2. Akiro's Life

232 16 3
                                    

"Terima kasih bagi yang sudah datang di acara temu dengan penggemar kali ini."

Diselenggarakan disebuah kafe di tengah kota, tempat yang belakangan ini menarik banyak perhatian publik karena sering dihadiri oleh aktor maupun aktris berikut dengan penyanyi yang sedang mengeluarkan album terbaru mereka. Akiro memutuskan untuk mengadakan acara temu dengan penggemarnya disini.

Akiro Yutaka, nama lengkapnya. Seorang pria blasteran Jepang-Korea-Amerika yang baru saja merintis karirrnya di bidang permodelan. Tahap puncak kesuksesannya beberapa waktu belakangan ini karena Akiro dirumorkan bersahabat dekat dengan Jeremy, seorang model yang namanya sudah terkenal di dunia permodelan sejak lama. Mereka dipergoki oleh para wartawan ketika tengah mengobrol santai di sebuah kafe dan sejak saat itu karir Akiro ikut melonjak. Para penggemar sering bertanya bagaimana kedunya bisa berteman, namun Akiro bersikeras tetap merahasiakan kehidupan pribadi mereka dengan menjawab seadanya saja. 

Bahkan untuk latar belakang keluarga Akiro sendiri tertutup sangat rapat. Tidak ada media yang berhasil mengungkapkannya ke publik dan Akiro sendiri memang berniat untuk tidak menampilkannya ke publik dengan alasan privasi. Penggemar Akiro hanya tahu kalau Akiro pernah berkuliah di luar negeri sebelum akhirnya mengambil pekerjaan sebagai seorang model.

Padat akan penggemar yang masuk keluar dari pintu kafe, setelah beberapa menit dibuka, kafe itu sukses dipenuhi oleh para penggemar Akiro. Mereka membawa poster, buku, majalah yang ia bintangi beberapa waktu belakangan, ada juga yang membawa barang pribadi mereka guna mengabadikan tanda tangan Akiro disana. 

Akiro duduk di area pojok kafe, tepat di depannya dibentangkan sebuah karpet yang diapit oleh tiang-tiang besi pembatas, tempat para penggemar mengantri. Dalam sekejap, suasana berubah menjadi sangat ricuh dan ramai. Seisi kafe sukses dipenuhi oleh suara histeris penggemar tak lupa dengan kamera ponsel yang otomatis terarah kepada Akiro, mendokumentasikan setiap pergerakan yang pria itu lakukan didepan sana.

"Aku sudah menyukaimu sejak lama, kau sangat tampan."

Akiro tersenyum kecil menanggapi pujian itu sebelum menerima sodoran buku catatan gadis didepannya itu dan segera membubuhkan tanda tangannya.

"Namamu siapa?" tanya Akiro.

"Daisy," ujarnya sebelum menyelipkan anak rambutnya ke belakang telinganya. Ia terus menatap Akiro dengan lekat, matanya berbinar dan senyumnya tidak pernah luntur sedikitpun.

"Nama yang bagus," puji Akiro kemudian menyerahkan kembali buku catatannya.

"Terima kasih," ujarnya yang masih terus menatap Akiro sembari memberikan pria itu sebuket bunga mawar merah.

"Silahkan," ujar James yang kemudian menerima pemberian Daisy dan mengarahkan tangannya ke arah samping. 

Daisy menghiraukannya sebelum mengarahkan tangannya ke arah Akiro, "Boleh aku memegang tanganmu?" tanyanya.

Akiro menatap sejenak sebelum tersenyum dan menggenggam tangan Daisy.

Daisy melebarkan matanya, jantungnya berdetak dengan cepat, "Wah...terima kasih, semoga kau sukses selalu. Aku akan terus mendukungmu," ujar Daisy dengan riang sembari bangkit berdiri dan meninggalkan Akiro sambil terus melambaikan tangannya. 

Baik dari segi percakapan yang terjadi, kontak fisik yang terjalin dan tatapan mata mereka yang berseri-seri sewaktu Akiro tersenyum ke arah mereka itu terulang hampir ratusan kali dengan Akiro yang memberikan reaksi yang sama hingga kafe menjadi sepi dan acara itu berakhir.

Akiro mengapit pipinya dengan jarinya sebelum meregangkan mulutnya yang terasa kebas karena terlalu sering tersenyum.

Seorang wanita tampak berlari kecil kearahnya, seolah sudah tahu betul tugasnya, wanita itu segera menuang cairan pembersih pada sebuah kapas putih dan mengusapnya pada area pipi Akiro. Kendati profesinya sebagai model, jujur Akiro kurang suka dengan polesan make up yang tebal pada wajahnya. Namun karena belakangan ini ia kurang tidur, kantung matanya itu berakhir harus ditutupi untuk acara hari ini.

James berjalan kearah Akiro sebelum berdiri tepat disampingnya dan menyodorkan air mineral kepadanya. Selagi Akiro meneguk isinya, James meletakkan sebuah folder tepat diatas meja Akiro.

"Kau yakin ingin menolak kesempatan ini, tuan model yang tampan?" James bertanya.

Akiro menatap sejenak sebelum menutup botol mineralnya dan meletakkannya ke samping.

"Setahuku perusahaan mereka ini sangat jarang menawarkan kontrak secara mendadak seperti ini. Mereka terkenal dengan kegiatan wawancara panjangnya. Walaupun aku tahu, perusahaannya belum lama berkembang, tapi setelah tahu pemiliknya, perusahaan ini tidaklah buruk Akiro," jelas James panjang lebar membuat Akiro menatap pria itu kemudian menangguk sekali, pertanda setuju dengan kalimat yang James utarakan barusan.

"Ternyata kau tidak sebodoh yang kukira. Tapi kenapa mereka mau merekrut aku yang pemula ini? Dasar aneh," ujar Akiro sembari melirik kembali ke arah folder yang terpampang di depannya itu.

James terdiam sejenak, tampak mencerna perkataan Akiro barusan. Memang sih ada benarnya, tapi menurut James jika Akiro menolaknya maka Akiro seperti orang yang membuang ikan hasil pancingannya setelah menunggu berjam-jam. Alasan lain, jika karir permodelan Akiro mencapai puncaknya maka gaji James juga bisa ikut naik.

"Bisa saja mereka terpukau dengan pemotretanmu yang kemarin. Aku dengar-dengar perusahaan mereka juga sedang mendiskusikan sebuah projek bersama," ujar James berusaha membujuk, lagian ia tidak bisa memikirkan alasan yang logis kenapa Akiro ingin menolak kerja sama menguntungkan ini.

Dilhat dari segi manapun mereka akan untung bukannya buntung.

Akiro berdiri dari duduknya kemudian berjalan ke arah ruangan yang disiapkan untuk dirinya berganti baju, "Siapa bilang aku ingin menolak?" 

James yang setia mengekori Akiro dari belakang refleks melebarkan matanya.

"Jadi kau akan menerimanya?" Nada bicara James berubah girang sebelum Akiro menghentikan langkahnya membuat James hampir menabrak punggung pria itu.

"Kalau kau ingin membuat gajimu naik dengan memaksaku menerima kontrak itu maka tidak usah repot-repot. Aku bisa memberikanmu bonus dari dompet pribadiku sendiri. Aku kan kaya raya," ujar Akiro dengan nada sombongnya sebelum membuka pintu ruangan dan masuk ke dalamnya untuk berganti baju.

"Benarkah? Memang kau yang terbaik, kita tidak butuh perusahaan itu, kau memang sudah kaya dan tampan dari lahir!" James berujar setengah berteriak sembari mengepalkan tangannya ke atas sedangkan Akiro hanya menggeleng melihat tingkah pria itu.

Seperti yang diduga oleh Akiro, James memanglah gila uang. Bagi pria itu, kebahagiaannya bisa dibeli dengan uang.

Setelah selesai berganti baju, tiba-tiba ponsel Akiro yang berada dibalik sakunya bergetar. Akiro mengangkatnya, beberapa detik setelah panggilan itu tersambung, Akiro mengepalkan tangannya. 

Dengan sekali gerakan, Akiro membanting pintu ruangannya dan menghampiri James dengan tatapannya yang berubah tajam dan menusuk membuat James kebingungan dengan perubahan raut pria itu.

"Kunci mocil," titah Akiro, nada bicara pria itu terdengar berat dan seperti menahan amarah, ada kesan buru-buru dalam setiap gerakannya.

James memberikan kunci mobil Akiro yang langsung disambar cepat oleh pria itu, disusul dengan langkah Akiro yang melangkah cepat keluar dari area kafe melalui pintu belakang dapur sebab jika melalui masuk pasti masih ada beberapa penggemar yang masih menunggunya.

"Hei, kau mau kemana?" teriak James.

"Aku ada urusan, singkirkan jadwalku malam ini dan jadikan hari lain. Tidak usah mengunjungi apartemen hari ini," ujar Akiro kemudian menghilang dari pandangan James, meninggalkan James dengan banyak pertanyaan yang berputar dalam benaknya.

Padahal mereka berjanji untuk minum bersama di apartemen hari ini untuk merayakan berhasilnya projek Akiro belakangan ini tapi Akiro mendadak pergi seperti ini. Dan bagaimana ekspresi Akiro yang berubah dari ceria menjadi seserius itu, jujur James tidak pernah melihat sisi Akiro yang seperti itu. 

Pria itu benar-benar aneh. James tidak pernah mengerti dengan Akiro. 



Thanks for reading

SCANDAL CONTRACTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang