12. Tarik Ulur

129 1 0
                                    

Grace akhirnya menghentikan mobilnya tepat didepan sebuah gedung yang lumayan besar setinggi tiga lantai, dimana merupakan tempat Grace bekerja sekaligus perusahaan pakaian yang Gwenn dirikan sendiri dari hasil jerih payahnya selama ini. 

Menggunakan konsep toko klasik yang terkesan modern dan trendi, tampilan luar gedung itu dibungkus rapat oleh kaca yang memberi akses sepenuhnya bagi orang luar untuk melihat area dalam gedung. Sebuah pintu masuk otomatis dengan plakat nama besar yang menggantung diatasnya bertuliskan 'VEE' dan berhasil menjadi ikon utama bagi gedung itu.

Area lantai satu merupakan toko baju Gwenn, tempat ia menjual semua busana baik yang Gwenn desain sendiri maupun hasil kolaborasi dengan beberapa desainer lain. Lantai dua gedung merupakan kantor Gwenn, lengkap dengan beberapa karyawan perusahaan yang akan membantu Gwenn dalam mencatat pengeluaran dan pemasukan baik dari toko, sponsor maupun terkait kerja sama dengan pihak luar. Dan lantai tiga merupakan gudang yang terkadang Gwenn gunakan sebagai area bermalamnya jika pekerjaannya menumpuk.

Suara hak tinggi Gwenn bergemeletuk secara berirama, mengantarkan langkahnya melewati pintu masuk hingga sepenuhnya masuk ke dalam area gedung. Seolah sudah tahu betul siapa Gwenn dan apa pengaruh kehadiran wanita itu disana, beberapa staff yang berdiri disekitarnya membungkuk kecil sebagai bentuk sapaan hormat mereka.

Gwenn membalasnya dengan tersenyum kecil, melihat mereka yang sedang sibuk melayani para pelanggan membuat Gwenn mengangkat tangannya sedikit, mengisyaratkan mereka agar fokus pada pekerjaan dan mengabaikan dirinya saja.

Grace mengikuti Gwenn dari belakang sebelum masuk ke dalam lift bersama-sama.

"Henry memberitahuku kalau laporan penjualan toko bulan lalu sudah selesai, dia memintaku untuk mengabarimu," ujar Grace memberitahu saat pintu lift terbuka dan hanya diangguki oleh Gwenn.

 Sesaat setelah sampai di lantai dua, Gwenn meletakkan laptop dan pproposalnya ke atas meja sebelum duduk pada kursi kerjanya, bersiap untuk mengecek laporan yang sudah ada diatas mejanya itu.

Grace memutar langkah kemudian meraih sebuah cangkir, mengisinya dengan air putih dan menyodorkannya ke arah Gwenn.

"Minumlah, bibirmu terlihat pecah-pecah Gwenn. Kalau kau sakit aku juga yang repot," peringaat Grace sembari mendengkus pelan akan sifat gila kerjanya seorang Gwenn Victoria. 

Tatapan Gwenn sontak beralih menatap Grcace sembari tersenyum kecil, "Thanks," ujarnya kemudian meneguk isinya.

"Oh ya, aku lupa memberitahumu," ujar Grace tiba-tiba membuat Gwenn kembali menatap dirinya.

Grace terdiam sejenak sebelum menarik napas sekali dan berujar, "Mereka menolak proposal kerja sama kita."

Gwenn menaikkan alis kanannya diikuti tatapan bingungnya ia bertanya, "Mereka siapa?"

"Akiro, model pemula itu menolak untuk bekerja sebagai model brand pakaian kita."

Refleks tubuhnya lebih cepat mencerna daripada otaknya membuat Gwenn terbatuk keras karena tersedak air yang baru saja ia telan itu.

Grace melebarkan matanya panik dan langsung menghampiri Gwenn, "Hei, kau tidak apa-apa? Aku pernah membaca berita kalau kesedak bisa membuat orang mati. Kau masih muda Gwenn, kau bahkan belum menikah," sembari menepuk pelan punggung Gwenn, Grace berujar panjang lebar.

Gwenn memutar bola matanya malas, "Bukan air ini yang bisa membunuhku tapi perkataanmu barusan," kesal Gwenn sebelum berdiri dengan cepat membuat Grace refleks mundur beberapa langkah.

Gwenn kemudian berbalik dan menatap Grace dengan kedua bola matanya yang emmbesar, jangan lupakan hidungnya yang kembang-kempis menandakan Gwenn sedang dalam mode siaganya saat ini. 

"Apa alasannya? Apa alasan mereka sampai menolak kita?" 

Grace menggaruk lehernya yang tak terasa gatal, jika ia mengatakan yang sebeanrnya maka amarah Gwenn bisa benar-benar meletus detik itu juga dan akhirnya Grace yang harus repot. 

Grace menghampiri Gwenn dan merangkul bahu wanita itu sok akrab,"Gwenn, bukannya bagus mereka menolak kita? Itu artinya kau mewujudkan impianmu. Lagian kau memang tidak berniat bekerja sama dengannya kan? Jadi kita tidak harus turun tangan sendiri untuk menarik proposal itu kembali dan mengatakan kalau itu adalah kesalahan perusahaan kita," terang Grace sembari menatap Gwenn dari samping.

Kemudian Grace kembali melanjutkan, "Jadinya, mereka tidak akan menganggap kita tidak serius dalam bekerja bukan?" Grace berusaha menyakinkan Gwenn tapi tampaknya hal itu tidak berpengaruh terhadap Gwenn.

Sisi negatif wanita itu kembali bangkit, Gwenn yang tidak menerima penolakan dan Gwenn yang selalu ingin menang. Lima tahun bekerja dengan wanita itu, Grace dapat melihatnya dengan jelas dari hidung Gwenn yang mengerut tak suka, tatapan matanya bergerak ke sembarang arah seolah tengah berpikir keras akan sesuatu dan sedetik kemudian dia kembali menggeleng keras.

"Kenapa? Kenapa model pemula seperti dia menolak perusahaan besar seperti kita?" tanya Gwenn tidak mengerti, ia mengambil langkah maju membuat rangkulan Grace terlepas dari tubuhnya.

Beruntung ruangan kerja Gwenn dibatasi oleh pintu kaca yang membuat karyawan dilaur tidak memiliki akses untuk melihat kegilaan Gwenn yang sekarang ini.

"Walaupun tidak sebesar dan sesukses punya Richard, tetapi perusahaan kita tidak seburuk itu kan? Lagian dia juga model pemula, kita sama-sama pemula tetapi kenapa dia bisa sombong seperti itu? Apa dia menanggap perusahaan kita tidak menguntungkan baginya?" Gwenn mulai mengoceh sembari mondar-mandir di dalam ruangannya.

Entah kenapa penolakan Akiro berhasil melukai harga diri Gwenn. Cukup dengan penolaka pertama dari Richard, Gwenn tidak akan menerima penolakan kedua lagi. 

Sebenarnya Grace merasa kasihan, dengan memiliki sikap cenderung tidak suka diremehkan dan ingin pamer seperti itu membuat Gwenn terkadang bekerja diluar batasannya demi menunjukkan kalau dirinya bisa berhasil juga. Tapi adapun sisi positifnya, sikap ambisius dan tidak mau kalah itu yang mendorong Gwenn hingga bisa mencapai titik suksesnya hari ini.

"Tenangkan dirimu dulu..."

"Tidak bisa, aku harus tahu apa alasan dia menolak kita," Gwenn bersikeras tetap pada pendiriannya dan Grace hanya menghela napas seolah sudah terbiasa dengan pemandangan didepannya ini. 

Gwenn tiba-tiba teringat akan pertemuan mereka kemarin, apa pria itu masih menaruh dendam dengan Gwenn? Sedetik kemudian Gwenn menggeleng keras, tidak mungkin kan? 

"Aku tahu," Gwenn tiba-tiba berujar sambil tersenyum lebar. Melalui kaca pembatas gedung, Gwenn menatap jalan raya yang padat dibawah sana dengan tatapan bangganya seolah dia habis berhasil menebak kuis berhadiah jutaan rupiah dengan otak cerdasnya itu.

"Apa? Memangnya apa yang kau tahu?" tanya Grace ikut penasaran.

Gwenn membalikkan tubuhnya dengan cepat dan menatap Grace sembari menaik-turunkan kedua alisnya, "Dia pasti melakukan trik tarik ulur, dia pasti ingin upah lebih," ujar Gwenn sebelum melipat tangannya dengan gerakan sombong.

Grace tercengang untuk sepersekian detik sebelum tertawa hambar sebagai reaksi terhadap dugaan aneh Gwenn itu. 

'Andai saja kau tahu,' Grace membatin sembari menatap Gwenn yang masih terlihat bangga dengan hasil pemikirannya barusan.

"Grace," panggil Gwen yang langsung membuyarkan lamunan wanita itu.

"Atur jadwal pertemuan dengannya."

"Baik."

SCANDAL CONTRACTWhere stories live. Discover now