25

3.4K 312 5
                                    

"Dunia itu penuh candaan, jika ingin tenang maka ikutlah bercanda bersamanya."

~Oza~

~Happy Reading~

Setelah sedikit drama pagi di kediaman Bramanty, Sean kini berakhir di kantor Vante bersama sang Mommy. Awalnya anak itu menolak dengan alasan ingin sekolah, namun setelah di iming-iming berbagai macam makanan dan barang oleh Lisa anak itu dengan senang hati ikut.

Anak itu asik bermain game di ponsel Lisa. Mengapa bukan ponselnya sendiri? Jawabnya di ponsel mommy nya itu penuh dengan game anak-anak yang menarik perhatian Sean. Ia tidak pernah mengunduh game semacam itu karena menurutnya membosankan. Namun di luar dugaan game-game itu menyenangkan.

Nanti akan ia penuhi ponsel sahabatnya dengan game-game semacam itu.

"Mommy."

"Ya sayang."

Lisa yang awalnya sibuk dengan tablet di pangkuannya menoleh pada sang putra. Ia sangat senang ketika sedari Sean di bujuk dengan berbagai makanan dan barang, anak itu mau memanggil Lisa dan Vante dengan sebutan Daddy, mommy.

Sean yang duduk bersebrangan dengan Lisa berjalan gontai menuju sang Mommy. Tanpa beban Sean menjatuhkan tubuhnya ke pangkuan Lisa tanpa merasa bersalah membuat tablet mommy nya menghantam lantai. Lisa hanya meringis mendengar suara jatuh tabletnya tanpa niat menegur anak manisnya.

"Anak mommy kenapa?" Lisa mengusap sayang rambut putranya. Ia menyingkirkan poni Sean yang menutupi dahinya untuk melihat wajah cemberut anak tengahnya.

"Sean lapar."

"Anak mom lapar? Memang Sean mau makan apa?"

"Pizza, Sean mau pizza."

Raut wajah Lisa yang awalnya tersenyum berubah seketika. Ia memandang tak suka Sean yang menatapnya berbinar.

"Nggak boleh, itu nggak sehat baby. Kita makan di restoran aja ya sama Daddy?"

Binar mata Sean menghilang. Ia sudah sangat berharap pada mommy karena sejak ia tinggal di mansion Bramanty ia tidak bisa bebas memakan makanan cepat saji.

"Kata mom tadi boleh minta apa aja."

"Selain makanan cepat saji."

"Tapi Sean mau pizza mom," ucap Sean merengek. Sayang Lisa masih dengan pendiriannya.

"Enggak sayang, yang lain."

Sean kesal. Dari kemarin ia hanya mau pizza kenapa susah sekali. Salahkan sahabatnya yang pamer makan di resto cepat saji. Kan Sean juga mau.

"Hiks.. mom jahat, mom gak sayang Sean."

Sean turun dari pangkuan Lisa dan berniat berlari namun gagal karena sang Mommy menahannya.

"Oke-oke mom belikan," ucap Lisa tak tega melihat anak lucunya menangis, walau jika Sean menangis bertambah lucu.

"Beneran?"

"Iya, yang kecil aja tapi."

"Mommy yang beli?"

"Iya mom yang beli, asal babynya mom ini janji jangan keluar ruangan Daddy sebelum mommy atau daddy datang."

"Oke!"

'Berhasil.'

Setelah Lisa pergi, berakhir lah Sean sendiri di ruangan itu. Senyum licik terbit di bibir mungil itu.

"Ternyata membujuk mereka semua hanya butuh drama tangisan kecil," ucap Sean menghapus air mata palsu nya yang tidak seberapa itu.

Ia memang ingin makan pizza tapi ia tidak akan menangis karena hal kecil seperti itu. Lagian tujuan utamanya adalah mengusir sang Mommy. Beruntung cctv kantor sedang dalam perbaikan dan baru selesai sore nanti, jadi ia bebas melakukan apapun di ruang daddy-nya.

Gevariel ArseanoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang