43. Sejarah Masa Lalu

63 3 0
                                    

"F*ck, kau mengagetkanku," umpat Akiro pelan ketika melihat kehadiran mendadak James di depannya.

James sudah menunggu lama untuk melancarkan aksinya ini. Sejak beberapa hari yang lalu, James selalu menunggu di area apartemen Akiro, fakta kalau pria itu tidak pulang beberapa waktu belakangan hampir membuatnya menyerah. Tapi tampaknya kerja kerasnya terbayar hari ini, saat melihat mobil Akiro memasuki parkiran, James segera membuntuti pria itu. Hingga dia menekan sandi apartemennya dan hendak menutup pintu, James berlari cepat, keluar dari belokan dinding dan berakhir menahan pintu Akiro dengan kakinya.

Napas James masih terengah-engah saat Akiro melempar raut kesalnya, "Aku ingin air."

Akiro mempersilahkan pria itu masuk ke dalam kemudian mengambil segelas air dari dapur dan menyusul James yang tengah duduk di sofa di ruang tamu. Akiro menyodorkan gelas itu kepada James yang langsung disambar cepat berikut dengan tegukan demi tegukan yang terlihat ganas itu.

"Kau membuntutiku?" Tanya Akiro sembari mengambil laptop yang berada di sisi sofa dan mulai membukanya.

James meletakkan gelasnya dengan gerakan kasar ke atas meja menimbulkan suara dentingan kaca yang cukup nyaring, membuat Akiro melirik sekilas ke arah James. Mendapati wajah tidak bersalah Akiro sekarang semakin membuat kekesalan James berada pada puncaknya.

"Aku ini manajermu, bukan penggemar gila yang terobsesi dengan ketampananmu."

"Tapi kau terobsesi dengan uangku," balas Akiro singkat sebelum kembali fokus pada layar laptopnya.

James yang tidak dapat mengelak akan fakta yang dimuntahkan Akiro secara jujur itu hanya menangguk pelan untuk menyetujui.

"Itu kau tahu, jadi kenapa kau tidak memberitahuku?"

"Memberitahu apa?"

"Soal kau berkencan dengan..."

"Karena kau tidak akan menyetujuinya," ujar Akiro yang berhasil memotong kalimat James dan membuatnya bungkam untuk beberapa saat.

James menghela napas sekali saat mengingat tentang betapa kacaunya beberapa waktu belakangan, mulai dari foto kencan antara AKiro dan Gwenn yang muncul ke publik. Sebenarnya baik James maupun komentar di postingan-postingan mereka rata-rata semua positif dan bisa disimpulkan, fakta berkencan mereka itu tidak akan menganggu karir Akiro dan pekerjaan James.

Tetapi James tidak bisa melupakan fakta kalau yang menggaji dirinya adalah pihak agensi dan dia harus diteror oleh deretan panggilan dari Bella.

Akiro kembali melirik ke arah James dan mendapati wajah lelah itu, terlihat dari rambut berminyaknya dan betapa kacaunya penampilannya, Akiro ragu, entah sudah berapa hari James tidak mandi. Selain dikejar oleh panggilan dari Bella, pihak reporter juga pasti sering menghubunginya.

"Tenang saja, jika kau dipecat, aku akan memperkerjakanmu."

James menggeleng pelan, tampak tak minat dengan tawaran yang terdengar seperti sebuah candaan untuk meredakan kesedihannya itu.

"Bekerja jadi apa? Pembersih apartemenmu?"

"Pastinya, posisi dengan gaji yang lebih tinggi dari yang diberikan oleh mereka," ujar Akiro dengan nada percaya dirinya saat James memberikan tatapan lelahnya, seolah menyuruh Akiro untuk menghentikan candaannya sebab ia sedang tidak dalam mood yang baik untuk menanggapi.

"Jangan mengatakan hal yang tidak masuk akal Akiro, hidup kita tergantung pada mereka."

"Jadi, maksud dari kunjunganmu hari ini hanya untuk mengomeliku saja?"

James menggeleng keras diikuti tatapan memprotesnya, "Tidak, aku hanya ingin bertanya apa yang kau bicarakan dengan Dino atau Richard. Ataupun keduanya."

SCANDAL CONTRACTWhere stories live. Discover now