9. Taruhan pt.2

128 1 0
                                    


"Gwenn, aku sedang tidak ingin berdebat denganmu," ujar Dino kemudian menghembuskan napas kasarnya.

Gwenn hanya menangguk dengan raut tak acuhnya, sepertinya mood Dino sedang tidak baik. Padahal Gwenn hanya ingin menasehati Dino karena mereka sudah cukup berteman lama dan Gweenn terlanjur tahu apa yang akan pria itu dapatkan jika berada di peringkat terakhir lagi tahun ini. 

Gwenn melirik bahu Dino, renanya berusaha menerka-nerka apa yang akan Gwenn lihat jika dia menyuruh Dino melepaskan seragamnya sekarang juga, tapi itu hal yang mustahil untuk dilakukan sekarang.

"F*ck!"

Dino menoleh ke arah Gwenn dengan cepat ketika tahu-tahu Gwenn memukul bahunya tanpa sebab dan Dino mendapati mulut gadis itu yang terbuka sedikit sebagai bagian dari reaksi keterkejutannya.

"Ulah ayahmu?" Tanya Gwenn, masih terlihat syok padahal ini bukan kali pertamanya.

Dino menatap tajam ke arah Gwenn, tatapannya penuh dengan peringatan seolah menyuruh Gwenn untuk menjauhinya dan jangan melewati batas yang ada diantara mereka berdua karena mereka memang tidak sedekat 'itu'.

"Tidak usah sok perduli, kau membuatku bingung," ujar Dino dengan mempertahankan nada seriusnya.

Gwenn menghembuskan napasnya kasar kemudian melipat tangannya karena terlanjut kesal. Oke, mulai hari ini dia tidak akan perduli terhadap apa yang akan terjadi dengan Dino sekalipun dia mati di tangan ayahnya.

Dino tidak pantas mendapat belas kasihannya.

Dino tampak menarik napas pelan guna menetralkan emosinya dan melupakan percakapan mereka beberapa waktu lalu sebelum menampilkan senyum manisnya ke arah Gwenn. 

"Aku hanya ingin berteman dengannya princess, mungkin Akiro bisa mengajariku cara untuk mengalahkan Gwenn si peringkat kedua di kelas," ujar Dino yang seolah sengaja mengataknnya untuk menjatuhkan harga diri Gwenn.

"Jangan panggil aku princess," Gwenn terlanjur dongkol dan memilih untuk mengabaikan perkataan Dino. Fakta bahwa ia selalu kalah dari Akiro mengenai nilai membuat Gwenn kesal setengah mati. 

Gwenn akhirnya memfokuskan perhatiannya ke arah Akiro, apa leher pria itu tidak pegal karena sedari tadi terus menunduk? Tatapan Gwenn kemudian turun ke arah piringnya dimana butir-butirnasi yang tersisa bercampur dengan lauk pauk dan kemudian disirami cairan berwarna orange layaknya kuah membuat Gwenn tak tahan untuk tidak menampilkan ekspresi jijiknya.

Bagaimana Akiro bisa menelan perpaduan yang tampak seperti racun itu?

"Mentang-mentang kau memiliki fisik yang bagus jadi kau bisa menghina punya orang lain."

Entah apa yang mendorong Gwenn untuk mengatakan hal yang terkesan membela Akiro itu, mungkin Gwenn hanya tidak tega padanya, mungkin itu sebatas rasa kasihan.

"Bukan menghina tapi aku hanya membicarakan fakta," ujar Dino sembari tersenyum ke arah Akiro.

Gwenn memutar bola matanya malas kemudian meletakkan jus jeruknya yang sudah habis ke atas meja, ia mendadak tidak berselera makan dan minum apapun setelah melihat cara makan Akiro. 

Dulu ketika Akiro dipermalukan dilapangan basket tepat didepan semua siswa yang sedang berkumpul untuk menyaksikan pertandingan basket Dino dengan Akiro yang disuruh berjoget sebagai alat untuk memeriahkan pertandingan Gwenn tiddak terlalu perduli, tapi lama kelamaan keadaan Akiro yang menyedihkan membuat Gwenn tidak nyaman.

Dino memang pria yang tidak waras dan jahat, dia selalu punya ide bagaimana untuk mempermainkan kehidupan seseorang, baik membuatnya menderita yang hanya untuk ia manfaatkan sebagai tontonannya. Dino suka menjadikan orang-orang lemah yang tidak berani melawan seperti Akiro yang cenderung mengikut semua perintah Dino untuk menjadi tokoh utama dalam rencana gila yang ia buat. 

Mengenai alasan kenapa Dino selalu lolos adalah ketika guru bertanya darimaa luka memar  yang terkadang ada di kepala Akiro maka pria itu amakn menjawab dengan alasan yang terkadang membuat Gwenn menggeleng mendegarnya, Akiro akan menjawab ia terpeleset karena ia tidak berhati-hati saat berjalan.

Gwenn tidak tahu kenap Akiro tidak mau melapor kepada guru padahal Dino sendiri tidak pernah takut denganhukuman yang diberikan oleh guru, pria itu siap sedia untuk di skors tapi dengan Akiro yang menyembunyikan kejahatan Dino seperti ini membuatnya semakin dibuli. 

Dari arah samping, Dino bertopang dagu sembari menatap wajah cantik Gwenn yang sedang melamun sembari menatap Akiro lekat-lekat. Alisnya mengerut tak suka sebelum sebuah ide 'gila' muncul dalam benaknya. Semakin dibayangkan, rencana gilanya ini terdengar sangat tak terduga dan menyenangkan. Garis bawahi kata menyenangkan yang tanpa sadar membuat Dino mengembangkan senyumnya.

Akhirnya kehidupan sekolahnya yang membosankan ini akan segera berakhir.

—-

Akiro benar-benar terkejut ketika beberapa hari setelah insiden di kantin, Gwenn mendadak mengajaknya bertemu di perpustakaan pulang sekolah. Dengan memanfaatkan tempat sepi seperti itu, mereka saling berbagi rahasia dan janji.

"A-apa?" Tanya Akiro sedikit terbata-bata, pandangannya berubah kosong dan kebingungan tenah menyergap dirinya sekarang.

Gwenn menghembuskan napas sekali, otak Akiro sangat cerdas tetapi kenapa untuk mencerna hal seperti ini ia sangat lambat. Gwenn maju selangkah kemudian menatap Akiro dengan lekat-lekat saat pandangan mereka bertemu.

"Aku memiliki taruhan dengan Dino. Jadi yang harus kau lakukan adalah pura-pura menjadi pacarku selama sebulan dan ingat, jangan sampai dia tahu hal ini," ujar Gwenn, berusaha menekankan setiap kata dalam ucapannya agar Akiro mengerti dengan suaranya yang setengah berbisik mengingat mereka sedang berada didalam perpustakaan.

Akiro mengerjap beberapa kali membuat kesabaran Gwenn benar-benar diuji.

"Dengarkan aku baik-baik," ujar Gwenn dan Akiro menangguk.

"Pertama, mulai sekarang kau menjadi pacarku hingga satu bulan ke depan. Kedua, Dino tidak boleh tahu tentang perjanjian ini atau aku akan kalah dengan taruhannya," ujar Gwenn berusaha menjelaskan.

Dino benar-benar menjalankan permainannya lagi kali ini dengan menjadikan Gwenn sebagai pemeran utamanya. Gwenn menyesal, seharusnya hari itu Gwenn tidak menghampiri meja Dino dan duduk bersamanya di kantin.

"Kenapa aku harus melakukannya?" Tanya Akiro.

Gwenn melebarkan matanya terkejut dengan respon yang Akiro berikan. Gwenn pikir semuanya akan berjalan dengan mudah, dilihat dari sifatnya yang penurut maka ia memprediksi Akiro akan setuju dengan mudah terkait perjanjian mereka ini tanpa bertanya hal-hal lain. Toh, pria itu diuntungkan dengan memiliki Gwenn sebagai pacarnya, iya kan? 

"Kau harus melakukannya karena aku akan memberimu ini sebagai hadiah dari taruhanku dengan Dino," ujar Gwenn, merogoh saku roknya dan menggoyangkan sebuah gantungan kunci mobil didepan wajah Akiro.  

Sebenarnya Akiro masih bingung, menurut pengamatannya, Dino menyukai Gwenn tetapi mereka malah melakukan permainan tidak jelas seperti ini dengan melibatkannya. Tapi Akiro tidak perduli akan hal itu, Akiro memang sedang membutuhkan uang dan sekarang ia butuh mobil itu apapun alasannya.

Akiro menangguk disambut senyum puas milik Gwenn. 

Terbukti Gwenn benar-benar serius dengan ucapannya saat di perpustakaan. Selama sebulan dalam lingkup linkung sekolah, Gwenn selalu berada disampingnya kemanapun Akiro pergi. Ketika ada orang yang menganggu Akiro, maka Gwenn siap menjadi tameng terdepan pria itu dalam menangkis semua ejekan murahan mereka. Tak sedikit dari mereka yang kerap terang-terangan mengejek Akiro dan bertanya-tanya, bagaimana Gwenn si dewi bisa dekat dengan Akiro si gendut?  

"Aku suka mencubit pipinya, kalian tidak lihat pipinya yang sangat menggemaskan ini? Lagian si gendut yang kalian hina ini juga manusia."

Gwenn dengan sifat blak-blakannya berhasil melindungi Akiro. 

Detik itu juga dalam pandangan Akiro, Gwenn adalah penyelamatnya. Tapi harus ia ulangi, semua ini berdasaran taruhan gadis itu dengan Dino. Benar, Akiro hampir melupakan fakta itu.

Akhirnya begitulah hubungan singkat dan pura-puranya dengan Akiro berjalan dulu hingga Gwenn yang memutuskannya terlebih dahulu setelah memenangkan taruhannya dengan Dino.

---

SCANDAL CONTRACTWhere stories live. Discover now