14 Curiosity Killed The Cat

14.7K 2.9K 567
                                    

Om-om dan tante-tante onlinenya Anne, bantu vote dan komen dong.

Kalau komennya tembus 500 nanti Anne up cepet!

*

Sepeda? Check!
Helm pengaman? Check!
Pengaman siku dan lutut? Sudah terpasang!
Celana training panjang di balik rok abu-abunya? Tak terlupakan.

Anne mengayuh sepedanya dengan bahagia. Ternyata bersepeda sendiri dari rumah ke sekolah sangat melelahkan juga. Tapi sekali lagi Anne teringat pesan Septian sebelum berangkat karantina.

"Seberat apapun kondisinya, tetap tersenyum ya, Ne. Percaya sama kakak, nggak ada obat yang lebih ampuh dari kebahagian yang di mulai dari diri sendiri."

Jadi, untuk mengelabui lelahnya, Anne bersepeda sambil membayangkan segala memori-memori yang membahagiakan. Anne sengaja berangkat lebih pagi dari biasanya karena untuk mengindari ramainya kendaraan motor jika berangkat lebih siang lagi.

Ketika sepedanya melewati taman kota, Anne sempat memelankan laju sepedanya untuk bisa lebih lama menikmati udara segar pagi hari. Ah, Anne jadi teringat kata-kata papanya.

"Jangan terlalu tergesa-gesa untuk menjalani hidup. Nikmati proses, karena dengan kita memelankan jalan kita, kita bisa melihat lebih banyak hal yang sering kali dilewatkan oleh banyak orang."

Anne mengangguk setuju, seperti pagi ini. Anne bisa melihat satu atau dua burung yang bertengger di ranting pohon. Juga sinar matahari yang perlahan membangunkan kembali kota yang tertidur. Bahkan ini pertama kalinya Anne sadar ada beberapa lubang di jalanan yang setiap hari ia lalui.

Sampai di sekolah, Anne turun dari sepedanya. Menuntunnya ke tempat parkir khusus sepeda kayuh di pinggir pos satpam. Satu per satu gear bersepadanya dilepaskan. Terakhir tersisa celana training yang belum dilepaskannya.

Kepalanya berpualtar melihat sekeliling untuk memastikan tak ada siapa-siapa di sana. Setelah yakin tak ada siapaun, Anne memegangi roknya agar tidak ikut turun saat ia menarik celana trainingnya ke bawah.

"Kalau tidak tahu, sekolah menyediakan fasilitas toilet."

Baru memelorotkan sampai lutut Anne seketika mematung. Dengan posisi merunduk, sama sekali Anne tak bisa bergerak. Badannya membeku total. Ia tidak salah dengar kan? Anne tak berani berbalik untuk melihat orang yang memergokinya melepas celana di tempat terbuka.

Hwan melewati Anne yang belum bergerak sama sekali dari posisi awal ia memergokinya. Tak memperdulikan gadis itu. Ia memarkirkan sepeda kayuhnya juga tepat di sebelah sepeda Anne dan pergi dari sana. Hingga Hwan tak terlihat pun Anne masih terdiam dengan posisi yang sama.

Tubuhnya meluruh ke tanah. Kacau kacau kacau! Anne malu banget! Aaaaaahh! Kenapa dari ratusan anak di sekolah ini justru Hwan yang muncul! Cepat-cepat ia melepaskan celananya dan berlari sambil membungkan teriakannya akibat malu.

Di kelas Anne duduk dengan tersengal. Ia meletakkan celana trainingnya begitu saja di atas meja. Menatap horor benda di depannya itu. Ingin rasanya Anne mencabik-cabik dirinya sendiri. Bagaimana bisa Anne nggak kepikiran sih untuk lepas di dalam toilet saja. Benar-benar bodoh putrinya Bapak Aji satu ini!

*

"Sekian untuk bab persamaan garis lurus. Jangan lupa PR yang sudah saya tunjuk tadi dikerjakan secara individu. Kelas selanjutnya kita ulangan harian terus baru masuk bab selanjutnya."

Pak Alief menutup buku matematikanya setelah mendengar bel istirahat berbunyi. Sebelum keluar Pak Alief berhenti sebentar meminta perhatian para muridnya.

ANNE The Sweet PotatoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang