14

4.7K 430 16
                                    

"Mengapa kau menghancurkan cermin ketika pantulannya tak sesuai dengan mau mu?"

~Ricky~

~Happy Reading~

Sean berada di toilet kamar rawat Ricky. Saat mencuci tangan di wastafel, ponsel di sakunya berdering menandakan ada yang menelpon.

Oza

Nama yang tertera pada layar ponselnya. Kontak Sean memang diisi nama-nama normal karena ia malas memberi julukan pada nama kontaknya. Menurutnya itu menganggu.

"Ngapain lu nelpon?"

"Gawat Yan. Tante lu ngeliat Haris pas si Batam."

"Tante?"

"Itu.. emaknya si kembar."

"Kok bisa sih." Sean tidak senang dengan kabar yang di sampaikan Oza.

"Kagak tau cuy, ini kemungkinan mereka bakal ke rumah lu. Gw ngeri Yan, kalo lawan satu dua gw masih bisa, tapi kalo kroyokan bonyok gw yang ada." Sean meremas pinggiran wastafel dengan erat.

"Amanin sema 'barang' kita, dokumen sekecil apapun jangan ampe tinggal."

"Oke, tapi lu sendiri di rumah sakit gak papa kan?"

"Gak papa, yang penting data kita aman."

"Yan are you oke?"

"I'm oke Oza. Itu udah lewat."

"Kalo ngerasa gak aman hubungi kita."

"Gw tau."

Sean mematikan sambungan ponselnya. Keluarga Bramanty tidak boleh tau masa lalunya bersama yang lain. Ia berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia sudah meninggal dunia itu dua tahun lalu dan tidak akan pernah kembali lagi.

"Brengsek, bisa gak sih hidup gw tenang bentaran aja. Gw capek."

Sean menatap cermin di depannya dengan tatapan marah. Ia benci. Ia benci melihat pantulan dirinya yang terlihat kacau. Nafasnya sedikit memburu.

"Lu pecundang Gevariel..."

Prang

Sean memukul cermin di hadapannya hingga pecah berkeping-keping. Beberapa pecahan menancap di kepalan tangannya dan beberapa lagi sengaja Sean genggam.

BRAK

Masih dengan wajah datarnya yang nampak menyedihkan, Sean menoleh kearah pintu kamar mandi. Di depan pintu ada Mahen dan Juan yang menatapnya terkejut. Darah menetes lumayan deras karena Sean menekan tangannya yang tertancap pecahan kaca membuat pecahan itu semakin dalam.

"Apa yang kau lakukan Sean!!"

Mahen menarik kasar tangan Sean membuat beberapa pecahan kaca yang di genggamannya jatuh kelantai.

"Apa kau sudah gila?!"

Sean masih dengan wajah datar menatap tanpa minat kedua 'saudaranya' yang ternyata tak sendiri. Di balik tubuh Mahen dan Juan, Sean dapat melihat Vante, Lisa, dan Bella yang memandangnya dengan pandangan pias.

Gevariel ArseanoWhere stories live. Discover now