Pertengkaran Pangeran Dan Louis

474 33 7
                                    

***

Ali termangu. Pandangannya memerhatikan bangunan Sekolah yang terasa familiar di ingatannya. Sayup-sayup pendengarannya menangkap suara cempreng seorang gadis, suara yang sering ia dengar kala berada di alam bawah sadarnya.

Benar. Tak lama kemudian ia melihat gadis yang selalu muncul di dalam mimpinya berlari keluar dari Gedung Sekolah itu dan menghampiri.

"Digo ... Kamu kembali. Aku kangen banget sama kamu," ucap Sisi, gadis berseragam sekolah itu sembari melingkarkan tangannya di perut Ali. Ia kemudian mendongak memperhatikan wajah Ali yang berkerut kebingungan.

Gadis itu menyebutnya dengan nama Digo. Nama itu seperti pernah Ali dengar. Tapi, siapa?

Ali tidak mengenal gadis itu, tapi jika melihat wajahnya, Ali seperti merasakan sesuatu bergelora di dalam hatinya. Perasaan yang belum pernah dia rasakan jika dekat dengan perempuan lain.

"Honey ... Kenapa malah diem aja? Kamu gak kangen juga sama aku?" tanya Sisi terdengar manja.

Ali tak menjawab. Ia tak tahu harus menjawab apa. Memang seperti ada rasa bahagia saat melihat wajah gadis yang tengah memeluknya itu. Seolah dahaga kerinduan terkikis oleh pertemuan. Namun, Ali tak mengenal gadis itu selain dia selalu datang ke dalam mimpinya.

"My baby honey Digo, sekarang gak ada lagi waktu ataupun jarak yang memisahkan kita. Kamu akan terus di samping aku. Menjadikan aku satu-satunya ratu di hati kamu," ucap Sisi lembut. Iya sedikit berjinjit untuk bisa memainkan jari telunjuknya di hidung mancung Ali dengan gemas.

Ali hanya diam mendapat perlakuan itu. Malah senyum mulai terlukis di wajahnya.

"Aku tunggu kamu, Digo ... "

Tangan Sisi yang bermain di hidung Ali beralih menutup mata kaki-laki itu membuat Ali hanya bisa melihat kegelapan. Tak lama setelahnya, terdengar suara tangis seseorang. Ali perlahan membuka matanya. Namun, ia tak lagi melihat Sisi dan bangunan Sekolah, melainkan alat-alat medis dan adiknya yang duduk di sebelah brankar.

Kenapa dia jadi ada disini? Dimana gadis itu? Ali belingsatan seolah kehilangan sesuatu yang berharga baginya.

Ali bergegas bangkit untuk mencari gadis yang hadir lagi ke dalam mimpinya. Namun, suara derit brankar karena gerakan tiba-tiba dari tubuhnya membuat Salwa yang sedang tertunduk menangis jadi mendongak meliriknya.

"Bang Ali?" Salwa seketika bangkit, meraih kedua pundak Ali lalu memeluknya. Ia bahagia sekali akhirnya Ali sadar setelah hampir seharian tak sadarkan diri.

"Salwa, cewek berseragam SMA itu kemana?" pertanyaan Ali menimbulkan kerutan di dahi Salwa. Salwa kemudian melepaskan pelukannya lantas memperhatikan Ali yang gelisah mencari sesuatu.

"Cewek berseragam SMA yang mana? Gak ada cewek yang Bang Ali maksud datang kesini selain Salwa, Bang!"

"Ada. Tadi, ada. Dia manggil Abang dengan nama Digo," balas Ali bersikeras.

"Bang, dari kemarin gak ada yang datang kesini selain Salwa! Abang cuma mimpi kali. Udah, jangan dipikirin!" pinta Salwa kembali membaringkan tubuh Ali di Brankar.

"Tapi tadi beneran ada, Sal ... Sentuhan dia di hidung Abang aja masih kerasa," ucap Ali berharap Salwa mempercayai perkataannya.

"Lo halu kali, Bang! Udah, ah! Jangan banyak omong dulu. Bang Ali tuh baru sadar setelah hampir 20 jam pingsan."

Ali terbelalak kaget. Dua puluh jam tak sadarkan diri? Perasaan dia hanya beberapa menit saja bertemu dengan gadis berseragam SMA itu. Dan dimana gadis itu? Kenapa saat membuka mata dia sudah tak ada? Apa itu hanya mimpi? Tapi, jika mimpi kenapa sentuhannya masih terasa?

GANTENG GANTENG SERIGALA (2)Where stories live. Discover now