54. Kembali Padaku

62 1 0
                                    

Jika Gwenn mengikuti rencana awalnya, maka seharusnya Grace sedang berdiri di sampingnya sekarang. Memang seharusnya Gwenn memaksa Grace untuk membatalkan janji pentingnya itu hari ini demi menemani Gwenn. Seandainya hal itu terlaksana, maka Gwenn tidak akan kesusahan seperti saat ini.

Menarik napas sekali, Gwenn memutuskan untuk mengikat rambutnya yang tergerai bebas dan mulai menyeret kopernya dengan perlahan untuk masuk ke dalam area penginapan. Lupakan tentang penampilan rapi Gwenn sebagai seorang pekerja profesional yang ingin merundingkan obrolan penting dengan Mr. Kei, sebab kini ia benar-benar kesusahan tanpa Grace.

"Seharusnya aku menaikkan gaji wanita itu bulan lalu," gumam Gwenn pelan, teringat dengan gurauan Grace tentang menaikkan gajinya karena selama ini dia sudah setia kepada Gwenn dan pekerjaan mereka hingga tanpa sadar wanita itu mengikuti jejak Gwenn untuk melajang demi pekerjaan.

Melewati jalan setapak yang berbatuan, ditambah jalan di pengunungan yang tidak rata membuat Gwenn kesusahan menyeret langkahnya. Baru beberapa langkah berjalan, ketakutan Gwenn benar-benar terjadi saat kakinya tak sengaja menginjak bebatuan yang agak besar, sensasi denyutan yang ia dapat dari insiden jatuhnya kemarin kembali menguap keluar.

Dengan refleks Gwenn merentangkan kedua tangannya ke udara berusaha menyeimbangkan tubuhnya, "Sial, kakiku," umpat Gwenn sebelum matanya kembali melebar saat menyadari sesuatu. Genggaman pada tangannya kosong, secepat fakta pahit itu menghampiri benaknya, Gwenn refleks membalikkan tubuhnya saat sebuah seruan menghentikan aksinya.

"Hey, kopermu."

Suara yang tidak terdengar asing bagi Gwenn itu, baik dari pemilihan kata yang tidak sopan dan nada bicaranya yang memberikan kesan tengil dan meremehkan. Tidak mungkin.

Gwenn berbalik cepat sebelum mulutnya sukses terbuka saat mendapati Akiro turun dari mobilnya. Kaca mata hitam yang terpatri pada wajah tampannya itu berhasil menyihir Gwenn untuk tetap menikmati pemandangan itu, hingga akhirnya Akiro berjalan ke arah kopernya tergeletak di tanah dan meraihnya kemudian menyeretnya mendekat ke arah Gwenn.

Dari balik kacamata hitamnya, Akiro mengerutkan alisnya. Melihat bagaimana Gwenn yang tiba-tiba mematung seakan tenggelam dalam pikirannya sendiri membuat Akiro menyadari kalau kehadirannya ini benar-benar memiliki dampak yang besar bagi Gwenn. Tanpa sadar Akiro tersenyum kecil karena pemikirannya itu.

"Kenapa? Kau mendadak tidak bisa fokus karena melihat pria tampan didepanmu ini?" Akiro menyapa Gwenn dengan pertanyaan percaya dirinya.

"Bagaimana kau bisa ada disini?" menghiraukan omong kosongnya beberapa waktu lalu, Gwenn balas bertanya dengan raut bingungnya.

Akiro mengedikkan bahunya tampak santai sebelum menjawab, " Aku hanya ingin berlibur sejenak dari pekerjaanku, tahu-tahu aku bertemu denganmu disini. Memang kita ditakdirkan..."

"Orang gila mana yang akan berlibur dengan pakaian seperti kau? Dan apa ini?" sergap Gwenn langsung kemudian dalam sekali gerakan, menggapai kacamata hitam Akiro membuat pria itu berengut protes. Gwenn menatap Akiro dari atas hingga ke bawah, ini benar-benar tampilan yang sama seperti yang Gwenn lihat saat berkunjung ke kantor Akiro beberapa minggu lalu. Akiro terlihat seperti berangkat dari kantor dan berakhir entah bagaimana terdampar disini.

"Kau membuntutiku?" tanya Gwenn, tatapan matanya menajam tampak menyelidiki raut wajah Akiro.

Akiro menggeleng, "Tidak."

"Aku tidak suka orang yang berbohong Akiro."

Akiro menangguk, "Iya."

Gwenn menghela napas sekali, "Kau yang memberiku plester juga?"

Lagi-lagi Akiro menangguk.

Gwenn memijat pelipisnya sebelum menatap tajam ke arah Akiro dan merampas kopernya dari genggaman pria itu dengan kasar untuk masuk ke dalam area penginapan.

SCANDAL CONTRACTWhere stories live. Discover now