Jangan Memaksa

647 35 32
                                    

***

Sang surya telah terbit dengan memperlihatkan keindahan cahayanya pada pagi ini. Di wilayah bangsa serigala, terlihat para penduduknya telah berkumpul untuk mendengarkan penyampaian informasi dari raja mereka.

Di depan mereka, sang raja dan ratu duduk bersanding di kursi singgasana. Keduanya terlihat begitu canggung.

Seusai terbukanya rahasia yang selama ini Galang sembunyikan, ia dan Sisi berusaha untuk terlihat baik-baik saja di hadapan bangsanya.

Mereka sadar bahwa sebagai pemimpin, mereka harus mengesampingkan masalah pribadi.

Sementara tentang kekuasaan raja serigala, Galang ingin kekuasaannya diserahkan kepada Ali dengan cara yang tak akan membuat Ali nantinya dipandang rendah oleh bangsa serigala. Dia ingin Ali benar-benar terlihat pantas menjadi raja dan pendamping dari ratu serigala.

"Malam nanti akan ada bangsa vampir yang datang ke wilayah perbatasan. Mereka akan menjemput dua bangsa mereka yang aku sembunyikan sejak kemarin karena kedua vampir yang aku sembunyikan itu sedang diincar oleh mereka sebab telah berkhianat melindungi darah suci," ujar Galang terdengar lantang.

"Kita harus bersiap jika nanti mereka tiba-tiba menyerang. Kita tidak perlu takut kepada mereka walaupun jumlah mereka berkali-kali lipat lebih banyak dari kita. Kita adalah bangsa serigala, kita lebih kuat dari mereka!"

"Kita lebih kuat! Bangsa serigala lebih kuat!" Imbuh bangsa serigala.

Di sudut bangsa serigala, Pangeran dan Adhitya tengah berdiri memandangi bagaimana Sang Ayah memimpin bangsanya.

Pangeran manggut-manggut melihat semangat dari bangsa serigala. Dia sadar bahwa jumlah bukan menjadi skala dalam sebuah kekuatan. Melihat bagaimana bangsa serigala saat ini, dia meyakini bahwa mereka tidak mudah dikalahkan.

Mungkin pula dengan kehadirannya kekuatan bangsa serigala semakin bertambah. Apalagi di dalam dirinya mengalir dua darah, yaitu darah serigala dan macan.

"Apa yang lagi lo pikirin?"

Pangeran sontak menoleh pada Adhitya. Dahi laki-laki itu berkerut seperti menebak apa yang ada di dalam pikirannya. Pangeran lantas tersenyum menanggapi pertanyaan saudaranya itu.

"Gue baru sadar kenapa waktu itu gue bisa dapat hukuman mati. Ternyata power bangsa serigala emang gak main-main. Walaupun jumlahnya gak banyak, tapi mereka semua kompak. Dan gue yakin, kekompakan ini yang bikin bangsa serigala gak mudah dikalahkan."

Adhitya mengangguk setuju. Dia dan Pangeran kembali memandangi bangsa serigala yang masih bersorak penuh semangat.

"Gue boleh tanya gak, Ran?" Adhitya kembali bertanya setelah beberapa saat.

"Tanya apa?" Sahut Pangeran masih asik memerhatikan bangsa serigala dengan senyum yang mengembang.

"Kenapa lo gak berbuat sesuatu biar Bunda dan Ayah tetap bersatu?"

Pertanyaan itu seketika membuat senyum Pangeran memudar. Dia menoleh pada Adhitya yang sedang menunggu jawaban dari dirinya.

Sebenarnya Pangeran tak ingin membahas masalah kedua orang tuanya. Lagi pula Galang dan Sisi sudah sepakat untuk tak membahas hal tersebut dan fokus memimpin bangsa serigala bersama-sama hingga waktu penyerahan kekuasaan Galang pada Ali terjadi.

Namun, sepertinya Adhitya membutuhkan penjelasan dari Pangeran akan sikapnya yang terlihat membiarkan Galang dan Sisi berpisah.

"Gue cuma seorang anak. Gue gak punya hak ikut campur terlalu jauh atas keputusan yang mereka ambil," balas Pangeran.

GANTENG GANTENG SERIGALA (2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang