7. Flashback

147 1 0
                                    

Selanjutnya yang Gwenn lakukan hanyalah berusaha menatap Akiro dengan raut sedatar mungkin, karena dalam jarak sedekat itu, kehadiran Akiro dalam hidupnya terasa lebih nyata dan mendebarkan. Gwenn menyadari kalau Akiro benar-benar berubah banyak.

Tidak ada pipi gembul yang selalu Gwenn cubit dulu, yang ada hanyalah pipi tirus didukung dengan rahang tegasnya yang menggoda.

Tidak ada perut buncit yang membuat seragamnya berakhir susah dikancing, yang ada hanyalah tubuh tinggi pria itu dan bahu tegapnya yang memikat mata.

Tidak ada kacamata bulat yang membuatnya seperti seorang nerd, yang ada hanyalah sepasang mata jernih yang menatap Gwenn penuh dengan kebencian.

Rasanya Gwenn ingin melayangkan tinju kepada Akiro sebanyak mungkin agar senyum pria itu luntur dan kembali pada penampilannya dulu yang nyatanya mustahil untuk terjadi. 

"Hey! Kau yang masuk tanpa izin tadi!"

Sebuah teriakan yang menggelegar kuat dan keras berhasil menyentak keduanya, Gwenn dan Akiro sama-sama menoleh ke samping, jarak belasan langkah dari mereka seorang pria yang dari pakaiannya membuat Akiro tahu betul kalau dia adalah penjaga kelab ini. Dia bertugas untuk meminta tanda pengenal pada setiap pengunjung agar tidak ada anak dibawah usia memiliki akses untuk memasuki kelab.

Raut penjaga itu terlihat melotot dan marah, masalah apalagi yang Gwenn lakukan sekarang?

"Kau masuk tanpa izin?" tanya Akiro dengan Gwenn yang menariknya dari depan sembari berlari.

"Akiro tolong aku, aku tidak mau masuk penjara hanya karena hal ini. Image ku dipbulik bisa hancur," pinta Gwenn dengan nada putus asanya.

Disaat seperti ini Gwenn masih memikirkan opini publik terhadapnya, wanita ini benar-benar luar biasa.

"Kalau begitu ayo lari dulu," ujar Akiro yang sudah bersiap untuk berlari sebelum terhenti karena tarikan tangan Gwenn. Akiro menatap Gwenn bingung dan Gwenn malah menatap ke bawah tepat pada sepasang sepatu hak tinggi yang melekat sempurna di kakinya.

Gwenn menautkan alis ketika Akiro mendadak berjongkok didepannya, sesekali ia berbalik dengan panik untuk mengecek keberadaan pengawal tadi yang sudah semakin dekat dengan mereka sebelum melebarkan matanya ketika Akiro mencopoti satu per satu sepatu hak tinggi Gwenn dan melemparnya asal ke samping.

"Hey, kenapa kau membuang..."

"Diam atau kusumpal ke mulutmu sekarang juga," desis Akiro yang langsung membuat Gwenn menutup rapat-rapat bibirnya. Akiro terlihat serius dengan perkataannya barusan.

'Padahal itu sangat mahal,' Gwenn membatin miris ketika tnagannya ditarik Akiro meninggalkan area tdi dan keluar melalui pintu belakang kelab.

Dengan bertelanjang kaki, tiap langkah yang Gwenn ambil dengan cepat dan gesit, membuatnya merasakan dinginnya lantai kelab, kasarnya bebatuan diluar, dan berakhir pada beceknya jalan gang yang mereka telusuri itu. Gwenn tidak tahan, rasanya ia tidak bisa meneruskan langkahnya lagi. Gwenn merasa jijik untuk mengecek keadaan kakinya yang pasti sudah tidak terbentuk itu, padahal baru kemarin Gwenn melakukan perawatan pada kukunya.

"Setidaknya gendong aku, kakiku sakit Mr. Kiro!" protes Gwenn saat mereka berbelok disebuah gang dan kaki Gwenn hampir menabrak tumpukan sampah seperti kaleng-kaleng bekas yang tersebar disepanjang lorong yang panjang, sempit dan sembab itu. Jangan lupakan, sepi dan angker.

"Cerewet, ini semua gara-gara kau," balas Akiro sembari sesekali menoleh ke belakang untuk mengecek apakah pengawal tadi masih mengejar mereka. Setidaknya Akiro sudah berbaik hati untuk membantu Gwenn, wanita itu sendiri yang memutuskan untuk berakhir pada kondisi seperti ini demi mementingkan penampilannya di hadapan publik.

SCANDAL CONTRACTOù les histoires vivent. Découvrez maintenant