26

3.3K 319 14
                                    

"Hanya karena saya terlihat tidak peduli bukan berarti saya tidak mengerti."

~Arseano~

~Happy Reading~

Oza di turunkan di depan rumahnya. Lima menit lamanya ia berdiri di depan pintu hingga akhirnya memutuskan masuk. Rasanya ia tidak ingin masuk kedalam 'rumah' namun ia harus melakukannya.

"Tuan muda pulang?"

Oza mendapati salah satu pekerja di rumahnya. Ia tidak terlalu mengenal para pekerja karena sejak smp Oza jarang pulang kerumahnya. Dalam sebulan dapat di hitung jari Oza tidur di rumah.

"Mama papa ada kak," tanya Oza. Ia memanggil pekerja itu Kakak karena masih terlihat muda.

"Tuan dan nyonya belum pulang, mereka akan pulang nanti sore."

"Baiklah, kak tolong buatkan Oza salad ya antar ke kamar kalo udah jadi."

"Baik tuan muda."

Oza naik ke kamarnya. Alasan ia pulang karena orang tuanya diam-diam mengajukan pindah kelas untuk dirinya. Beberapa waktu Erza kembarannya pindah ke sekolah yang sama dengannya, ingat? Karena memang Erza pintar anak itu masuk kelas A, kelas unggulan.

Orang tuanya tidak ingin nama mereka jelek karena anak kembar mereka jauh berbeda karena seperti rahasia umum 11-C Belift high School itu murid bermasalah. Mereka akhirnya mengajukan nama Oza untuk pindah ke kelas A, hal tentu saja di setuju oleh kepala sekolah karena memang Oza pintar.

Memang bisa pindah kelas?

Bisa

Belift high school menganut sistem nilai. Jika nilai seorang murid memenuhi standar sebuah kelas mereka dapat mengajukan pindah. Di Belift ada kelas A sampai E tentu saja kelas bawah di isi murid-murid dengan tingkat akademik dan non akademik standar.

Kasus khusus untuk 11-C. Mereka semua pintar namun sangat bermasalah. Awalnya saat kenaikan kelas berdasarkan nilai, mereka akan di pisah namun mereka membuat ulah. Jika ada yang ingat mereka membakar gedung olahraga sebagai bentuk protes.

Tak ingin menambah kerugian mereka akhirnya membiarkan kelas itu yang hanya di isikan lima belas orang.

Mereka juga kumpulan anak orang kaya. Akan sulit jika sudah berurusan dengan uang, apa yang tidak bisa di beli dengan uang. Kebenaran saja bisa di beli apa lagi dirimu yang tidak berharga di mata mereka. Menyingkirkan mu seperti menyingkirkan debu.

Oza marah. Tapi ia belum bisa melampiaskannya. Ia benci menjadi pintar, ia benci ketika seseorang memuji nilainya yang tinggi. Ia benci ketika bersanding dengan Erza di kelas yang sama.

Oza pintar bukan karena keturunan seperti kakak kembarnya yang walaupun tidur dikelas nilainya akan stabil. Oza harus belajar mati-matian hanya untuk nilai sembilan puluh di kertas ujiannya.

Saat masih sekolah dasar, sebelum bertemu sahabat-sahabatnya, demi memuaskan orang tuanya yang tidak pernah puas Oza selalu belajar. Tidak ada kata bermain dalam hidupnya. Bahkan ketika ia harus mimisan karena kelelahan belajar orang tuanya sama sekali tidak peduli.

Saat itu ia pulang dengan kertas ujian bertuliskan angka sembilan puluh enam di ujung kertas, orang tuanya malah mencemoohnya karena Erza mendapatkan nilai seratus.

Mulai dari situ kebencian Oza pada kakak kembarnya timbul. Rasa iri hati membuat Oza mulai memberontak. Ia mulai mencari pelampiasan dengan membully orang lain. Padahal saat itu usianya masih begitu muda namun sudah melakukan kejahatan.

Hingga saat awal masuk junior high school, ia bertemu Sean. Semua anak saat itu di dampingi orang dewasa entah orang tua atau saudara sang anak. Sepenglihatan Oza, Sean hanya sendirian seperti dirinya karena ibunya sibuk mengurusi Erza.

Gevariel ArseanoOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz