1

792 86 1
                                    

"Bisa ulurkan tangan Anda? Saya ingin melihat lebih jelas apa yang akan terjadi," kata Ryby kepada wanita berambut pendek di depannya.

"Tentu, silahkan!" riangnya.

Sembari memejamkan mata, Ryby dapat merasakan kegugupan serta harapan dari wanita tersebut yang menggebu-gebu. Banyak yang bisa Ryby 'lihat' dari seorang perempuan sepertinya. Perempuan pendiam dari kalangan rakyat biasa, yang menyukai seorang ksatria di keluarga bangsawan.

Ryby tersenyum tipis dan segera membuka mata, dia mengulas penghinaan sekilas saat netra semerah darahnya memandang perempuan itu. Topeng merah yang menghiasi hampir seluruh wajahnya—kecuali pipi kanannya yang tirus dan halus, beserta bibir merah mudanya—membuat ekspresinya kian sulit ditemukan.

"Menurut penglihatan saya, apapun yang Anda lakukan ke depannya tidak akan berjalan dengan baik. Nasihat saya, Anda lebih baik sadar diri dan mulai mencari orang yang berada dalam tingkatan yang sama. Jangan berharap terlalu tinggi, apalagi sampai melalukan hal-hal rendahan, Nona Isy."

Dada Isy kembang-kempis kala kalimat Ryby memenuhi indera pendengarannya. Tangan kekuningannya segera menyentak tangan Ryby hingga terhempas ke meja. Kala tangan Isy melayang tinggi ingin mendarat di permukaan salju Ryby, gadis itu melengkungkan matanya.

"Jika telapak Anda menyentuh tubuh saya, maka ada harga tambahan yang harus dibayar."

Tangan Isy yang semula terangkat dijatuhkan begitu saja. Dia menggeram marah kepada Ryby yang mempermalukan dirinya. Sebenarnya, Ryby juga tidak dapat dikatakan sedang 'mempermalukan', sebab dia memang benar-benar memprediksi bagaimana nasib Isy kedepannya. Gadis yang berdiri di depan mejanya ini sedang melaksanakan sebuah rencana licik untuk mendapatkan sang ksatria. Dia hendak menggunakan obat agar sang ksatria bisa tidur dengannya, dengan begitu Isy akan berakhir menjadi mempelai wanita sang ksatria. Namun, realita tidak sesederhana itu, banyak lelaki tidak bertanggung jawab diluar sana. Apalagi jika Isy merencanakan rencana kotor, bodoh, dan tidak berguna yang merugikan dirinya sendiri, jelas sang ksatria tidak akan mau bertanggung jawab. Karena itu, sebelum kebodohan Isy menjadi realita, alangkah baiknya bagi Ryby untuk memberitahunya.

"A-aku kesini untuk mendengar kabar baik! Bukan mendengar nasihat tidak berguna milikmu!" teriak Isy.

Ryby terkekeh, kemudian menautkan kedua tangannya di atas meja. Tatapannya nyalang pada Isy. "Anda pikir setiap masa depan selalu disertai kabar baik? Jika Anda berpikir seperti itu, tidak salah orang yang Anda sukai enggan menerima cinta Anda. Anda benar-benar bodoh dan tidak punya otak."

"Kau .. ! Kau ..! Ka—"

"Cukup, waktu habis. Sekarang silahkan pergi melewati pintu tadi dan lupakan semua kejadian hari ini. Senang bisa melayani Anda," kata Ryby sembari mengulas senyum tipis. Namun, Isy tidak dapat melihat lengkungan tersebut karena topeng merah Ryby yang menyembunyikannya. Akhirnya, sebelum Isy dapat membuka mulut, dia sudah berjalan pergi ke arah pintu dan menutupnya dengan emosi meluap-luap tanpa alasan, seakan-akan dia tidak pernah marah pada Ryby.

Ryby menggeleng pelan, kemudian beranjak dan membawa langkah kakinya pergi ke pintu lain yang menghubungkan dia dengan jalanan berbeda. Rumah Ryby berada di sebuah jalanan sempit, berada di kota Revised, di wilayah Moregan yang berada di kerajaan Thesarant. Revised adalah kota kecil tempat penduduk miskin dan rakyat biasa tinggal. Selain menjadi peramal gadungan yang menghasilkan sedikit uang, Ryby juga bekerja di sebuah tavern—tempat makan dan minum—milik seorang lelaki tua bernama Jarrot.

Jalan-jalan yang sempit terbentuk dari batu-batu keras yang telah dihaluskan dengan merata hingga dapat dipijaki dengan nyaman. Di sisinya, diisi oleh rumah-rumah yang terbuat dari material kayu, bersusun menjadi dua sampai tiga lantai dengan letak tidak beraturan. Udara di sini dingin, tetapi masih cukup nyaman. Di setiap sudut, ada sebuah tavern bagi para pencari koin yang sudah kelaparan setelah menghabiskan seluruh tenaga selama seharian. Suasana jalanan cukup ramai, sehingga Ryby dapat merasakan berbagai macam suasana darinya. Bagi orang yang memiliki penghasilan lebih banyak ataupun pedagang yang memiliki tempat makan, akan memasang sebuah lentera di atas atapnya untuk penerangan jalan. Sementara jika di hitung dengan dua tangan, hanya ada beberapa lampu saja yang tergantung di atap rumah orang-orang.

THE WIZARDWhere stories live. Discover now