6

5.8K 496 5
                                    

"Kami memang tidak kekurangan uang, kami hanya kehilangan masa ketenangan."

~Sean~

~happy reading~

"Gw udah gak papa, ngapain sih kalian lebay banget. Orang gw masih idup juga."

"Lebay lu bilang. Woy yang mulia Gevariel Arseano denger ya, siapa yang hujan-hujanan terus nelpon sambil nangis-nangis..."

"Ya itukan....."

"Sut gw belom selesai. Abistu demam gak bangun-bangun, bikin panik. Lu pikir siapa. SIAPA ha??!!"

"Maaf, Sean salah Janu jangan marah lagi ya."

Huft

Percakapan di atas adalah percakapan antara Sean dan Janu. Setelah Janu menjemput nya malam itu, ia terserang demam tinggi membuat kepanikan para sahabat.

Haris, dan Darpa segera meluncur meninggalkan kediaman masing-masing, sedangkan Oza belum ada kabar dari kemarin. Ponselnya tidak dapat di hubungi. Mereka menduga ponsel Oza di sita orang tuanya.

Apa lagi ini akhir pekan membuat mereka tidak bisa bertemu Oza.

"Udah Nu, mau nangis tu bocah," ucap Haris yang baru masuk kamar Sean membawa nampan makanan untuk Sean.

Sean penasaran dengan makanan yang di bawa Haris. Binar dimatanya yang tadi ia perlihatkan kini meredup melihat mangkuk makanan yang haris bawa.

"Bubur lagi," ucap Sean dengan nada yang di buat melas.

"Gak usah banyak protes makan tu, awas sampe gak lu makan. Ris season ni anak gw mau jemput Oza."

Haris meletakkan nampan makanan yang ia bawa di meja samping ranjang milik Sean. Pandangan Haris menelisik Janu dengan sedikit tajam khas Haris.

"Dia ngubungin lu?"

"Enggak, tapi biasalah dia pesen kemaren kalo gak ada ngabarin minta jemput bocahnya."

"Sendiri? Ajak Darpa ajalah ya," ucap Haris khawatir. Terakhir kali Janu menjemput Oza sendirian membuat Janu mendapat tiga jahitan di kepala karena berkelahi dengan kakak kembar Oza.

"Apa yang lu arepin dari Darpa. Kesian juga gw tambah bonyok nanti tu anak."

"Sama gw aja, biar Sean Darpa yang jaga."

Haris hampir meninggal kan kamar namun Janu menahan tangannya sambil menggeleng.

"Gak usah, makin runyam nanti."

"Tapi...."

"Janu hati-hati ya, nanti pulang Sean mau eskrim mint choco."

Suara Sean mengalihkan perhatian mereka. Awalnya mereka ingin meneriaki Sean dengan omelan yang membuat telinga panas namun tidak jadi.

Sean sama sekali tidak menatap mereka. Anak itu mengaduk-aduk bubur yabg tadi Haris bawakan dengan pandangan kosong namun wajah yang di hiasi senyum.

"Kalo ada yang beda dikit aja Ama pesenam Sean, Sean marah sama Janu."

"Oke nanti gw bawain."

Puk

Janu menepuk pundak Haris mengisyaratkan sesuatu lewat tatapnya. Seolah mengerti keduanya berjalan meninggalkan kamar Sean tak lupa menutup pintu.

Satu hal yang menjadi kebiasaan Sean. Jika ia terlihat tenang dan menyebut namanya sendiri saat berbicara, berarti Sean sedang tak ingin di ganggu dan itu cukup berbahaya.

Gevariel ArseanoWhere stories live. Discover now