52. Perang Dimulai

44 1 0
                                    

Gwenn akhirnya memberanikan diri untuk kembali ke apartemennya setelah beberapa hari menginap di rumah sakit dan menghindari ayahnya. Keadaan Akiro sudah lebih baik, beruntung pemulihannya berlangsung dengan cepat sehingga pria itu bisa keluar dari rumah sakit lebih awal demi menghadiri rapat pentingnya di luar negeri.

Benar-benar kehidupan yang sibuk.

Keraguan terus menghantui Gwenn saat ia membuka pintu apartemennya sebelum melangkah masuk ke dalam dengan hati-hati. Baru saja hendak melepas sepatunya, sebuah suara yang sangat Gwenn kenali itu mengudara dan secara tepat menancap jelas pada indra pendengaran Gwenn.

"Masih ingat pulang?"

Itu adalah suara milik Jacob, ayahnya.

Kepala Gwenn secara otomatis berbalik dengan cepat, mengantarkan pandangannya untuk terarah kepada Jacob.

Sembari menampilkan senyum sok tidak bersalahnya, Gwenn segera menjawab dengan nada girangnya, "Walaupun aku selalu disibukkan dengan Vee, ini tetap menjadi rumah pertamaku dad."

"Benarkah? Aku bahkan hampir melupakan bentuk wajahmu," ujar Jacob, walaupun nada bicaranya terdengar tenang dan tak menyiratkan nada emosi apapun, tetapi nyatanya setiap kata yang keluar dari mulutnya ditujukan untuk menyindir Gwenn yang lebih sering memilih untuk berlembur di Vee.

Perlahan tapi pasti, Gwenn memberanikan diri untuk duduk di sofa sebelum melirik sekilas ke arah Jacob yang sedang sibuk dengan buku bacaannya. Keheningan terus mengudara diantara mereka berdua hingga Gwenn yang akhirnya tidak tahan dengan kecanggungan itu akhirnya membasahi tenggorokannya sekali dan berujar, "Maaf..."

Namun kalimat Gwenn berakhir terhenti karena dipotong oleh Jacob.

"Kerja bagus," ujar Jacob diikuti seulas senyum bangga yang terbit diwajahnya saat ia menutup buku dalam genggamannya itu.

Mulut Gwenn berakhir terbuka sembari otaknya berpikir keras untuk mencerna kalimat yang mengarah kepada sebuah pujian itu. Gwenn pikir Jacob akan marah kepadanya mengingat betapa kacaunya media setelah kejadian di pesta Richard itu, terlebih lagi nama Jacob dibawa-bawa. Walaupun dalam hal yang positif, tetapi Gwenn tahu kalau ayahnya itu sudah malas berurusan dengan Richard.

"Perusahaan itu akhirnya hancur dan orang seperti Richard tidak akan bisa kembali pada posisi dimana dirinya berada seperti dulu, bahkan tidak dengan bantuan Sabrinna sekalipun. Setidaknya rasa bersalahku sebagai seorang pemimpin yang tidak becus sehingga orang seperti Richard bisa lolos..."

"Dad..." peringat Gwenn karena tidak menyukai sikap Jacob yang selalu menyalahkan dirinya sebagai penyebab utama kehancuran perusahaannya dulu.

"Akhirnya setelah sekian lama, perasaan bersalahku bisa sedikit terkikis," lanjut Jacob jujur.

Walaupun sejatinya, harapan Jacob mengenai semua tindakan curang Richard sudah terbongkar ke publik, Gwenn tahu, jauh di lubuk hati Jacob pasti terpatri sedikit kekecewaan terhadap bagaimana kondisi perusahaannya sekarang. Kini perusahaan itu sedang berada di ambang kehancurannya, banyak karyawan yang keluar setelah melakukan aksi demonstrasi mereka, tidak ada seorang pemimpin hingga kabar perceraian Sabrinna dengan Richard. Kabarnya Richard telah pindah ke daerah terpencil untuk memulai hidupnya disana yang jauh dari pusat kota yang penuh akan jeratan lensa kamera wartawan.

Gwenn menggeleng, "Tidak, siapa bilang perusahaan itu akan hancur," ujar Gwenn dengan nada percaya dirinya sembari menatap serius ke arah Jacob.

Jacob menoleh untuk menatap Gwenn dengan raut bingungnya, "Apa maksudmu?"

"Aku tidak akan membiarkan perusahaan itu hancur begitu saja, setidaknya saat aku masih mampu untuk merebutnya kembali."

Jacob hanya terdiam begitu Gwenn menyelesaikan kalimatnya. Dilihat dari raut serius Gwenn dan bagaimana matanya yang berkilat semangat serta terkesan sangat bersungguh-sungguh dengan pernyataannya barusan, sebuah pertanyaan melintas dalam benak Jacob.

SCANDAL CONTRACTWhere stories live. Discover now