36

26 4 0
                                    

Setelah bernegosiasi bersama Karma, mereka berdua telah mendapat sebuah kesepakatan. Yaitu, Karma akan membantu Ryby untuk bertahan hidup, sedangkan Ryby akan berusaha untuk tidak mati. Yah, benar, setidaknya untuk sekarang.

"Baiklah, kau pandu aku dan arahkan aku ke sebuah pemukiman yang dekat. Kau bisa, 'kan?"

'Kau kira aku ini penerawang?!'

Ryby mendecak, "Kan, katanya kau bisa menggunakan kekuatanku untuk sementara!"

Karma balik mendecih di dalam pikirannya. 'Aku pikir aku terlalu berlebihan menilaimu sebagai salah satu bagian dari ibuku.'

"Sudahlah, langsung intinya saja! Sekarang ini keadaan genting!"

'Oke, akan aku jelaskan sekali, jadi dengarkan baik-baik. Pertama aku tidak bisa mendeteksi pemukiman atau semacamnya. Aku hanya bisa mendeteksi melalui pikiran. Kau tahu kekuatanmu yang aneh dan langka ini, 'kan? Pikiran. Emosi. Jiwa.'

"Lanjutkan," kata Ryby.

'Dan semenjak aku menggunakan kekuatanmu ini, aku tahu betapa bodohnya kau. Jangan potong aku. Apa kau tidak tahu berapa banyak orang yang sedang mengikutimu? Entah mereka ingin membunuhmu atau apa, ada yang berperang satu sama lain, ada yang hanya memantaumu, dan aku tidak bisa tahu mereka dari sisi yang mana."

"K-kau serius?" tanya Ryby terbata-bata.

'Huh, aku bisa menghitung ada 7 sampai 8 manusia yang terbilang memiliki kemampuan bertarung yang diatas rata-rata. Alasan kenapa kau tidak mampu melakukannya seperti aku karena kau hanya mampu mengendalikan kekuatanmu dalam jangka yang kecil.'

"Ini gila, sepertinya aku memang harus berlatih bertarung. Aku sudah lelah nyawaku terombang-ambing demi mandat ibumu." Ryby menendang batu yang menghalangi jalannya dengan ekspresi muak dan kesal.

Karma di dalam pikirannya mendecih malas, lantas dia berkata, 'Kalau tidak ada ibuku, kau mana bisa berkata seperti itu.'

"Astaga, aku hanya ingin mengeluh, tidak bisakah kau memberiku ruang untuk diriku sendiri?"

'Mengeluh hanya akan membuatmu terlihat semakin menyedihkan. Jadi, jalani saja hidupmu yang menyedihkan.'

Ryby tidak habis pikir pada empati yang dimiliki Karma pada dirinya. Sepertinya keputusan untuk bekerja sama dengan dia akan membuat dirinya terlihat makin menyedihkan.

"Aku sudah tahu itu, kau memang asli saudara beda zaman Kairos. Mulut kalian sama-sama tajam."

'Karhzain dan aku masih belum ada apa-apanya. Tunggu saja sampai kau melihat ayah kami.'

Ryby menekuk alisnya saat mendengar kalimat Karma. Rasanya seperti ada yang salah, tetapi dia tidak tahu dimana letaknya. Karena itu, dia lebih memilih untuk terus berjalan daripada membalasnya.

'Bersiaplah, ada sekitar 2 orang yang akan datang. Mereka kuat.'

"Apa?! Kenapa kau beritahu aku secara tiba-tiba?!" teriak Ryby frustasi.

Karma menghela napas pelan mendengarnya. 'Kalau kau terus berbicara seperti itu, mereka akan melihatmu sebagai orang gila.'

Ryby mendecak, "Sungguh merepotkan!"

Baru saja terlintas dalam pikiran Ryby untuk kabur, tetapi para lelaki yang diingatkan Karma sudah ada di depannya. Tanpa bisa melakukan apapun, Ryby hanya dapat terdiam kaku di depan mereka.

Namun yang aneh, para lelaki ini memakai sebuah tudung untuk menutupi wajahnya.

"H-halo ..?"

Lelaki yang memiliki mata merah membuka penutup wajahnya terlebih dulu. Ryby mengucap syukur saat dia bukanlah tiga lelaki yang membawanya bersama Diana tempo lalu. Akan tetapi, Ryby bisa merasakan sesuatu darinya, sesuatu yang asing tapi dia mengetahuinya.

THE WIZARDWhere stories live. Discover now