38 Anne Melampiaskan Kekesalannya

3.9K 722 48
                                    


Raya berakhir pingsan hingga beberapa jam selanjutnya. Ayahnya dipanggil dan dibantu Pak Alief mengantarkan Raya untuk pulang. Anne memberikan tas milik Raya kepada ayahnya.

"Terima kasih, ya, Anne."

"Iya, Om. nggak apa-apa. Semoga Raya cepat sembuh."

Anne kembali ke kelas untuk melanjutkan mata pelajarannya. Ia masih kesal dengan Hanum tapi banyak yang membela Hanum dan mengatakan bahwa Hanum tak sengaja. Mereka bilang Hanum hanya terlalu semangat dan Hanum sama sekali tak menunjukkan penyesalannya. Hanum juga belum meinta maaf kepada ayahnya Raya.

Dan hingga tiga hari ke depan juga Raya tak masuk izin karena sakit. Sebagai wali kelas, pak Alief menyarankan ada teman kelas untuk menjenguk tapi karena Anne masih di hukum oleh papanya tidak boleh kemana-mana setelah sekolah ia hanya membantu dengan membelikan buah saja dan titip salam lewat teman yang mengunjungi Raya.

Hanum juga ikut menjenguk mungkin meminta maaf langsung tapi Anne sudah tidak terlalu peduli. Ia sudah dibuat kesal.

Dan hari minggu pun tiba. Hari dimana dirinya akan menghabiskan waktu bersama Hanum berdua untuk mengerjakan tugas kelompok biologi bersama di rumahnya. Hwan juga sudah pulang setelah mereka belajar bersama dengan alasan ada pertemuan ekstrakurikuler futsal. Septian sendiri masih bermain bersama si kembar.

Hanum tiba bersama kakaknya, Oliv. Anne mengernyit karena tidak ingat Hanum mengatakan bahwa akan datang berkunjung bersama kakaknya.

"Anne, aku ikut gabung nggak apa-apa, ya? Soalnya di rumah ga ada orang," sapa Oliv yang membawakan makanan untuk Anne.

"Tante!" Sapa Oliv dengan ramah.

Qia yang melihat ada tamu pun langsung menyambut mereka dengan hangat.

"Oh, Hanum datang sama kakaknya? Siapa namanya?"

"Olivia, tante. Ini Oliv bawakan sedikit cemilan soalnya takut Hanum ngerepotin nantinya."

Septian yang melihat teman sekelasnya muncul mendongak dan menyapa Oliv dengan hangat.

"Ya ampun kamu ngomong apa, sih, Oliv! Masuk-masuk .. Nggak usah repot tahu..."

Septian mengajak Oliv mendekat dan Oliv dengan ramah memperkenalkan dirinya kepada di kembar dan mulut genta yang tanpa penyaring langsung menyebut Oliv sebagai kakak cantik. Jelas saja Anne dongkol karena seumur hidupnya, Anne sama sekali nggak pernah dipanggil seperti itu oleh Genta.

Hanum mendekat ke arah Anne.

"Anne, aku minta maaf untuk yang kemarin. Aku juga sudah minta maaf langsung ke Raya. Aku beneran ga sengaja ngelakuinnya."

"Iya, nggak apa-apa. Kita langsung kerjain tugasnya saja," ajak Anne kepada Hanum untuk menuju meja ruang tamu. Di tempat yang sama, Septian tengah bermain PS bersama Genta dan Gana juga Oliv yang duduk dengan sangat dekat dengan Septian.

Hanum membuka laptopnya begitu juga dengan Anne yang meminjam laptop mamanya untuk mengerjakan tugas. Keduanya kemudian sibuk mencari artikel untuk membuat tugas sekolah mereka. Sesekali Hanum melirik ponselnya dan sibuk chatting. Dan Anne juga sibuk menatap tajam Oliv juga Septian yang tertawa bersamaan setelah mengalahkan Genta.

"Ini, dimakan ya ... belajar yang rain," ujar Qia yang kemudian meletakkan berbagai macam buah yang sudah dipotong juga potongan brownies yang dibawa Oliv dan Hanum tadi. Qia mengusap kepala Anne kemudian masuk ke dalam kamarnya untuk enemani suaminya yang kesepian menonton tontonan di tv karena masih menjaga jarak dengan putri mereka.

"Hanum, kamu cari yang bagian ini, ya?" ujar Anne setelah membagi tugas.

"Okey..." jawab Hanum seadanya tapi matanya terpaku layar televisi yang menampakan permainan balapan.

Anne juga berhenti sejenak ketika Septian menyerahkan stik PS kepada Oliv.

"Mau coba?" tanya Septian.

"Eh, tapi aku ga bisa mainnya."

"Main aja sini, kakak cantik. Ayo lawan Genta!" sambung si tuyul kecil membuat Anne diam-diam mencibir kelakuan adiknya. Septian bergeser ke belakang dan duduk di samping Anne sambil melihat Oliv tengah bermain melawan Genta. Tangannya dengan santai memakan brownies bawaan Oliv.

Anne menghela nafas panjang dan hal kecil itu berhasil mendapatkan perhatian Septian.

"Kenapa? Tugasnya susah banget?" tanya Septian sambil mendekat untuk melihat tugas milik Anne. Septian menyampirkan tangannya pada pundak Anne tapi Anne menepis tangan itu membuat Septian terpaku.

Wajah serius Anne membuat Septian ragu mendekati gadis itu. Septian pun berdehem dan fokus ke layar televisi kembali. Pemuda itu bergeser ke arah Oliv dan mengajarkan Oliv cara bermain dari belakang. Anne menggigit bibir bawahnya melihat itu. Tangannya menekan papan keyboard dengan lebih kasar.

Hanum juga mulai merasa bosan dan melamun melihat ke arah layar televisi sejenak. Oliv yang kalah dari Genta menghela nafas sedangkan Genta dan Gana bersorak kencang dan Septian tertawa terbahak-bahak.

"Hanum, mau ngerjain tugasnya di kamar ku aja nggak?" ajak Anne kepada Hanum yang juga perhatiannya terlaihkan oleh kehebohan mereka.

"Di sini aja deh, Ne," jawab Hanum membuat Anne menahan diri untuk tidak berteriak kesal.

Ia mengalah dan kembali fokus mengerjakan tugasnya. Empat orang di depannya semakin ramai dan Anne harus bangkit untuk mengambil headphone dari kamarnya namun benda itu tak mampu mengurangi kebisingan yang ada.

Kesabaran Anne semakin tipis setiap saatnya. Hanum kini ikut tertawa ketika kakaknya kalah untuk keempat atau kelima kali, Anne juga sudah tidak bisa menghitung. Dan percobaan kesekian kalinya akhirnya Oliv pun menang, Septian dan Oliv bersorak bahagia.

"Yeay!

"Berisik!" teriak Anne membuat semuanya hening.

Anne menutup bibirnya tak menyangka bahwa suara hatinya bisa sekencang itu. Ia menatap Septian yang juga terkejut dengan teriakan Anne.

"Apa sih? Kakak nggak asyik banget."

"Udah-udah ga usah bertengkar. Genta sama Gana ayo main ke rumah kakak aja ya..." ajak Septian yang langsung mematikan permiana mereka. "Oliv, ikut ajak sekalian."

Anne menunduk menahamalu. Hanum menhela nafas panjang tapi tak ebrkata apa pun dan kembali fokus kepada laptopnya. Genta dan Gana hanya juga Oliv ikut Septian untuk pergi ke rumah pemuda itu meninggalkan Hanum dan Anne yang berada dalam keheningan canggung.

Aji berdiri di pintu sambil menggelengkan kepalanya. Pria itu berjalan menuju dapur dan melirik putrinya yang hanya menunduk. Qia juga melihat hal yang sama tapi ia tetap diam. Belum saatnya ia ikut campur. Masih ada temannya. Tidak baik bertanya di saat ada temannya. Qia tidak ingin membuat putrinya semakin malu.

Tugas Anne dan Hanum berakhir dipisah dan Hanum bilang ke Anne untuk kirim tugasnya sebelum jam tiga ke emailnya biar Hanum saja yang cetak. Hanum kemudian izin meninggalkan rumah Anne karena tak tahan atas kecanggungan diantara dirinya dan Anne. Hanum pun bergabung dengan kakaknya untuk bermain di rumah Septian bersama si kembar.

Anne merapikan laptopnya dan membawanya di kamar dan mengerjakan semuanya. Pukul dua siang ia mengirim tugasnya ke email milik Hanum seperti yang diminta oleh gadis itu.

Ponselnya tiba-tiba berdenting.

Kak Asep: Anne nggak mau gabung? Oliv sama Hanum masih di rumah kakak. Si kembar juga masih di sini. Ayo, main sama-sama sini."

Anne hanya meninggalkan pesan milik Septian terbaca tanpa berniat membalasnya karena kesal.

Septian melihat pesannya telah centang dua berwarna biru tapi sudah lima menit tak ada balasan. Ia mengirim pesan lagi tapi kali ini cuma centang satu.

"Septian, ini bagaimana pasangnya?" tanya Oiv dan Septian langsung menyimpan kembali ponselnya.

"Genta, itu kakaknya jangan direcokin," tegur Septian ketika melihat Genta yang menggoda Oliv sampai Oliv tak bisa memasang permainan mereka.

***

Anne yang sabar...

ANNE The Sweet PotatoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang