31

2.8K 287 83
                                    

"Jangan memberiku harapan, karena secara tidak langsung kau membunuhku dengan cara paling kejam."

~Arseano~

~Happy Reading~

Setelah berteriak dari lantai tiga, Sean bergabung dengan teman-temannya yang serupa peserta karnaval 17-san. Ia sibuk kesana-kemari suka melihat temannya.

Ini ide Darpa.

Awalnya mereka hanya ingin menghancurkan ruang seni teater, namun melihat banyak kostum Darpa mengajak yang lain berdandan. Tentu saja Leon dan Haris menolak namun yang lain setuju. Jadilah kedua orang itu tidak memakai kostum.

"Haris sama Leon kenapa gak pakek kostum."

"Gak mau dia Yan, takut jelek mereka mah," ucap Janu yang kini malah menggunakan lip tint agak bibirnya tidak pucat

"Tapi kan emang udah jelak," ucap Sean tanpa dosa membuat mereka tertawa.

Mau marahpun tidak mungkin, yang ada bonyok mereka di tangan kacung-kacung Sean.

"Awas kalian," ucap Leon pelan.

"Masuk lagi aja sana, panas Yan."

Haris membuka blazernya dan meletakkannya di kepala Sean untuk menghalau panas matahari. Sekarang ini hampir jam 12 tentu sedang panas-panasnya.

"Ish, kan mau ikut juga gw."

Cara bicara Sean sudah kembali. Tidak lagi memanggil dirinya Riel ataupun bernada manis. Nadanya terdengar tengil.

"Dibilangin ngeyel banget sih, entar demam yang repot siapa coba."

"Ih Haris kasar, gak like ah. Darpa Harisnya nakal." Sean memeluk Darpa mengadu pada sang sahabat.

"Hmmm Darpa teros, Darpa teros."

Oza yang berdandan pengsoo menjulid. Tampak sangat lucu hingga ingin di tendang ke rawa-rawa.

"Hais kalian ini, bapak sampe gak tau harus gimana ngadepin kalian."

Sayangnya tidak ada yang peduli ucapan bapak kepala sekolah. Mereka asik dengan urusan masing-masing. Lihatlah Sean yang mencopoti daun palsu si kostum Darpa.

"Oza, kamu sudah pindah kelas juga kenapa masih ikut-ikutan kelas C?"

Seluruh pasang mata anak 11-C menatap kepala sekolah tajam. Mereka tidak mencerminkan bagaimana seorang pelajar dan anak muda yang hormat dengan orang yang lebih tua. Lagi pula wajar tak ada yang di besarkan oleh kasih sayang orang tua lantas siapa yang mengajarkan sopan santun.

"Bapak yakin gak tau apa yang uda bapak lakuin."

"Kalian...."

"Kami gini juga gara-gara bapak loh," ucap Alley yang sibuk memandangi kuku indahnya. Maklum model guys.

"Guys kayaknya kita salah rusak ruangan deh, harusnya ruang kepsek yang kita bakar," ucap Bara menatap tajam pamannya.

Baru kepala sekolah ingin bicara rombongan Mahen dan yang lainnya datang.

"Bubarkan," ucap Mahen datar.

"Tuan muda, tapi ini...."

"Bubarkan adik ku bisa sakit."

"Adik?"

Kepala sekolah terlihat bingung. Bukankah adik Mahendra hanya Juan, adik yang mana lagi tidak mungkin Ricky karena anak itu juga berada di belakang Mahen.

"Tuan muda...."

"Bubarkan atau jabatan mu yang aku bubarkan."

"Baik tuan muda."

Gevariel ArseanoWhere stories live. Discover now