27. Scandal Contract

83 2 0
                                    

Gwenn menyuruh kedua staff tadi untuk turun ke bawah, menyisahkan dirinya dan Akiro di lantai itu.

"Waktumu lima menit, aku sibuk," ujar Gwenn singkat sebelum berjongkok dan membuka sebuah kotak seraya, menenggelamkan tangannya disana kemudian mengecek setiap bungkusan plastik yang berada disalamnya.

Akiro menahan senyumnya seraya menagguk pelan, "Balas dendam, hm?" Tanyanya dengan nada bicaranya yang terdengar menjengkelkan membuat Gwenn menghela napas beratnya dan berakhir menghiraukannya.

"Kau marah karena aku meninggalkanmu kemarin di parkiran?" Akiro bertanya lagi sambil mengabil langkah maju agar pandangannya terhadap Gwenn yang sedang berjongkok itu tidak putus barang sedetikpun.

"Aku tidak akan menerima permintaan maaf untuk itu, kau berhutang padaku," ujar Gwenn cepat, berkamuflase menjadi pihak yang dirugikan dan meminta tanggung jawab pria itu.

Akiro dengan santainya menangguk, "Tentu, aku akan mengajakmu makan malam sebagai permintaan maafku."

Kalimat Akiro berhasil menghentikan aktivitas Gwenn seperti diawal, konsentrasi Gwenn kembali buyar. Mata Gwenn refleks menyipit dengan raut kagetnya, padahal maksud awalnya bukan seperti itu, ia ingin meminta Akiro untuk bekerja sebagai model merek pakaian prianya sebagai permintaan maafnya.

Gwenn sontak bangkit berdiri dan ketika ia berbalik, Gwenn menemukan Akiro duduk di sofa yang biasanya Gwenn jadikan tempatnya tidur saat ia lembur.

"Kau tidur disini?" Tanya Akiro, matanya menangkap sebuah kain yang tergeletak berantakan di ujung sandaran sofa, saat ia hendak meraihnya dan melipatnya, Gwenn refleks berlari kecil ke arahnya dan merebutnya kemudian melipatnya secepat kilat. Terlambat, karena dengan duduk disana saja Akiro sudah bisa merasakan aroma tubuh Gwenn. Harum dan semakin Akiro tenggelam didalamnya, itu sedikit memiliki kesan memabukkan.

"Kau tidak seharusnya disini," ujar Gwenn.

"Kenapa? Karena skandal itu?"

Akiro bertanya dengan matanya yang secara gamblang menatap lekat ke arah Gwenn berhasil memancing rasa gugup dalam dirinya. Namun Gwenn berusaha sebisa mungin menutup sisi dirinya itu dan dengan menampilkan raut tenangnya.

"Banyak komentar kebencian untukku," ungkap Gwenn, memberanikan diri untuk membalas tatapan Akiro.

"Aku tahu, maakanya aku kesini. Kau baik-baik saja dengan itu?" Tanya Akiro, nada bicaranya yang berubah khawatir membuat Gwenn bertanya-tanya dalam hati, Akiro sedang khawatir dengannya? Atau dia hanya merasa bersalah?

"Kau mengusirku karena kau membenci komentar itu atau kau hanya tidak suka berurusan denganku?"

Terpaut sejenak, sebab susah bagi Gwenn untuk menjawab saat Akiro menatapnya lekat seperti itu.

"Dua-duanya."

"Oke."

Kemudian keadaan menajdi hening seketika, baik Akiro dan Gwenn, tidak ada yang berbicara lagi. Keadaan seperti itu menyiksa Gwenn dalam jurang kegugupan dan ia tidak tahan.

"Pulanglah, aku ingin bekerja. Soal kerja sama kita, aku akan mengatur jadwal lagi untuk itu," ujar Gwenn akhirnya sembari memutuskan kontak mata mereka. Gwen sudah ingin melanjutkan aktivitasnya tadi yang tertunda sebelum terhenti lantaran kalimat Akiro selanjutnya.

"Dulu kau tidak seperti ini."

"Maksudnya?"

"Gwenn yang kukenal bukan seperti ini." Ujar Akiro diakhiri dengan mengunci tatapan Gwenn kembali saat wanita itu tidak sengaja menoleh ke arahnya sebab penasaran.

"Memangnya Gwenn dalam bayanganmu selama ini seperti apa?" Tanya Gwenn dengan raut menantangnya.

"Gwenn yang dulu tidak suka diremehkan seperti ini, dia pasti akan membalas dendam dan dia mungkin sedikit tidak waras."

SCANDAL CONTRACTWhere stories live. Discover now