36 Kunjungan Hwan Untuk Meminta Maaf

4.1K 775 39
                                    

Hari minggu pun tiba. Suasana rumah Anne masih dingin. Anne masih menjaga jarak dengan keluarganya terutama sang papa. Kata maaf juga belum kunjung terucapkan. Septian sendiri sudah meminta maaf dan keesokannya waktu Anne tanya, Septian bilang bahwa papanya hanya mengingatkan Septian untuk tidak mengulanginya lagi tanpa mendisiplinkan pemuda itu.

Setiap makan, Anne selalu membawa piringnya ke kamar. Jika mamanya memaksa, biasanya justru papanya yang menghindari dengan mengambil piring dan makan di teras belakang atau makan di sofa. Anne dan papanya juga tidak saling menyapa lagi. Bahkan ketika mereka berpapasan, keduanya masing-masing membuang muka.

Anne sendiri masih berbicara dengan mamanya meskipun nggak sedekat dulu. Tapi meskipun begitu Anne juga belum mengucapkan kata maaf kepada mamanya. Mamanya hanya mengesampingkan pertikaian mereka dan mengajak Anne bersikap seperti biasa buat Anne tidak terlalu gugup. Karena di hari pertama setelah Anne bertengkar dengan orang tuanya, anak itu takut melakukan apa pun sehingga jika menunggu Anne meminta maaf akan sangat lama.

Dan hari ini katanya Hwa akan datang untuk meminta maaf kepada Anne. Anne sendiri agak takut untuk bertanya atau memberitahu. Ia hanya mengunci dirinya di kamar sambil bertanya-tanya. Tapi Anne bisa mendengar suara motor besar Hwan yang dimainkan ketika sampai di halaman rumahnya.

Hwan melepaskan jaket juga helmnya. Septian keluar dari rumah. Septian itu mengangguk memberikan tanda bahwa kedua orang tua Anne masih ada di dalam.

Hwan mendekati Septian.

"Sept. Temani aku."

Septian hanya menghela nafas dan mengiyakan permintaan Hwan. Pemuda itu meletakkan ponselnya kemudian mengenakan sandal dan tak butuh waktu lama untuk Septian berdiri di belakang Hwan. Septian mendorong punggung Hwan untuk memberanikan diri. Sedikit aneh melihat anak yang selalu berlagak jagoan seperti Hwan gugup.

Hwan sendiri tidak bisa tidur semalaman. Berselancar di internet dengan pertanyaan "Bagaimana cara meminta maaf kepada orang tua teman?" atau "Apakah orang dewasa memiliki emosi yang tinggi? Bagaimana cara menetralkannya?" dan tadi pagi dirinya sempat buka ponslenya lagi untuk mencari. "Bagaimana cara berbicara dengan orang dewasa tanpa terbawa emosi? Please, kasih jawaban yang serius dan benar!"

Hwan tidak pernah memiliki hubungan baik dengan orang dewasa. Baginya orang dewasa adalah monster yang egois yang memakan emosi dari anak-anak. Ia sering melihat orang dewasa yang suka membuat anak kecil menangis demi kepuasan mereka. Bahkan mereka juga tak ragu menyakiti anak kecil. Hwan sama sekali tidak memiliki hormat kepada orang dewasa. Bahkan guru juga ayahnya. Tapi ... ia ragu untuk berhadapan dengan orang tua Anne.

Mereka berbeda.

Orang tua Anne juga orang tua Septian seperti bukan orang dewasa yang selalu ia pikirkan. Mereka berbeda. Maka dari itu ia sama sekali tidka tahu cara mempersiapkan diri.

"Permisi, selamat pagi," sapa Hwan di depan pintu yang terbuka.

Qia yang baru selesai memanggang roti menoleh ke arah pintu melihat siapa yang menyapa dengan cara aneh. Biasanya jika Septian dan keluarganya akan masuk begitu saja tanpa menyapa. Aji sendiri yang baru selesai memperbaiki kran belakang ikut melihat ke arah pintu.

"Oh, Hwan!" sapa Qia yang mengenali Hwan.

"Masuk, Hwan! Ya ampun, tante ga tahu kalau kamu berkunjung! Kalau tahu begitu tante tadi mandi dulu," kata Qia sambil tertawa kecil membuat Hwan sedikit malu.Ia sungguh masih belum terbiasa dengan segala ramah-tamah ini.

Aji hanya melirik Hwan tak tertarik kemudian kembali ke dapur untuk meletakkan peralatan perkakasnya. Kemudian sibuk dengan pekerjaan mingguannya yang lain.

ANNE The Sweet PotatoWhere stories live. Discover now