32

2.9K 283 37
                                    

"Hidup itu tentang berperan, jadi jika aku jahat berarti peranku Antagonis."

~Darpa~

~Happy Reading~

"Apa perlu kita cari psikiater Dad?"

Kali ini keluarga besar Bramanty berkumpul semua kecuali Sean dan Ricky. Keduanya sudah berada dialam mimpi.

"Ouh tidak.. bagaimana anak manisku menjadi krisis identitas begini," ucap Grizelle, kakak perempuan Vante.

"Tapi bukankah kasus Sean sedikit aneh." Bella yang sedari tadi diam angkat bicara.

"Maksudnya?" Lisa tampak sedikit tidak sabaran.

"Mom setau ku jika itu alter ego atau little space bukankah tidak secepat itu berubah. Sean bahkan dapat mengganti kepribadiannya sangat cepat."

"Ya, tapi jika dalam keadaan sadar tidak mungkin bang Sean mau mencium mu sedangkan dia pernah mengancam mu."

"Mencium?"

"Ya, tadi siang bang Sean mencium pipi Bella. Kalo gak percaya tanya bang Rafa sama Ricky," ucap Juan agak kesal. Ia saja belum pernah di cium Sean Bella malah sudah pernah dua kali lagi.

"Tapi kita harus berhati-hati dengan temannya," ucap Mahen membuat atensi keluarnya berpusat padanya.

"Maksudmu boy," kali ini opa mereka yang berbicara.

"Gerakan tuan muda Kastara itu bukan gerakan acak. Aku yakin dia kuat."

"Yakin Hen?" Jay menatap Mahen dalam.

"Coba saja jika tidak percaya."

"Aku percaya.. dia, Kastara aku yakin dia yang merebut berkas ku malam itu." Divya angkat bicara membuat mereka bungkam.

"Maksud Bunda?"

Flashback

Divya memiliki janji bertemu seseorang di salah satu restoran mall. Awalnya ia merasa di ikuti namun saat di toko baju ia merasa tidak lagi di ikuti.

Divya memilih-milih Hoodie lucu yang akan ia berikan pada Sean. Ya karena tidak mungkin ia berikan pada putranya sangat tidak cocok mereka menggunakan pakaian lucu.

Tiba di restoran semua berjalan normal. Divya menghabiskan banyak waktu hingga cukup larut ketika ia selesai dengan segala urusannya.

Mobil miliknya melaju di jalanan yang cukup ramai namun perasaan di ikuti kembali ia rasakan. Mobil BMW putih itu mengikutinya, sial Divya bertemu jalan sepi. Dengan cepat mobil itu menghalangi mobil Divya. Sedikit penyok karena Divya sedikit terlambat melakukan pengereman.

Laki-laki serba hitam itu menghampiri Divya yang masih berada dalam mobil. Di ketok kaca mobil, karena tak sabar si pengetuk memukul kaca mobil hingga pecah membuat Divya berteriak. Ia hanya sendirian kali ini.

"Serahkan dokumen milikmu dengan baik-baik."

"Jika aku tidak mau?"

"Tidak papa aku bisa mencarinya sendiri."

Klek

Mata Divya melebar kala laki-laki itu berhasil membuat pintu mobilnya.

Ugh

Leher Divya di cengkram tidak terlalu kuat, hanya untuk memojokkan wanita itu di kursi.

Divya hanya menyaksikan sang pelaku mengobrak-abrik dokumen-dokumen miliknya. Tak lupa semua flashdisk di ambil.

Gevariel ArseanoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang