10 Anne Si Anak Teater

15.1K 2.7K 121
                                    

Gusta Stu by Gfriend

Kejadian memalukan beberapa hari yang lalu telah ditutup rapat-rapat oleh Anne. Bahkan Gana dan Genta disuapnya dengan uang saku tambahan agar adik-adiknya itu tidak membeberkan kesalahpahaman yang telah terjadi. Meskipun Anne merasa jika Septian menaruh rasa curiga tapi dengan kemampuan akting yang pas-pasan, Anne berpura-pura tidak terjadi apa-apa.

Anne sangat senang karena setelah tiga hari izin sakit kini teman satu-satunya yang Anne percayai akhirnya datang ke sekolah, Raya. Keduanya bersiap untuk melakukan rutinitas setiap senin pagi yakni upacara bendera. Anne dan Raya berdiri di barisan tengah tapi masih cukup ruang utnuk Anne melihat kakaknya yang menjadi pemimpin upacara.

Septian terlihat sangat gagah dengan seragam putih-putihnya. Suara lantangnya memberikan instruksi upacara mampu menggetarkan hati para wanita. Kalau di sekolah lain pastilah ketua basket atau ketua OSIS semacam bad boy yang menjadi incaran para perempuan. Namun tidak dengan di SMA Negeri 1 Perjuangan. Justru Septian adalah tipikal cowok baik dengan segudang prestasinya lah yang menjadi idola para wanita. Sedangkan cowok bad boy semacam Hwan justru terkucilkan bahkan tidak dianggap keberadaannya.

Anne menajamkan pendengarannya saat dirasa Hanum mencondongkan tubuhnya untuk berbisik sesuatu pada Ria. Anne yakin pasti Kak Asep lah yang menjadi topiknya. Hah, bisa-bisanya sedang upacara seperti ini mereka asik berbincang. Mulut-mulut seperti mereka ini yang perlu didisiplinkan oleh papanya. Sadar apa yang baru ia pikirkan Anne menggeleng menghapus pikiran jahatnya. Anne harus sabar, tidak boleh terpancing menjadi jahat juga.

Raya yang melihat Anne menggeleng merasa khawatir, ia takut temannya merasa pusing. "Ne? kamu nggak apa-apa? apa perlu ke UKS?" tanya Raya berbisik. Anne menggeleng cepat. "Aku cuma mikir yang nggak baik tadi. Aku masih kuat, kok."

Anne baru sadar bahwa sebentar lagi upacara akan berakhir dan kakinya masih kuat menopang tubuhnya tanpa mengeluh. Bahkan Anne tidak merasa lelah sama sekali. Apa tubuhnya mulai terbiasa dengan berolahraga? Senyum merekah di bibirnya saat tahu kalau dia semakin dekat menuju tujuannya yakni menjadi sehat dan bugar.  Padahal baru beberapa hari dia berolahraga tapi sudah kuat berdiri di bawah terik matahari. Anne sangat bangga akan dirinya sendiri. Hingga upacara berakhir, gadis itu sama sekali tak melepaskan senyumannya.

"Ray, eum ... kamu kalau sabtu atau minggu gitu kosong?" tanya Anne.

"Kosong, memangnya ada apa?"

"Enggak apa-apa, kan setiap minggu kan ada car free day di alun-alun. Kamu sering ikut, nggak?"

Raya menggeleng kecil dengan senyum khasnya. "Aku punya riwayat jantung lemah jadi ibu sama bapak sering larang aku ikut-ikut begituan takutnya aku capek."

Oh, Anne baru tahu kalau Raya punya riwayat sakit. Kalau diperhatikan juga postur tubuh Raya ini sangat kecil, tubuhnya kurus jauh berbanding terbalik dengan Anne. Kalau keduanya jalan beriringan akan terlihat seperti angka sepuluh. Banyak yang menertawakannya karena itu tapi Raya berbeda dari Hanum dan yang lainnya, Raya tak segan menggandeng tangan Anne untuk jalan bersama. Bersama Raya, Anne menemukan kenyamanan dalam arti seorang teman.

"Kamu sudah tahu mau ambil ekstra kurikuler apa, Ne?" tanya Raya memindahkan topik pembicaraan.

Anne meringis lupa, ia lupa untuk membicarakannya dengan orang tuanya. Bukan karena Anne anak manja tapi selama ini Anne tidak tahu bakatnya ada dimana selain makan dan tidur. Jadi apapun yang mama dan papanya pilihkan akan Anne lakukan. Apa yang harus Anne lakukan sekarang? Mengambil ekstra kurikuler adalah kewajiban dan hari ini menjadi hari terakhir pengumpulan berkas.

"Aku lupa belum ambil blanko ekstra. Apa aku masuk pramuka saja ya?" Anne mendesah dan menulungkupkan tubuhnya di atas meja. 

Raya tersenyum melihat temannya yang terkulai lemas. Ia mengeluarkan satu kertas dan disodorkan pada temannya itu. "Bersyukurlah aku mengambil blankonya kelebihan." Anne bangun dan melihat satu kertas itu dengan mata bekaca-kaca. Raya melebarkan kedua tangannya dan disambut oleh Anne dengan pelukan. "Rayaaa ... kamu penyelamatku ...."

ANNE The Sweet PotatoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang