34

3K 322 93
                                    

"Jika bunuh diri menjanjikan ketenangan, aku adalah orang terdepan yang melakukannya."

~Arseano~

~Happy Reading~

Sean lagi-lagi membuka mata dalam kesendirian. Semuanya gelap serta sunyi. Tidak ada cahaya dan tanda-tanda kehidupan di ruang hampa itu.

"Kenapa?"

"Kenapa mereka membuangku?'

Sean mendengar suara anak kecil yang menangis. Suaranya terdengar pilu namun terselip kemarahan di setiap kata yang dia ucapkan. Sean melirik kanan dan kiri hingga menemukan anak kecil yang menangis dengan memeluk lututnya sendiri.

Sean mengenali anak itu. Sangat, karena itu dirinya sendiri. Dengan langkah pelan Sean berjalan hingga berhenti di depan dirinya versi lebih kecil.

"Ngapain masih disini, bukannya gw udah nyuruh lu pergi dari dulu?"

Anak kecil itu sebut saja Riel mendongak menatap Sean dengan mata sembab.

"Aku ingin bermain."

"???"

"Riel mau main seperti yang lainnya hiks.. mau main seperti Juan hiks.. dan Ricky hiks.. Riel mau ke taman bermain sama Daddy, Mommy hiks.. Riel pengen di sayang juga hiks.."

Sean menatap Riel tanpa minat.

"Berhenti nangis dasar cengeng.  Harusnya gw bunuh lu aja dari awal biar damai hidup gw."

"Kamu gak bakal bisa bunuh Riel karena kita satu." Sean membuang mukanya, kemana saja asal tidak melihat anak kecil itu.

Riel berdiri tepat di depan Sean. Tinggi Riel hanya sebatas perut dirinya versi remaja tanggung.

"Aku membenci mereka," ucap Riel.

"Gw tau."

"Aku tidak ingin memaafkan mereka."

"Apapun alasannya?" Riel mengangguk.

"Bahkan jika mereka berubah, itu tidak bisa merubah masa laluku menjadi lebih baik."

Sean bertemu tatap dengan Riel. Sean dengan tatapan kosongnya dan Riel dengan tatapan kebenciannya.

"Terus kenapa lu masih mau main sama mereka? Gw capek loh pengen istirahat aja."

Brug

Sean menjatuhkan diri dengan posisi telentang. Sejauh apapun matanya memandang hanya ada kegelapan sama seperti jiwanya yang selalu terasa kosong. Satu-satunya yang berwarna di sini adalah Riel dan dirinya.

"Aku hanya ingin merasakan sesuatu yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya. Jika sudah saatnya aku akan pergi dengan segala penyesalan mereka. Kenangan manis lebih sulit di lupakan."

"Gimana kalo lu pergi, gw juga pergi?"

Riel mendekati Sean dan duduk di samping Sean. Anak itu mengikuti arah pandang Sean meski tidak ada yang bisa di lihat. Semuanya hitam.

Gevariel ArseanoWhere stories live. Discover now