dimatanya tidak ditemukan emosi entah itu marah, sedih, atau kecewa. Sean seperti manekin yang di beri nyawa.

"Mudah sekali orang kaya mengatakannya. Apa karena kalian punya kuasa?"

"Sean!!'

Sean tersenyum sini menatap Vante yang menegurnya. Ia dapat melihat wajah terluka wanita yang melahirkannya namun ia masih enggan memanggilnya mommy.

Mobil berhenti tepat di depan pintu masuk mansion, sepertinya Vante berniat menurunkannya tepat di depan pintu. Apa Vante pikir ia akan kabur? Tidak semudah itu sebelum Sean mendapatkan apa yang ia mau.

Klek

Terlalu lama melamun Sean tidak sadar Lisa membukakan pintu mobil untuknya.

"Ayo sayang."

Saat Sean keluar dan berdiri tepat di samping Lisa, ia tiba-tiba menatap sengit Lisa. Beda dengan tatapan sebelum yang terkesan bermusuhan penuh kebencian, tatapan kali ini terlihat tengil dan menyebalkan.

"Apa-apaan ini, masa iya gw lebih pendek dari cewek. Ya walaupun dia emak gw sih, tapi tetep aja gw gak terima asu." Batin Sean.

Tinggi Sean hanya sebatas telinga sang Mommy, padahal Lisa sendiri tidak memakai high heels. Hal itu membuat Sean tak senang.

"Ada yang salah?" Lisa bertanya karena melihat putranya tampak diam dengan tatapan tengilnya.

"Bersikap biasa aja, jangan buat gw berharap." Lisa tertegun.

Sean tidak terkejut dengan kemewahan mansion Bramanty ini walau ini pertama kalinya ia masuk. Sekedar mengingatkan mansion yang lama berada di Surabaya sedangkan mansion yang sekarang berada di Jakarta.

Gevariel ArseanoOnde histórias criam vida. Descubra agora