51

1.1K 165 63
                                    

"Bahagia itu sederhana, namun tidak semua orang bisa bahagia"

~Gevariel Arseano Bramanty~

~Happy Reading~

Lisa dan Divya duduk di ruang keluarga sambil sedikit bercerita. Beberapa map berjejer rapi di meja sedang tidak tersentuh. Sesekali terdengar tawa merdu kedua wanita cantik itu. Yang pasti tidak seperti tawa kalian yang mengguncang rumah tetangga.

"Jadi apa lagi yang perlu di siapkan?" Lisa bertanya sembari tangannya mengambil sebuah map cukup tebal berwarna biru.

"Kemarin aku sudah mengecek semua persiapan di sekolah, kurasa kita belum punya kendaraan untuk berangkat ke pelabuhan."

Divya ikut melihat isi map yang di buka Lisa. Kedua nyonya muda Bramanty itu kini tengah membicarakan persiapan ulang tahun sekolah. Tidak ada yang boleh mengacaukan pesta yang di tunggu-tunggu pangeran kecil Bramanty.

"Bukan kah kepala sekolah menyediakan beberapa bus?" Lisa membuka lembar demi lembar untuk memastikan.

"Ya, tapi itu kurang kak. Bus yang tersedia hanya 10 unit saja, sedangkan paling tidak kita harus menyiapkan 20 unit untuk menampung semua siswa dan tenaga pengajar," ucap Divya menjelaskan.

Lisa hanya mengangguk. Ia kembali menyusuri nama-nama donatur yang mengambil bagian dalam persiapan acara itu. Sedikit mempertimbangkan tidak mungkin meminta pada keluarga Kastara, keluarga itu sudah memberi salah satu kapalnya. Tidak sopan untuk memintanya.

"Kakak punya kenalan sih yang bisa di hubungi tapi cuma sanggup menyediakan 5 unit saja. 5 lagi kesiapa ya?" Kedua wanita cantik itu mengerutkan kening berfikir. Sepertinya mereka lupa kalau mereka berasal dari keluarga kaya dan cukup berpengaruh.

"Mommy, Bunda!!" Lisa dan Divya mengalihkan pandangannya.

"Oh Sean anak Mommy sudah bangun sayang."

Dari arah tangga Sean datang dengan mengenakan celana pendek diatas lutut serta sweeter oversize berwarba baby blue berlengan panjang. Poninya diikat Apple hair dengan wajah sedikit cemong. Sepertiny cemong karena bedak. Tak lupa boneka telur itu masih di peluknya.

Sean berjalan pelan tanpa alas kaki sedangkan di belakangnya terlihat Mahen menenteng sepasaang sendal hiu berwarna baby blue. Tampaknya wajah Mahen agak kusut.

Tanpa aba-aba Sean langsung duduk dipangkuan Lisa tanpa memperdulikan Mahen di belakang yang tampak kusut. Jujur saja Mahen terlihat berantakan, lihatlah rambut dan beberapa pakaian nya yang terlihat basah.

"Wangi sekali anak mommy ini, seperti baby. Kau memakaikan minyak telon Mahen?" Lisa bertanya pada anak sulungnya kala mencium aroma minyak telon.

"Tadi badannya terasa dingin, kebetulan ada maid tadi yang baru membeli perlengkapan bayi untuk keponakannya, jadi Mahen minta minyak nya," jawab jujur Mahen.

"Dingin? Sekarang sudah tidak papa kan?" Lisa mengecek anaknya mulai dari kening, pipi, dan leher.

"Sean tidak papa mommy."

"Lalu, kenapa wajah ini bisa cemong bayi besar~" Divya dengan gemas mengusap lalu mencubit pipi bulat keponakannya.

"Itu bukan Mahen, dia yang pakai sendiri," ucap Mahen sambil duduk. Ia duduk di sofa single di samping sang bunda setelah meletakkan sandal yang ia bawa ke atas meja.

"Sean pakai sendiri?"

"Ehem~ bedak bunda cantik soalnya," ucap Sean riang sembari menatap Divya.

"Bedak... Bunda?"

Gevariel ArseanoWhere stories live. Discover now