Legenda Pusaka Macan

686 42 21
                                    

***

Tangan kekar itu menyibak ilalang yang menghalangi rute jalan. Daun telinga bergerak-gerak menangkap suara desiran air dari arah depan. Pria bertubuh tegap yang membawa busur serta anak panah di punggungnya tersebut mulai berjalan melewati tumbuhan ilalang.

Ia lantas menghentikan langkah ketika memasuki kawasan sungai yang terdapat pemandangan air terjun dari pegunungan yang mengelilingi tempat itu.

Bergegas pria dengan penampilan telanjang dada tersebut menghampiri sungai dan meraup air untuk menghilangkan rasa dahaga yang sejak tadi dia tahan selama menempuh perjalanan di hutan belantara.

Dari dalam air, sesuatu sedang mendekati. Namun, karena insting yang kuat, si pengembara berhasil mengelak ketika seekor macan putih menyembul keluar dari dalam air dan menyerangnya.

Berhasil mengelak, pengembara bernama Baduga itu berdiri dengan menaruh kedua tangannya di belakang tubuh.

Macan putih itu mendarat di tanah dan tak lama kemudian berubah menjadi sesosok pria berambut putih panjang dengan memakai jubah panjang berwarna putih.

"Siapa kau berani memasuki wilayah ku?" tanya si sosok Macan putih yang ternyata merupakan penguasa wilayah air terjun. Lodaya namanya, pemimpin dari bangsa macan.

"Aku hanya ingin melepaskan rasa dahagaku. Maaf apabila ternyata kedatanganku kemari mengusik kediamanmu," jawab Baduga penuh kewibawaan.

Lodaya memandangi Baduga dengan tajam. Ia memerhatikan sosok manusia itu dari kepala hingga ujung kaki. Dengan ilmunya dia dapat melihat jika Baduga bukanlah manusia biasa.

"Yang memasuki wilayah ku harus mati karena dia telah mengetahui keberadaan bangsa macan yang selalu diincar bangsa manusia untuk dijadikan penjaga. Kami tidak terima karena bangsa kalian selalu menganggap kami adalah budak!" ujar Lodaya.

Baduga menundukkan kepala, merendahkan diri agar si macan putih tak menganggapnya seperti manusia-manusia lain yang menginginkan penjagaan dari sang macan. Akan tetapi, yang dilakukannya tak berguna di mata Lodaya. Si pria perwujudan macan putih itu pun kembali menyerangnya.

Baduga berhasil mengelak pukulan dari Lodaya. Karena tak ada pilihan lain selain melawan, akhirnya pertarungan pun tak dapat terelakkan.

Lodaya dan Baduga saling menunjukkan kemampuan mereka, saling menangkis dan menyerang dengan ilmu kanuraga.

Pertarungan keduanya tak terasa berlangsung hingga matahari tenggelam. Lodaya tampak sudah tak sanggup lagi untuk melanjutkan pertarungan dengan Baduga sehingga dia berlutut di bawah manusia itu.

"Siapa ... Siapa kau sebenarnya? Tak mungkin ada manusia yang bisa bertahan sejauh ini melawan ku," tanya Lodaya dengan napas terengah-engah. Matanya memandangi Baduga yang begitu tenang tak terlihat capai seperti dirinya.

"Bangkitlah, kisanak!" ujar Baduga seraya membantu Lodaya untuk berdiri.

Kini keduanya saling berhadapan. Lodaya masih menatap Baduga dengan tatapan bingung. Sementara Baduga menarik senyum untuk menghormati sang pria perwujudan macan putih di hadapannya.

"Kamu bukan manusia biasa," ujar Lodaya semakin yakin akan dugaan terhadap Baduga sejak awal.

"Aku hanya seorang pengembara," balas Baduga. Namun, Lodaya tentu tak percaya.

Melihat bagaimana Baduga melawannya dan bisa bertahan sejauh ini, sudah dipastikan pria itu bukan manusia biasa. "Katakanlah, siapa kau sesungguhnya!"

Baduga terdiam sesaat. Lalu, dia pun mulai memperkenalkan dirinya. "Namaku Baduga, Maharaja dari Kerajaan Dusartan."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 25 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

GANTENG GANTENG SERIGALA (2)Where stories live. Discover now