42

2.4K 311 60
                                    

"Apa kami seorang pendosa?"

~Arseano~

~Happy Reading~

Kring

Suara lonceng sebuah cafe berbunyi kala seseorang anak kecil membuka pintunya. Sean yang kala itu genap berusia enam tahun masuk untuk mendapatkan senyum hangat seorang pelayan.

"Oh! Hari ini Sean datang lagi, mau cari apa cantik."

Sean merengut mendengar panggilan sang pelayan cafe. Hampir setiap hari Minggu Sean mengunjungi cafe yang tak jauh dari rumahnya.

"Aku laki-laki, tidak ada laki-laki yang cantik." Pelayan cafe itu tersenyum.

"Oke.. oke jangan merenggut lagi, kali ini mau cake rasa apa?"

Cafe itu tidak terlalu besar, hanga ada lima pelayan termasuk kasir dan barista serta dua orang koki. Sean selalu datang di hari Minggu untuk sepotong cake yang berbeda rasa. Matteo hanya mengijinkan dirinya makan kue manis setiap hari Minggu saja.

"Mintchoco."

"Ah~ kau suka? Padahal rasa itu tidak terlalu banyak di gemari," ucap sang pelayan namun tetap mengambilkan cake yang Sean mau.

"Baiklah, satu cake mintchoco untuk pelanggan cantik kita. Tagihan akan kami berikan pada ayahmu nanti."

Mata Sean berbinar meski wajah tidak menunjukkan keceriaan itu. Para pelayan pun hampir semua hapal, Sean tidak akan pernah tersenyum untuk mereka tapi kali ini berbeda. Sean tersenyum bahkan mengucapkan terimakasih sebelum berlalu.

"Wow, apa yang baru kulihat."

Sean berlari-lari kecil menuju rumahnya. Saat pintu di buka ia melihat sang ayah dan kakak angkatnya yang berada di ruang tamu. Matteo dengan laptopnya dan Alver dengan bukunya.

"Ayah, Abang." Sean menghampiri keduanya, lebih tepatnya menghampiri Matteo.

Matteo m nutup laptopnya dan membawa tubuh bocah kecil itu dalam pangkuannya.

"Kali ini apa yang kamu beli?"

"Mintchoco," ucap Sean bangga.

"Kau membeli kue dengan rasa pasta gigi?"

"Ih kok abang jahat, ini enak tau." Sean tak terima kala Alver mengatakan rasa kue yang ia pilih seperti pasta gigi.

"Iyu~ itu yang kau bilang enak. Kucing ku pun akan muntah memakannya."

"ABANG~"

Suara tawa Alver terdengar setelahnya. Alver tidak selalu stay di Indonesia, ia sering bolak-balik Indo-italy. Dan masa-masa Alver di Indo tidak akan lengkap jika tidak menjahili adik angkatnya.

Tes

Sean terbangun dari tidurnya. Saat memegang wajahnya, ia merasa basah di kedua pipinya.

Gevariel ArseanoWhere stories live. Discover now