16

4.5K 416 29
                                    

"Ini hanya tentang diriku, mereka dan kesepian kami."

~Arseano~

~Happy Reading~

S

ean perlahan membuka kedua belah matanya. Ia ingat, ia berada di kamar Juan dan berakhir tertidur. Kini ia hanya seorang diri berada di kamar adik kandungnya itu.

Huft

Setelah menghela nafasnya sedikit berat Sean menyeringai. Entah apa yang membuatnya tersenyum begitu mengerikannya.

"Let's play with me."

Sean meraih ponselnya yang entah sejak kapan berada di nakas. Setelah mengecek beberapa saat Sean yakin ponselnya masih aman tanpa di rubah satu pun. Ia berfikir mungkin Juan hanya mengecek isi ponselnya. Tenang saja tidak akan ada yang mencurigakan di salam ponselnya.

Sean mendial beberapa nomor asing yang tidak tersimpan dalam kontaknya. Suara menyambungkan terdengar sebelum seseorang menyahut dari sebrang telepon.

"Hallo, dengan siapa?"

"Ini Sean."

"Sean!! Ya ampun Yan kemane lu dirumah sakit kagak ada?"

Sean menjauhkan ponselnya dari telinga karena suara orang di sebrang terdengar keras walau tidak sampai berteriak. Memang Oza ini tidak bisa di kontrol suaranya.

"Gw aman, sekarang gw ada di mansion Bramanty..."

"HAH!!"

"Bangsat Za jangan triak, budeg ini kuping gw."

"Sorry, sorry gw kaget. Kok bisa lu sampe kesana kambing, tau gak sih Lo si Jay, Brandon, Ama Rafassya kemari siang tadi."

Sean memandang kearah luar jendela. Ah, sudah malam rupanya. Apa selama itu ia tertidur, Sean sedikit meringis mengingatnya. Ia tidak pernah tidur siang jika tidak di sekolah atau sedang sakit.

"Kalian gimana, aman?"

"Aman, gw ama yang lain udah sembunyi in semua data diri kita."

"Bagus, suruh Darpa sambungin koneksi robot M-02 yang gw lepas di mansion tadi."

"Lu gila? Sean seriously?"

"Gw serius. Ucapan gw pas itu, gw gak main-main Oza."

"Oke gw cuma gak mau lu kenapa-napa."

"Gw bisa jaga diri. Lu sama yang lain jaga diri juga, sekiranya rumah udah gak aman pergi aja, gw udah siapin apartemen buat lokasinya nanti gw kirim."

"Sean..."

"Ya?"

"Apa ini termasuk rencana lu? Ricky, dan lu yang dibawa pulang."

Sean terdiam enggan menjawab. Ia berjalan kearah jendela kamar Juan yang ternyata memiliki balkon. Di bukannya pintu balkon membiarkan angin berhembus menerpa wajahnya.

Dapat ia lihat hamparan luas berwarna hijau yang di kelilingi tembok pagar mansion. Terlihat sepi. Di sebrang telepon, Oza setia menanti jawaban dari sahabatnya.

"Siapa yang tau," ucap Sean kemudian mematikan sambungnya. Ia bahkan tidak membiarkan Oza memberi jawaban.

Ctak

Sean menghidupkan pematik membakar batang nikotin yang ternyata masih berada di sakunya. Tidak tersisa banyak, hanya tinggal dua batang saja. Tapi itu sudah cukup membuang kebosanannya sementara.

Gevariel ArseanoOnde histórias criam vida. Descubra agora