11. Hari yang berat

124 2 0
                                    

Wah, pria didepannya ini benar-benar berhasil menguji kesabaran Gwenn. Mengingat ini kali pertama mereka bertemu kembali setelah insiden 'itu', Richard tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk membuli Gwenn.

"Daripada kau menaruh harapan pada pemula tidak jelas sepertinya, bagaimana kalau kau bergabung dengaku saja?" Tanya Richard, melirik sekilas kertas sketsa dalam genggaman Gwenn sebelum berakhir menatap gadis itu.

"Maksudnya?" Gwenn tidak mengerti.

"Aku pernah memikirkannya, sayang jika bakatmu itu disia-siakan dengan membuka merek baju yang masih berkembang seperti itu dan setiap hari kau harus bekerja keras untuk memohon dengan orang sepertiku karena kau tidak bisa menggelar acara seperti itu sendiri mengingat uangmu tidak akan cukup dan pastinya tidak memiliki sponsor..."

"Tolong jangan bertele-tele, seperti yang anda bilang tadi. Jika memang bear-benar sibuk, maka berhematlah dengan waktu anda," Gwenn berujar memotong kalimat Richard.

Rahang Richard mengeras, ia tidak menyangka Gwenn akan berani untuk menantang dirinya seperti ini. Richard hanya membalas tersenyum, Gwen n tdak boleh tahu kalau pengaruh kalimat wanita itu begitu besar bagi dirinya.

"Kusarankan kau menikah dengan putraku. Lagian kalian sudah kenal lama kan? Kau bisa hidup bahagia dan perusahaan daddymu itu akan kembali menjadi milikmu," Richard mengusulkan tak lupa dengan senyum lebarnya seolah pemikirannya itu sudah sangat sempurna.

Gwenn sontak berdiri degan cepat, dia sudah tidak tahan. Pria didepanya ini benar-benar tidak tahu malu.

Setelah merebut hasil kerja keras Jacob selama ini, kini dia kembali untuk merebut putrinya dari sisi Jacob. Jangan salah, Gwenn bukanlah benda mati seperti perusahaan Jacob dulu yang tidak bisa berbuat apa-apa dan hanya bergerak mengikuti arus, Gwenn merupakan sosok pembangkang yang akan melawan arus itu dan tidak akan pernah sudi untuk bergabung dengan orang licik seperti mereka. 

"Terima kasih waktunya, kau bisa mengubungiku sekertarisku lagi jika memag berniat," pamit Gwenn sembari membereskan barang-barangnya.

Richard tiba-tiba mengarahkan tangannya untuk berjabat dengan Gwenn. Wanita itu terdiam sejenak sembari menatap tangan Richard yang mengambang di udara. 

Richard masih menunggu dengan canggung sembari melirik ke arah pintu dimana sekertarisnya itu kebetulan sedang mengarahkan fokusnya ke arah mereka. Apa yang akan mereka pikirkan jika seorang klien rendahan seperti Gwenn menolak jabatan tangannya?

"Bersikaplah baik-baik kepadaku atau aku akan membuat toko kecilmu itu hancur detik ini juga," bisik Richard pelan dengan nada penuh peringatannya. 

Tangan Gwenn yang awalnya terkepal kuat perlahan melunak sebelum menjabat tangan Richard.

Pria itu tampak tersenyum puas dengan tindakan Gwenn, "Tapi kalau kau ada waktu lagi, mungkin kita bisa makan siang bersama dan aku akan mempertimbangkan lagi proposalmu yang tadi. Janan lupa, aku akan mengajak putraku juga," ujar Richard sebelum mengelus punggung tangan Gwenn dengan jempolnya membuat bahu Gwenn terkesiap.

Gwenn spontan mengangkat kepalanya dan menatap Richard, berusaha memperingatkan pria itu melalui tatapannya untuk tidak melewati batas yang ada.

"Oh maaf, soalnya tanganmu sangat lembut. Aku berharap kita bisa bertemu lagi," lagi-lagi Richard menampilkan senyum yang kini terlihat sangat menyebalkan di mata Gwenn. 

"Kalau begitu saya permisi dulu," ujar Gwenn mengakhiri pertemuan mereka kemudian mendekap laptopnya erat-erat dan meninggalkan pria itu.

Sebelum benar-benar berjalan pergi dari sana, Gwenn menyempatkan diri unuk berbalik, "Anda menjadi pria terhormat didepan publik tapi berita itu tidak sesuai dengan yang baru aku lihat. Tolong jaga sikap anda dan jika kau memang tertarik dengan proposalku, yng harus kau pegang adalah pena untuk menandatanganinya bukan tanganku. Sekian," ujar Gwenn menatap kedua manik Richard sebelum membungkuk sekali dan melajutkan langkahnya.

SCANDAL CONTRACTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang