Nikah Resmi #03

6.3K 117 19
                                    

Safira tidak bisa menolak atau menghindari lagi nyatanya saat ini dirinya telah menggunakan baju PERSIT tanpa lencana dan tentunya dengan  make up tipis, sepatu vantofel dan tas berwarna hitam. Tentu saja Samira yang memberitahu calon menantunya wejangan dan segala serba serbi untuk menjadi istri seorang tentara.

"Tan, Safira masih 21 tahun loh ini. Apa iya diterima" ucap Safira yang tentunya dirinya akan lebih senang kalau di tolak.

"Kamu tenang aja ini hanya formalitas karena Om Tama sudah ngurus semuanya, kamu dan Birendra nanti tinggal datang aja" balas safira.

Tidak lama Birendra datang ke kamar Safira disana pria tampan dengan tinggi 182 itu terlihat begitu gagah dengan seragamnya dan kini Safira juga berdiri menghampiri Birendra. Safira memiliki tinggi 164 itu masih terlihat kecil kalau dibandingkan dengan tubuh kekar Birendra. Tidak ada senyuman sama sekali dan itu membuat Safira gugup.

"Papa sudah urus semuanya kalian hanya datang untuk pemeriksaan dan sekaligus pengajuan" balas Pratama.

"Bagus dong Pa, semakin cepat dan semakin baik" balas Samira.

Setelah kepergian Birendra dan Safira, Samira berbincang dengan Suaminya untuk berbicara mengenai Orangtua Safira. Samira juga bercerita jika Birendra sudah mengetahui alasan Safira tinggal bersama kita dan Samira yang juga memiliki hutang budi pada Fatima yang tidak lain adalah ibu kandung Safira.

***
Keduanya terlihat begitu serasi dengan pakaian PDH dan Persit lalu menjalani pemeriksaan kesehatan ditempat yang ditentukan selama 6 jam. Setelah selesai mereka melakukan pengajuan nikah meski awalnya Safira gugup namun karena teringat perkataan Samira membuatnya kembali penuh percaya diri.

Semuanya berjalan dengan lancar dan tinggal menunggu hari H pernikahannya. Beberapa PATI, juga Pamen melihat dan menatap Birendra dengan calon istrinya sungguh hal ini membuat semua orang begitu heboh. Ponselnya nanti malam akan berisik dengan suara notifikasi yang pasti membuat semuanya heboh.

Birendra yang minim ekspressi kini membawa Safira untuk segera kembali kerumahya mengantarkannya kerumahnya sedangkan dirinya kembali ke Markas untuk bertugas selama beberapa hari kedepan.

Wedding Day.
Hari pernikahan telah tiba, Ijab Kabul yang dilakukan Birendra dan Safira baru saja selesai satu manit yang lalu. Semuanya berjalan dengan lancar. Setelah ijab kabul keduanya Safira disuruh untuk mencium tangan Birendra sedangkan Birendra mencium kening istrinya kecilnya.

Keduanya kini berganti dengan pakaian dinas dan  melanjutkan upacara Pedang pora. Pedang pora adalah sebuah tradisi wajib yang telah dilakukan secara turun-menurun di dunia militer dengan mempunyai makna dibalik simbol dan ritual pedang pora, antara lain melambangkan solidaritas, persaudaraan,dan permohonan perlindungan pada Tuhan Yang Maha Esa. Apalagi Posisi Birendra yang sudah berpangkat Mayor tentu saja tidak akan melewatkan acara ini.

Ya hari ini hanya ijab kabul dan juga pedang pora. Sedangkan besok masih ada acara untuk resepsi. Serangkaian acara ini membuat Safira kelelahan setelah mandi dan berganti baju kini Safira memilih untuk merebahkan tubuhnya di bed dimana keduanya tengah menempati salah satu kamar hotel. Bodo amat kalau mau Birendra yang telah menjadi suaminya itu marah.

Birendra keluar dari kamar mandi dengan hanya memakai handuk yang menutupi tubuh bagian bawahnya lalu mencari celana panjang dan juga kaos putih. Untungnya Safira sudah tidur, kalau dia melihatnya lagi sudah pasti berteriak kencang. Birendra membuka pintu kamarnya dan disana ada seorang pelayan yang membakan makanan, tentu saja ini ulah Mamanya dan disana juga ada kartu ucapan.

Birendra membangunkan Safira dan menyuruhnya mandi karena sudah pukul 5 sore. Safira membuka matanya dengan malas namun melihat ada makanan disana membuat wajah Safira berbinar.

𝒥𝑜𝒹𝑜𝒽 𝒜𝒷𝒹𝒾 𝒩𝑒𝑔𝒶𝓇𝒶✔️Where stories live. Discover now