37. Penolakan

76 1 0
                                    

"Gwenn," panggil Dino dengan raut terkejutnya saat tatapan mereka bertemu disana.

Gwenn baru saja ingin bertanya tentang bagaimana Dino bisa tahu tentang tempat itu sebelum Fratt yang tiba-tiba berlari masuk ke dalam setelah menyadari kehadiran Dino. Sembari menghempas kuat pintunya yang berakhir menimbulkan suara bantingan yang cukup keras membaut Gwenn beringsut mundur beberpa langkah ketika nyaringnya suara it menusuk pendengarannya tanpa aba-aba.

Fratt memastikan untuk mengunci pintu dengan cepat sebelum berlari ke arah jendela rumah, ia menyibak gordennya sedikit, membuat akses penglihatannya ke luar rumah terpampang jelas. Dengan menetapkan segala fokusnya pada pandangannya itu, Fratt memperhatikan setiap interaksi antara Gwenn dan Dino.

"Jika kau sampai melanggar janjimu, maka artinya kau tidak pantas untuk putranya."

Dino melangkah lebar ke arah Gwenn kemudian memegang siku tangan Gwenn dari arah belakang, "Kau tidak apa-apa?"

Gwenn berusaha menyeimbangkan tubuhnya sembari menjauhkan dirinya dari Dino membuat sentuhan Dino terlepas.

"Dino, apa yang kau lakukan disini?" Tanya Gwenn.

"Seharusnya aku yng bertanya, apa yang kau lakukan disini sampai luka seperti itu?" Dino mengulang pertanyaanya seraya menunjuk ke arah pergelangan tangan Gwenn yang tampak memerah. Setelah menyadari ucapan Dino itu, kini Gwenn baru merasakan luka di lengannya itu berdenyut pelan dan sedikit panas. Mungkin itu terjad saat lengan Gwenn tak sengaja bersentuhan dengan sisi sandaran kasur kayu tadi. Itu juga merupakan tempat yang sama dimana Gwenn terbentur dengan ujung meja kerjanya saat didorong oleh Mrs. Fratt saat di kantor.

Gwenn terdiam, tidak tahu harus menjawab apa sebelum Dino menghela napas sejenak.

"Ayo naik ke mobilku, disana ada kotak p3k."

Gwenn menggeleng bermaksud menolak, "Aku akan pulang saja dan mengobatinya di..."

"Tidak perlu panggil taksi, aku yang akan mengantarmu pulang," potong Dino cepat ketika Gwenn hendak menyalakan ponselnya.

"Tapi..."

"Gwenn, kau tidak merasa banyak yang harus kita bicarakan?" Tanya Dino sembari menatap lurus kedua manik Gwenn dengan nada memohonnya.

Dino membuka kotak p3k-nya kemudian mengeluarkan semacam salep disana, saat Dino hendak mengolesnya, Gwenn buru-buru merebutnya dan mengolesnya dengan mandiri walaupun sedikit kesusahan. Dino menghela napas kecil kemudian membiarkan Gwenn untuk mengobati lukanya sendiri dan memilih untuk memperhatikannya dari arah samping saja.

Kejadian ini terasa tidak asing bagi Dino, ia teringat bagaimana saat Gwenn mengobati luka-lukanya dulu. Benaknya mendadak terlempar ke masa lalu, dimana memori-memori mereka berdua kembali terulang. Saat itu Dino bersyukur mempunyai Gwenn di sisinya.

Namun tiba-tiba bahu Dino menegang, tatapannya berubah serius saat sebuah fakta menghampirinya.

"Sekarang aku ingat, sejak saat itu aku menyukaimu."

...Gwenn melirik bahu Dino, renanya berusaha menerka-nerka apa yang akan Gwenn lihat jika dia menyuruh Dino melepaskan seragamnya sekarang juga, tapi itu hal yang mustahil untuk dilakukan sekarang.

"F*ck!"

Dino menoleh ke arah Gwenn dengan cepat ketika tahu-tahu Gwenn memukul bahunya tanpa sebab dan Dino mendapati mulut gadis itu yang terbuka sedikit sebagai bagian dari reaksi keterkejutannya.

"Ulah ayahmu?" Tanya Gwenn, masih terlihat syok padahal ini bukan kali pertamanya.

Dino menatap tajam ke arah Gwenn, tatapannya penuh dengan peringatan seolah menyuruh Gwenn untuk menjauhinya dan jangan melewati batas yang ada diantara mereka berdua karena mereka memang tidak sedekat 'itu'.

"Tidak usah sok perduli, kau membuatku bingung," ujar Dino dengan mempertahankan nada seriusnya...

"Sekarang aku ingat, sejak saat itu aku menyukaimu."

"Apa?" Gwenn menautkan alisnya saat mendengar Dino tiba-tiba berbicara.

"Aku senang bisa berbicara santai denganmu seperti ini. Sudah lama kita tidak bertemu, tapi begitu bertemu kita langsung dipaksa menjadi musuh," ujar Dino dengan nada yang terkesan tengah bercanda padahal ia sangat serius dengan ucapannya barusan, seolah menekankan kalau ia tidak suka keadaan mereka yang sekarang ini.

"Benar," Gwenn hanya menangguk setuju, ia juga rindu masa-masa kecil mereka dimana Gwenn kecil sering bermain petak umpet yang berakhir dengan Gwenn yang tidur siang di balik semak-semak taman rumahnya. Membuat Dino dimarahi oleh Richard berikut dengan Jacob yang panik namun masih menengahi perselisihan antara ayah dan putranya itu. Sebagai bawahan, Richard hanya menunduk mengikuti perintah dan akhirnya mereka bertiga berakhir mencari Gwenn ke seluruh area rumah besarnya bersama semua maid di rumahnya itu.

"Setelah lulus sekolah, kau kemana?" Tanya Gwenn.

"Bekerja magang," jawab Dino singkat.

Gwenn hanya menangguk, ternyata kabar mengenai Dino yang dipaksai ayahnya untuk belajar bisnis dan bagaimana cara mengelola perusahaan itu memang benar.

"Ada berita juga kalau kau akan mengambil ahli perusahaan ayahmu?" Tanya Gwenn dengan nada hati-hatinya sembari mencuri pandang sekials ke arah Dino.

Dino masih meluruskan pandangannya kedepan sebelum menajwab, "Berita itu benar."

"Kalau begitu, kita akan sering bertemu untuk kedepannya karena permintaan pengajuan proposal Vee," ujar Gwenn.

"Aku tahu kau sangat ingin tampil di pergelaran busana milik dad itu, tapi aku berencana menunda persetujuanku selambat mungkin," ujar Dino jujur sebelum menolehkan padangannya ke arah Gwenn.

"Maksudnya?" Tanya Gwenn tidak mengerti.

"Kau memang sudah memutuskan untuk mengunang Vee, tetapi kau hanya sedang mengundur-undur waktu untuk menandatanganinya?" Gwenn lanjut bertanya karena bingung.

Dino menangguk yang berhasil membuat tanda tanya dalam benak Gwenn lebih besar.

"Kenapa?"

"Karena aku ingin menikmati waktuku lebih banyak denganmu," ujar Dino sembari menatap serius ke arah Gwenn.

"Kenapa kau memberitahukan hal ini kepadaku?" Tanya Gwenn lagi, tak sedetikpun berpaling dari tatapan mereka, Gwenn berusaha berani untuk setiap pertanyaan yang ia lontarkan saat itu juga.

"Karena aku ingin kau tahu tentang perasaanku," ujar Dino dalam sekali tarika napas.

Gwenn terdiam sejenak, sungguh pembicaraan itu benar-benar diluar dugaan Gwenn. Ia tidak menyangka Dino akan mempunyai persaaan semacam itu kepadanya bahkan setelah betapa rumitnya masa lalu mereka yang bahkan tidak ingin Gwenn ingat lagi.

"Dino..."

"Aku tahu kau sudah memiliki seorang kekasih, tetapi aku hanya berusaha disini," lanjut Dino cepat guna memotong kalimat Gwenn. Ia hanya tidak ingin mendengar penolaka Gwenn bahkan sebelum ia bisa melakukan usaha apapun untuk memenangkan hati Gwenn.

"Kalau kau ingin berakhir terluka, maka kau hanya perlu tetap pada pendirianmu ini," ujar Gwenn dengan raut percaya dirinya sebelum keluar dari mobil dan lebih memilih untuk pulang dengan taksi.

Dino berakhir mencengkram kuat setir mobilnya sembari tatapannya tidak beralih dari Gwenn yang berjalan semakin menjauh dari pandangannya.

SCANDAL CONTRACTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang