Aura Yang Berbeda

437 34 8
                                    

***

Hari ini seperti ada tembok yang membatasi Pangeran dan Salwa. Mereka berdua duduk bersebelahan, tapi seperti berada di ujung jurang yang berseberangan.

Pangeran menduga jika Salwa masih sangat marah padanya atas musibah yang menimpa Ali. Dan sayangnya dia tak bisa membela diri karena dia tak punya penjelasan apapun pada gadis itu.

Salwa sendiri sebenarnya malas pergi Sekolah hari ini, mengingat masalah kemarin tentang pengakuannya mengenai surat milik Ali belum mereda. Bahkan sejak menginjakkan kaki di Sekolah, dia mendapati orang tengah berbisik menggunjingkan dirinya.

Ali sudah diperbolehkan pulang ke Rumah oleh Dokter dan laki-laki itu menyuruh Salwa untuk pergi Sekolah. Salwa tentu terpaksa mengiyakan, karena jika tidak, Ali mengancam tidak akan memberikan uang jajan selama satu bulan.

"Sal, Elo sama si Pangeran lagi marahan, ya?" Ridwan dan Ucok muncul tiba-tiba di samping Salwa, membuat Salwa memegangi dada kirinya. jantungnya hampir saja jantungnya jatuh ke dengkul.

"Lo berdua, ya! Kalo mau muncul tuh bilang-bilang, dong! Jangan kayak setan tiba-tiba muncul gitu aja," pekik Salwa.

"Ya maaf. Lagian elo dari tadi diem mulu gak kayak biasanya. Masih kepikiran soal kemarin, ya? Soal pengakuan lo itu." Ridwan menyenggol bahu Salwa sambil menaikkan kedua alisnya.

"Lo minta bantuan aja sama si Pangeran. Dia kan ketua paskibra, banyak penggemarnya. Bisa kali dia minta orang-orang buat gak ngehujat lo lagi." Kata Ucok seraya melirik Pangeran.

Pangeran yang menyadari sedang menjadi perbincangan di bangku sebelahnya segera menoleh.

Ucok terkesiap saat mendapat tatapan nyalang dari Pangeran dan segera memalingkan wajahnya.

"Ngapain minta bantuan dia," balas Salwa malas.

"Eh, jangan salah, Sal. Elo punya Pangeran, elo punya kuasa." Ujar Ridwan mengepalkan tangan kanannya sungguh-sungguh.

"Tapi, menurut gue nggak, Nyet!" Salwa membalas dengan menekankan ujung kalimatnya kepada Ridwan.

Bibir Ridwan mengerucut. "Yaudah kali, gak usah pake Nyet juga. gue kan cuma ngasih saran."

Salwa tak lagi membalas. Dia hanya mendelik lalu menyangga wajahnya di meja menggunakan kedua tangannya.

"Eh, btw, Jessica kenapa gak masuk hari ini? Gak ada keterangan juga dia." Ucok bertanya sambil melirik bangku kosong di depan Pangeran.

Salwa langsung menoleh ke bangku Jessica. Dia baru sadar sahabatnya itu tidak masuk Sekolah hari ini. Kemana dia? Bukannya kemarin dia pergi untuk mencari Pangeran? Apa Pangeran melukai Jessica juga?

Salwa mengalihkan pandangannya ke Pangeran yang sudah menatapnya seolah siap dengan pertanyaan yang akan dirinya lontarkan.

"Dimana Jessica?"

"Gue gak tau. Gue juga nyari dia," jawab Pangeran.

Salwa membalikkan tubuhnya sehingga kini dia dan Pangeran saling berhadapan. Dia menatap Pangeran dengan tatapan yang menyorot tajam. "Jangan pikir gue percaya sama omongan lo. Dimana Jessica? Jangan bilang Lo juga lukain dia kayak Lo lukain Bang Ali."

"Jessica orang yang gue cintai, gak mungkin gue tega lukain dia. Dan soal musibah yang menimpa Bang Ali, itu juga bukan ulah gue. Gue gak pernah nyakitin siapapun," jelas Pangeran.

Salwa tersenyum simpul mendengar penjelasan itu. Pangeran pikir dirinya akan percaya begitu saja?

Sementara Ridwan dan Ucok segera menjauh dari sana. Mereka merasa obrolan Pangeran dan Salwa sangat serius kali ini. Meski penasaran, tapi mereka tak ingin ikut campur.

GANTENG GANTENG SERIGALA (2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang