33. Kemenangan

67 0 0
                                    

Gwenn menghentikan langkahnya ketika sudah mendekati area tempat mobil Akiro di parkir. Akiro yang menyadari hal itu segera mengikuti arah pandang Gwenn yang tertuju lurus ke depan sebelum menemukan Dino berdiri jarak beberapa langkah di depan mereka. Kebetulan macam apa ini, rasanya Gwenn ingin cepat-cepat menghilang saja dari sana.

Tanpa memberikan sapaan basa-basinya, Dino mengeluarkan ponselnya, mengetikkan sesuatu disana sebelum menyodorkannya kepada Gwenn dan Akiro. Layar ponselnya menampilkan berita skandal Akiro saat di kelab berikut dengan kencan mereka beberapa waktu lalu. Kecepatan dari penyebaran informasi seperti ini di media sosil tidak perlu diragukan lagi.

Tanpa sadar Gwenn menghela napas pendek, identitasnya mulai sekarang akan terungkap membuatnya menyadari kalau kehidupan rumitnya sudah dimulai. 

"Berita ini benar?" Tanya Dino, mengabaikan tatapan Akiro kepadanya dan hanya menancapkan pandangannya terhadap Gwenn seseorang.

Pertanyaan dari Dino berhasil menarik fokus Gwenn, dia menangguk berusaha menyakinkan sembari berujar, "Seperti yang kau lihat disana."

"Kalau sampai ayahku ahu perbuatanmu ini, dia tidak akan megampunimu Akiro," kini Dino menatap Akiro dengan tegas, memperingatkannya dengan raut emosinya yang tak bisa ia sembunyikan lagi.

"Terima kasih atas kekhawatiran anda Mr. Dino, tetapi aku bisa mengurus masalahku sendiri," Akiro berujar dengan nada sopannya sembari meunduk kecil.

Mulut Dino terbuka lebar, tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar itu. Ia tidak tahu kalau pertemuannya kembali dengan Akiro akan semenarik ini dan Dino juga menyadari, Akiro benar-benar berubah sangat banyak. Tangan Dino yang ia letakkan di pinggangnya ia lepas bersamaan dengan langkahnya yang mendekat ke arah Gwenn.

"Gwenn, aku ingin bicara berdua denganmu," ujar Dino hendak meraih tangn Gwenn sebelum wanita itu memundurkan langkahnya membuat tangan Dino menggantng di udara.

"Soal apa?" Tanya Gwennt tanpa membalas tatapan Dino yang terlihat terluka dengan betapa dinginnya sikap Gwenn sekarang. Dino tidak bisa menyalahkan sikap Gwenn ini, rasanya gadis itu membuat keputusan yang tepat karena Dino sendiri juga tahu hubungan mereka tidak bisa kembali seperti dulu lagi.

Dino melirik ke arah Akiro sekilas sebelum berujar, "Tentang kontrak untuk Vee tampil di pergelaran busana ayahku."

"Kenapa? Kau sudah membujuknya?" Tanya Gwenn, sejujurnya di tidak penasaran akan hal itu karena Gwenn sudah menebak kalau Dino tidak akan bisa membujuk Richard untuk menyetujui proposalnya.

"Belum, tapi aku akan berusaha. Kalau kau ada waktu malam ini, aku tahu sebuah rstoran yang bagus dekat Vee. Kita bisa membicarakan kelanjutannya disana," ujar Dino berterus terang membuat Gwenn mendongak kaget dan akhirnya tatapan mereka bertemu. Gwenn tidak percaya dengan sikap berani Dino, padahal Gwenn sudah menegaskan kalau rumor itu benar adanya.

Akiro tiba-tiba tertawa kecil membuat Dino langsung mengalihkan perhatiannya kepadanya dengan raut tak sukanya.

"Kenapa kau tertawa? Kau merasa diasingkan?" Tanya Dino menantang, satu-satunya topik yang bisa ia bicarakan kepada Gwenn adalah tentang kontrak itu dan Dino merasa unggul akrena Akiro tidak tahu-menahu soal sistem kerja sebuah perusahaan seperti mereka.

"Sebagi atasanmu aku bisa menyuruhmu untuk pergi sekarang juga."

Akiro lagi-lagi tertawa, "Ini sangat lucu, Mr. Richard bahkan belum menyerahkan perusahaannya kepadamu. Dan ahli-ahli bekerja di perusahaannya, kau hanya seorang mantan pegawai magang di perusahaan lain. Kau bukan atasanku," ujar Akiro jujur yang tanpa sadar memancing amarah Dino untuk segera naik kembali. Gwenn dapat melihat tangan Dino yang terkepal erat di bawah sana.

Dino akhirnya maju selangkah mendekati Akiro kemudian tersenyum miring ke arah Akiro diikuti tatapan penuh peringatannya, "Sepertinya gen pecundang dalam dirimu sudah hilang ya," Dino mengakhiri kalimatnya dengan mengangkat tangannya ke atas, hendak meraih pundak Akiro sebelum ditahan cepat oleh Akiro.

"Dino, jaga kata-katamu," peringat Gwenn.

"Kemana perginya Akiro yang dulu? Aku rindu dengan perut gembulmu itu," lanjut Dino tak menghiraukan Gwenn dan masih terus melampiaskan amarahnya.

Akiro lagi-lagi hanya tersenyu tenang, tak terganggu sama sekali dengan hinaan Din, "Sepertinya sepuluh tahun berlalu tak membuatmu bersikap lebih dewasa."

Dino baru saja hendak membalas perkataan Akiro sebelum ponsel Akiro bergetar. Bibir Akiro berkedut senang sebelum menjawabnya dan menekan tombol pengeras suara agar mereka bertiga dapat mendengarnya.

"Akiro, ampunilah dosa-dosaku ini. Apa yang sedang kau lakukan? Tidak, maksudku apa kau tidak waras?" Begitu panggilan tersambung, terdengar suara James yang sedang meluapkan kekesalannya, nada bicara pria itu terdengar cepat dan dipenuhi oleh kepanikan.

"Saat ini media sedang kacau karenamu, daritadi telepon di perusahaan tidak pernah berhenti berdering. Astaga, bahkan ada panggilan lain sekarang di ponselku. Akiro, kenapa? Kenapa harus Gwenn dari jutaan wanita di luar sana?"

James masih terus mengoceh panjang lebar dan hidung Gwenn berkerut sedikit saat mendengar namanya dipanggil-panggil. Memangnya ada apa dengan dirinya? Apa yang salah dengan dirinya?

"Aku sudah menyukainya sejak kita masih bersekolah dan setelah bertemu dengannya lagi aku sangat bahagia. Aku memberanikan diri untuk mengungkapkan perasaanku dan kita akhirnya sepakat untuk memulai sebuah hubungan yang serius. Haruskah aku mengatakan seperti ini jika nanti ada sesi wawancara?"

Gwenn terkejut dengan kalimat Akiro, bahkan ia tidak berani untuk menatap pria itu. Pengakuan tiba-tiba pria itu masih terlalu mengejutkan baginya. Ini masih terasa membingungkan baginya. Sedangkan Dino hanya terdiam dalam kemarahannya sendiri. Detik itu juga Dino menyadari, septinya ia sudah terlambat.

"Akiro, kumohon...kembali ke perusahaan sekarang juga," James tampak putus asa sebelum menekankan nada bicaranya di akhir menandakan ia sedang tidak dalam keadaan bercanda. Pekerjaannya ditaruhkan oleh sikap bagaimana sikap Akiro ke depannya, lebih tepatnya karir Akiro.

"Kau tahu, aku bahkan dipanggil keruangan Mrs. Bella dan untuk pertama kalinya aku berhadapan dengan Mr. Richard karenamu," James memelankan nada bicaranya dengan setengah berbisik ia kembali melayangan kekesalannya kepada Akiro.

Akiro menaikkan alis kanannya sebelum menatap Dino dengan tatapan berbinarnya.

"Kebetulan, aku sedang bersama Dino sekarang. Aku akan kembali bersamanya," ujar Akiro sengaja membesarkan sedikit nada bicaranya

"Dino? Mr. Dino ada disana?" Tanya James terkejut.

"Aku akan tetap disini," Dino bersikeras menolak sembari menatap Akiro sengit.

Hening beberapa saat, sebeum terdengar suara grasak-grusuk dari panggilan itu sebelum sebuah suara yang sangat mereka bertiga kenali itu mengudara bersamaan dengan napas Dino yang tertahan.

"Kembali ke sini sekarang juga Dino."

Itu adalah suara Richard.

Akiro berusaha menampilkan raut sok paniknya dengan sengaja menutup mulutnya dengan telapak tangannya, "Sepertinya ayahmu sedang marah besar sekarang. Bagaimana ini?"

Tangan Dino terkepal erat, bahkan Gwenn dapat melihat wajah pria itu yang sedikit memerah akibat menahan amarahnya. Gwenn tahu, sedari dulu, Dino tidak bisa membantah perintah Richard. 

"Sepertinya kita harus pergi sekarang untuk meredam amarah ayahmu bukan?" Tanya Akiro kepada Dino sebelum mengedipkan matanya sekali.

Walaupun Dino tidak mengatakan apapun, tetapi Akiro sudah mendapat jawaban dari kegelisahannya hari ini. Melalui raut Dino yang sekarang, Akiro tahu, dia sudah menang.

SCANDAL CONTRACTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang