40. Double Date?

69 1 0
                                    

Setelah kunjungan Akiro ke apartemen Jacob itu, kini hari-hari Gwenn malah terasa lebih berat. Banyak yang harus ia pikirkan, mulai dari alasan kenapa Akiro embenci Richard dan juga terkait dengan reaksi Jacob ketika dia menyebutkan nama Lily. Bahkan sangat kentara kalao Jacob sedang menyembunyikan sesuatu. Pria itu mendadak marah saat Gwenn selesai menanyakan pertanyaan itu dan menyuruh Gwenn untuk fokus pada pekerjaannya kemudian pergi begitu saja tanpa memberikan penjelasan apapun lagi.

Alasan Gwenn melayangkan pertanyaan itu juga memang karena pekerjaan. Entah ini hanya firasat Gwenn atau memang benar adanya begitu, Gwenn merasa masa lalunya itu selalu berkaitan dengan Richard kemudian Akiro. Seolah pernah terjadi sesuatu dengan mereka di masa lalu dan kejadian itu yang akan menjadi jawaban terakhir dari sikap anehnya Jacob kemarin.

"Gwenn!"

Suara teriakan Grace berhasil merenggut kesadaran Gwenn untuk kembali dari lamunanya. Gwenn mengerjap beberapa kali sebelum menyadari Grace sedang menatapnya dengan raut kesal wanita itu.

"Wah, aku tidak percaya ini. Aku sedang berbicara denganmu dan kau hanya melamun sedari tadi?" protes Grace.

Saat ini Grace dan gwenn sedang berada di salah satu mall. Mereka memutuskan untuk membuat girls time berbelanja walau akhirnya ekduanya capek berjalan dan memutuskan untuk berhenti dan makan saja. Satu lagi eksamaan mereka berdua, baik gwen dan grace tidak suka olahraga jadi pekerjaan yang duduk di kantor itu sangat cocok untuk mereka berdua.

"Maaf, aku sedang memikirkan hal lain tadi," ujar Gwenn sembari menyendok potongan kue didepannya, berharap rasa manis dari suapan kecilnya itu mampu meredakan rasa stressnya beberapa waktu lalu ini.

Grace menyatukan alisnya sedikit saat menyadari raut Gwenn yang cenderung tidak bersemangat dan terlihat lelah itu, "Kenapa? Jangan bilang, hubunganmu dengan Akiro memiliki masalah?" tebak Grace.

Sebab menurut pandangannya, hubungan Gwenn dan Akiro adalah tipe hubungan love-hate. Dimana ambisi dan mimpi Gwenn yang terlalu tinggi membuat Grace khawatir kalau wanita itu tidak akan menyerah dengan mudah, sekalipun harus mengorbankan hubungan mereka ini. Grace berada di pihak Jacob, ia juga menginginkan Gwenn memiliki hubungan romansa seperti orang lain, bukan hanya berkencan dengan pekerjaannya saja setiap hari. Tapi Grace juga tahu, Akiro pasti memiliki tujuan pastinya hingga ia berani melangkah sejauh ini, melakukan perbaikan tatanan hidupnya dan merubah dirinya hingga berbeda sepenuhnya dari dulu.

Mereka berdua sama-sama punya ambisi dan Grace hanya berharap tujuan mereka tidak saling berlawanan yang mengharuskan mereka berpisah dan berakhir menjadi lawan.

Gwenn menggeleng pelan membuat Grace bernapas lega, "Bukan, hanya tentang pekerjaan."

"Hei, Mrs. Victoria terhormat. Hari ini adalah hari libur kita, jadi nikmati saja dan dilarang membicarakan soal pekerjaan," peringat Grace dengan nada kesalnya sembari melipat tangannya ke arah Gwenn.

Melainkan menuruti peringatan dari Grace, Gwenn malah menggeser kursinya sedikit mendekat ke arah Grace, dengan rautnya yang mendadak serius ia menatap lurus ke arah Grace sembari meletakkan sendoknya kembali ke atas piringan kue.

"Tapi, apa kau tidak penasaran dengan Mrs. Fratt?" Gwenn melayangkan pertanyaan pertama yang dimaksudkan untuk memancing rasa penasaran Grace yang anntinya berakhir pada hancurnya hari libur mereka lagi.

"Aku sangat penasaran dengan mereka Grace. Aku bahkan tidak bisa tidur karena memikirkan perkataannya itu," timpal Gwenn lagi.

Grace memutar bola matanya malas, "Aku tidak bisa menyalahkanmu. Ini adalah takdirmu untuk memiliki sifat penasaran seperti ini dan tidak akan berhenti sampai pertanyaanmu itu terjawab dan ini juga adalah takdirku untuk bertemu sahabat sepertimu," jelas Grace sembari menyeruput cepat minuman cokelatnya.

"Bukan seperti itu, tapi jujur saja, menurutku mereka itu sangat aneh," Gwenn menolah untuk menerima tuduhan asal Grace namun detik selanjutnya ia kembali membahas hal yang sama.

Manusia memang buta akan kesalahannya sendiri, Grace mulai percaya akan kalimat itu.

Grace baru saja ingin kembali protes sebelum renanya menangkap bayangan seseorang yang sangat ia kenali itu. Bahkan dengan jarak belasan langkah dari tempat mereka duduk, cara dia berjalan yang entah bagaimana memancarkan aura tersendiri bagi Grace. Cukup berpengaruh hingga membuat Grace tanpa sadar menahan napasnya.

"Grace!" panggilnya setengah berteriak membuat Grace refleks membuang wajahnya ke samping sembari memejamkan kedua matanya rapat.

Gwenn yang hendak menoleh ke belakang untuk mengecek asal suara itu hingga berhasil membuat Grace salah tingkah seperti itu sebelum ikut menundukkan kepalanya. Ia segera meraih tas selempangnya kemudian menutup wajahnya saat sebuah teriakan kembali terdengar.

"Vee!"

Gwenn tidak masalah dengan pria yang memanggil Grace tadi, yang ia permasalahkan adalah teman pria disampingnya itu.

Hingga detik selanjutnya, kesadaran Gwenn mendadak kembali kepadanya dengan cepat. Kenapa ia menyembunyikan wajahnya seperti itu seperti seseorang yang sedang melakukan sebuah dosa besar? Hubungannya dengan Akiro bukanlah sebuah kesalahan, semua orang sudah menyetujuinya dan Gwenn tidak perlu tersipu malu seperti yang Grace lakukan sekarang.

Gwenn menarik napasnya sekali, memaksakan bibirnya untuk tersenyum sekali sebelum bangkit berdiri dan bersiap untuk menyambut mereka berdua.

Akiro dan Eric menghentikan langkahnya di depan meja Gwenn, tepat saat Grace hendak beranjak pergi dari duduknya namun berakhir tertahan dengan tubuh tegap Eric yang tiba-tiba menghalangi langkahnya bak sebuah dinding besar. Gwenn melirik sekilas ke arah mereka berdua, tepatnya ke arah Eric yang sedari tadi sibuk menatapi Grace yang sibuk menghindari tatapannya dengan senyum kecilnya.

"Kalian berdua saling kenal?" Tanya Gwenn sedikit kaget. Dari pandangannya sekarang ini, Grace seolah melakukan sebuah kesalahan dan Eric sedang datang untuk menuntut penebusannya.

Berbeda dengan Akiro yang hanya menatap semua kejadian didepannya itu dengan raut datarnya sebelum mendengus kecil sekali seraya mengumpat dalam hati. Pria br*ngsek itu berulah lagi. Akiro tidak bisa menebak dengan jelas, tapi ia tahu jelas kalau Grace tidak akan bisa lepas dengan mudah dari Eric si predator kaum lemah seperti Grace.

"Tidak ingin menjelaskan sesuatu kepadaku?" Tanya Eric sembari menatap ke bawah, tepat ke arah Grace yang masih terduduk dan sibuk mengalihkan pandangannya ke sembarang arah.

"Memangnya ada yang perlu dijelaskan?" balas Grace singkat tanpa berani membalas tatapan Eric.

"Tentang kau yang kabur pagi-pagi buta tanpa membangunganku..."

Kalimat Eric terhenti saat Grace tiba-tiba terlonjak bangun dari duduknya dan segera melayangkan tangannya untuk membekap mulut Eric dengan cepat. Tak lupa dengan matanya yang suskes membulat, tatapan memperingatkannya ia tampilkan selanjutnya saat Eric malah tersenyum manis, seolah tak berdosa dengan perilakunya beberapa saat lalu.

Grace mempertahankan posisi itu untuk beberapa detik sebelum memutuskan untuk meraih tangan Eric dan menyeretnya pergi dari sana. Dengan perbedaan porsi badan yang lumayan mencolok, Grace dengan mudahnya menyeret pria dengan badan kekar seperti Eric layaknya menyeret sebuah karung goni berisi kapas.

"Grace, kau mau kemana?" Gwenn sudah hendak menyusul Grace sebelum pergerakannya tertahan oleh tangan Akiro yang menggenggamnya erat, mengembalikan posisinya ke semula atau bahkan menjadi satu langkah mendekatinya.

SCANDAL CONTRACTWhere stories live. Discover now