15. Eric

121 0 0
                                    

"Kau akan melakukannya kan?" Akiro bertanya setelah panggilannya terhubung kembali.

Terdengar helaan napas yang cukup kasar, "Sudah kubilang aku tidak mau, lebih baik aku menghabiskan waktu berhargaku di kelab daripada pesta bodoh semacam itu."

Akiro menghentikan langkahnya tepat didepan wastafel dan menancapkan pandangannya ke depan, tepat ke arah cermin yang memantulkan tatapan penuh tekadnya.

"Kupastikan disana lebih banyak wanita cantik yang bisa kau kencani daripada di kelab. Mereka bahkan lebih berkelas daripada tempat kotor yang sering kau kunjungi itu bodoh," umpat Akiro pelan diakhir dengan tingkat kesabarannya yang mulai habis.

Lawan bicaranya itu terkekeh kecil seolah kemarahan Akiro adalah hal yang ia tunggu-tunggu sedari tadi.

"Kau memang pandai merangkai kata dan membujuk orang untuk mengikuti kemauanmu. Tidak ada yang bisa mengalahkanmu kalau soal itu," ujarnya yang membuat sudut bibir Akiro naik. Ini memang salah satu keahliannya.

"Kalau begitu susul aku kesini, secepatnya," ujar Akiro sembari mengaktifkan mode speaker dan mulai membasuh tangannya dengan air mengalir keran.

"Iya-iya," dengan nada malasnya ia menjawab ketus.

"Ingat, semua boleh kau kencani kecuali dia," peringat Akiro dengan nada seriusnya sebelum menutup kerannya kembali.

"Aku tahu pak bos, aku tidak akan berani menyentuh milikmu," walaupun jawabannya terdengar seperti tengah bercanda, tetapi Akiro tahu kalau dia tidak akan berani melanggar hal itu.

Akiro akhirnya mematikan panggilan itu dan begitu membuka pintu kamar mandinya, ia terkejut melihat James yang masih setia menunggu di depan pintu.

"F*ck, kau mengagetiku. Kenapa kau masih ada disini?" umpat Akiro sembari reflex menetralkan tarikan napasnya. Memegangi pelipisnya yang tiba-tiba terasa pusing, Akiro akhirnya melempar tatapan mematikannya ke arah James.

James menyipitkan kedua matanya, alisnya menyatu tak lupa dengan tatapan sok menelitinya yang terlihat seperti mencurigai sesuatu, "Kenapa kau sampai kaget seperti itu? Memangnya kenapa kalau aku ada disini?"

Akiro mengibaskan lengannya membuat gerakan mengusir, "Pulanglah, aku ingin tidur," ujarnya sebelum berjalan mendahului James.

James membalikkan badannya, sembari terus memperhatikan Akiro, James menunjuk sebuah tempat sampah yang berada tepat disampingnya.

"Lihat kantung matamu itu Akiro dan ini," James menekan injakan tempat sampah di kamar Akiro, menampakkan tumpukan minuman kaleng seperti kopi dan juga ada beberapa kaleng bir tertimbun didalamnya.

"Kau pasti sering bergadang belakangan ini," ujar James yang tidak dibantah oleh Akiro. 

"Matamu terlihat seperti mata panda sekarang dan jangan lupa kita akan pergi menemui Mrs. Bella besok. Kumohon, tolong atur wajahmu itu terlebih dahulu," cecar James panjang lebar layaknya seorang ibu yang tengah menasehati anaknya agar jangan tidur larut malam agar bisa tumbuh menjadi anak yang sehat dan tinggi.

"Kau sangat cerewet belakangan ini James," protes Akiro.

"Ini demi kebaikanmu..."

"Iya-iya, aku tahu. Pergilah sekarang, kau menganggu waktu tidurku," ujar Akiro cepat guna memotong kalimat pria itu sebelum berjalan menghampiri James dan mendorong bahunya.

Dengan langkah yang terseret-seret hingga ia keluar sepenuhnya dari kamar Akiro, James berujar dengan nada penuh peringatannya, "Aku akan mengawasimu. Lihat saja, aku akan dating lebih sering."

"Aku akan ganti password-nya," ujar Akiro santai membuat kedua mata James membelalak kaget.

"Hei!"

Dan Akiro langsung menutup pintu kamarnya dan James mendengar suara kuncian pintu menandakan Akiro memang tidak ingin diganggu.

SCANDAL CONTRACTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang