8 Olahraga

15.6K 2.8K 232
                                    

You Only Live Once by The Strokes

Kabar Anne yang ingin diet juga sampai ke rumah tetangga. Mama Qia dan Tante Asmara semalaman mempersiapkan asupan makan Anne yang tepat. Papa dan Om Yusuf juga membuat jadwal olahraga untuk Anne. Dan Septian akan menjadi pengawas Anne selama di sekolah. Malam itu menjadi hari terakhir buat Anne menikmati semua jenis makanan. Aji dan Qia memberikan kesempatan buat Anne untuk menghabiskan satu wadah es krim dan tambah hingga dua piring.

Hari minggu adalah hari yang tepat untuk berolahraga pagi. Setelah sholat shubuh Aji mulai mempersiapkan semuanya. Sebuah kalung peluit sudah ia kalungkan. Qia juga tak tinggal diam. Di kamar Anne, wanita dewasa itu menarik selimut menyuruh anaknya segera bangun. Anne yang masih setengah sadar hanya mengangguk-angguk mendengarkan semua rentetan omelan mamanya di pagi hari.

Menggunakan seragam olah raga sekolah, karena hanya itulah satu-satunya baju olahraga milik Anne kemudian mencuci muka agar lebih segar.

"Sudah siap, Kak?" tanya dua adik kembarnya yang juga sedang mengenakan sepatu. Seperti biasa Genta dan Gana pastilah akan ikut berolahraga bersama papanya.

"Selamat pagi semua! Sudah siap, Ne?" sapa Septian yang baru keluar dari rumah. Tangan menenteng sepatu yang kemudian dikenakannya.

"Kak Asep ikut juga?" tanya Anne. Septian membalas dengan anggukan antusias.

Aji mengeluarkan motornya. Genta dan Gana berlari menuju sang Papa. Genta naik dengan mudah ke atas tempat duduk penumpang, sedangkan Gana duduk di depan sang Papa. Jadi, niatnya adalah Anne dan Septian akan berlari dari rumah menuju lapangan Kodam yang berjarak satu kilometer lalu Aji beserta si kembar akan mengikuti dari belakang.

Anne berdoa sebelum melakukan pemanasan kemudian kakinya mulai bergerak mengikuti langkah Septian. Selagi berlari Septian mengajarkan postur berlari yang benar juga cara mengatur napas. Di menit-menit awal Anne sudah ingin menyerah tapi suara sempritan selalu terdengar saat Anne menghentikan langkahnya. Septian juga selalu menarik lengan Anne untuk kembali berlari kala gadis itu mengeluh. Tak lupa dua pesorak yang duduk bersama Aji di motor.

Lari satu kilo membutuhkan waktu setengah jam. Kini matahari mulai terlihat, Aji memberikan waktu istirahat sebentar untuk puterinya. Satu botol air mineral ukuran tanggung habis diteguknya. Aji menyemprit tanda waktu istirahat sudah selesai. Genta dan Gana berdiri di barisan paling di depan lalu Anne dan Septian di belakang. Keempatnya berdiri di depan Aji yang mulai memberikan contoh gerakan senam.

Satu per satu Anne mengikuti dengan seksama. Meskipun kakinya sudah terasa seperti puding tapi keinginannya lebih kuat menopang tubuhnya untuk tetap berdiri. Setelah senam singkat, Aji kini fokus pada Anne seorang. Septian mengajak si kembar untuk lari mengelilingi lapangan. Aji mengajarkan mengajarkan Anne beberapa gerakan dasar seperti posisi push-up, sit up, hingga plank yang benar.

Memang saat pertama seperti ini terasa sangat susah tapi Aji tetap memberikan semangat. Ia tahu saatnya kapan Anne harus beristirahat, kapan saatnya Anne kembali lanjut. Ia tidak akan memforsir anaknya tersebut. Kunci dalam diet itu bukan melakukannya secara ekstrim tapi konsisten dalan melakukannya. Sedikit demi sedikit asal jadi.

"Kira-kira, aku sudah turun berapa kilo ya pa?" tanya Anne yang sedang duduk beristirahat di pinggir lapangan. Kini sesi olahraga Anne suah selesai, ia dan papanya duduk berdua di bawah pohon sambil memperhatikan Genta, Gana dan Septian yang bermain futsal dengan para pemuda lain. Semakin siang semakin ramai lapangan Kodam di penuhi orang-orang yang berolahraga.

"Belum dong sayang, kamu boleh lihat timbangan lagi setelah seminggu. Papa janji kamu bakal terkejut dnegan hasilnya." Aji menyentil pelan hidung Anne dengan gemas.

ANNE The Sweet PotatoDonde viven las historias. Descúbrelo ahora