42

2.4K 301 71
                                    

"Pada akhirnya dia hanya seorang anak kecil yang menginginkan haknya."

~Aryasatya~

~Happy Reading~

Aryasatya meletakkan gelas minumannya sedikit kasar sehingga menimbulkan bunyi yang cukup keras. Ia kini berada diruang pribadinya ketika semua orang sibuk dengan persiapan menyelamatkan Sean ia sama sekali tidak ikut andil di dalamnya.

Bukan ia mau keponakannya celaka, hanya saja ia merasa Sean tak seharusnya di sini. Sean sedari awal tak berniat tinggal dengan mereka. Dan Aryasatya pun tau apa alasan Sean membenci Bramanty.

"Huft... Seharusnya sedari awal aku tidak di sini." Tawa sinis Aryasatya terdengar menyakitkan. Ia tidak sadar bahwa putra bungsunya berada di balik pintu dan mendengar suara ayahnya.

Apa ruangan itu tidak kedap suara?

Tentu saja kedap. Terlebih itu ruang pribadi salah satu keluarga inti.

Lalau bagaimana bisa Rafassya mendengarnya?

Raffa hendak menghampiri sang ayah di ruangannya yang kebetulan pintunya tidak dikunci. namun ia urung masuk kedalam kala mendengar suara ayahnya yang terdengar menyedihkan. Selama ia dapat mengingat ayahnya tak pernah mengeluarkan kata yang menentang keluarganya baru hari ini.

Setelah di pikir-pikir, memang aneh melihat orang yang begitu penurut tanpa perlawanan sedikitpun. Mungkin karena itu Ayahnya sangat membatasi interaksi dengannya dan kedua kembarannya.

Bukan karena tak sayang, hanya saja tak tau caranya dan takut menyakiti. Meski sering bertingkah random, coba tanya ke seluruh penghuni mansion kapan mereka melihat seorang Aryasatya tertawa. Tak akan ada seorang pun yang dapat menjawab pertanyaan sederhana itu. Jika pun ada akan pasti mereka hanya melihat tuan mereka itu tersenyum karena memang Aryasatya banyak tersenyum di rumah.

"Pada akhirnya aku sama dengan mereka."


==============================


Sean mengetuk-ngetuk kaki telanjangnya ke lantai ruangan yang dilapisi karpet tebal. Matanya tak lepas dari jam dinding sederhana yang terpasang di atas pintu.

Jarum pendek berada pada posisi antara angka tiga dan empat sedangkan jarum panjang berada di angka tujuh.

Tak lama lagi waktunya ia beraksi. Ia perlu membuat sedikit drama dengan para sahabatnya karena Jakshar bertujuan membawa Sean keluar dari Indonesia.

Malam nanti mereka akan segera berangkat, untuk pastinya Sean tidak tau karena Seroya tidak memberitahunya. Jakshar mulai waspada pada wanita itu.

Mudah bagi Sean untuk lari, hanya saja ia bertujuan untuk melenyapkan Black Opium hingga akar. Tentu saja dengan bantuan keluarga Bramanty.

Klek

Sean langsung berdiri kala mendapati Seroya masuk kedalam ruangan.

"Bagaimana?"

Setelah menutup pintu dan tak lupa menguncinya, Seroya membalas pertanyaan Sean dengan gelengan.

"Mereka tidak menyebutkan waktu tempat, tapi jika aku tidak salah dengar sekitar pukul sepuluh malam, jet pribadi Jakshar di jadwalkan berangkat ke Canada," ucap Seroya.

Gevariel ArseanoWhere stories live. Discover now