21 Ciuman Pertama

15.2K 2.6K 260
                                    

Baby Doll by Utopia

*

Anne mengayuh sepedanya diikuti oleh Septian di belakang. Pagi itu untuk pertama kali, Septian dan Anne mengayuh sepeda mereka bersama menuju sekolah.

Di depan gerbang sekolah berdiri seorang siswa laki-laki dengan permen di mulutnya. Ia sama sekali tak mempedulikan sapaan yang adik kelasnya berikan. Hwan terlalu sibuk menatap layar ponselnya sambil bersandar di gapura sekolah.

Saat matanya menangkap sosok yang dicarinya barulah Hwan meletakkan ponselnya. Alisnya terangkat melihat siapa yang bersepeda di belakang Anne.

Anne juga sepertinya menyadari kehadiran Hwan yang berdiri sendirian di gerbang. Tangannya terangkat melambai ke arah Hwan.

"Kak Hwan!" panggil Anne antusias. Detik berikutnya Hwan berbalik masuk meninggalkan Anne yang masih melambaikan tangannya.

Septian menarik rem tangan sepedanya, terkejut melihat Anne yang menyapa Hwan layaknya teman dekat. Terlihat kerutan di dahi laki-laki itu menandakan Septian tak percaya dengan apa yang barusan terjadi.

Setelah kepulangannya, Anne sama sekali tidak pernah bercerita tentang Hwan jadi Septian sempat berpikir tak ada yang terjadi selama kepergiannya. Tapi kenapa Anne menyapa Hwan dengan antusias? Septian mengayuh kembali sepedanya kemudian memarkirkannya di samping sepeda Anne.

"Kak, aku masuk ke kelas, ya. Nanti aku pulang sorean soalnya ada latihan teater."

Sebelum Anne pergi, Septian meraih tangan gadis itu mencegat kepergiannya. "Kamu tadi habis sapa Hwan?" tanya Septian dengan memicingkan matanya.

Anne tidak sadar mengangguk cepat, tidak tahu jika lawan bicaranya sedang kesal. "Sejak kapan?" tanya Septian lagi.

"Sejak kapan apanya?"

"Sejak kapan kamu dekat sama Kim Hwan? Sejak kapan kamu bisa sapa Hwan dengan kasual? Kamu nggak cerita apa-apa tentang Hwan sama kakak, Ne. Kakak kaget waktu kamu sapa Hwan kayak gitu tadi."

Anne ragu-ragu untuk menjawabnya. Dia lupa untuk memberitahu Septian mengenai Hwan. Sebenarnya beberapa kali lidahnya tergoda untuk bercerita. Tapi mengingat kalimat wanti-wanti dari Septian untuk menjauhi Hwan tempo dulu membuat Anne menundanya. Awalnya Anne hanya ingin mengulur waktu sambil memikirkan cara memberitahu Septian agar kakaknya itu tidak marah.

"Ne? Nggak ada rahasia yang kamu simpan dari kakak, kan?"

Anne semakin gugup saat Septian mendekat. Matanya melirik ke arah kanan dan kiri mencoba mencari alasan yang cepat.

"Nanti! Istirahat siang aku kasih tahu deh."

Hati Septian mencelos saat Anne menepis tangannya dan berlari menjauh.

"Anne! Marianne!" panggil Septian membuat gadis itu berhenti di tempat. Anne menggigit bibirnya kesal. Kalau sudah Septian memanggil namanya penuh artinya dia sedang kesal.

"Kenapa nggak sekarang? Ne, kita sudah janji untuk tidak saling menyimpan rahasia antar satu sama lain. Jangan lari!" perintah Septian cepat saat Anne mencoba mengambil langkah lain untuk kabur.

Anne berbalik pelan. Tangannya bertaut menunjukkan kegugupannya. "Marianne, kamu masih nggak mau cerita?" tanya Septian dengan suara lebih pelan.

Anne masih diam tak bersuara. Apa lebih baik dia jujur saja, ya? Anne tidak bisa berbohong dengan mencari-cari alasan kepada kakaknya.

Jantung Anne berdegup kencang saat kepalanya mendongak menatao Septian. Lidahnya tiba-tiba terasa kelu. Septian menatapnya tanpa ekspresi.

"Kak," panggil Anne. Tapi sepertinya Septian terlalu kecewa sampai laki-laki itu memilih berbalik meninggalkan Anne sendirian di tempat.

ANNE The Sweet PotatoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang