35

42 5 2
                                    

Ryby mengadu pelan ketika merasakan sesuatu yang berat berada di kakinya. Pelan-pelan dia membuka kelopak matanya dan merasakan sesuatu di bibirnya.

Ruangan itu gelap, berdebu, dan ... bau. Sepertinya dia tahu dimana dia berada. Yaitu disebuah ... kereta pengangkut barang.

"Ugh ... " Diana melenguh ketika merasakan goyangan dari kereta.

"Hya, bwahusla hwo ksaha, hahkiu whewa Hau," kata Ryby.

Diana menatapnya dengan aneh, lantas mengerti kenapa tiba-tiba gadis itu berbicara dengan bahasa asing. Di mulut mereka berdua, ada kain yang diikat sehingga mereka tidak dapat berbicara dengan jelas. Kaki dan tangan mereka pun juga diikat sedemikian rupa.

Menggunakan sikunya, Ryby berusaha membuka jendela kereta tersebut yang menampakkan langit malam. Menurut Ryby, saat ini kereta sedang melewati hutan belantara yang gelap dilihat dari kawasannya.

"Hheh! Henhakan!" seru Diana sambil menempel pada dinding kayu paling depan.

Ryby pun akhirnya mendekat dengan hati-hati agar tidak menimbulkan suara.

"Hehehe! Aku tidak sangka kali ini akan jadi wanita!"

"Kau sudah lihat wajah mereka? Sungguh keberuntungan kita menerima pekerjaan ini."

"Aku tidak sabar mencicipi keduanya. Apakah kita masih jauh dari persembunyian?"

Ryby dan Diana sama-sama meneguk ludahnya. Persamaan yang dimiliki keduanya adalah, mereka hanya gadis biasa diluar teritori mereka. Yang artinya, mereka hanyalah umpan empuk tanpa perlindungan! Mereka mungkin bisa berpikir, tetapi tidak untuk berkelahi!

"Apa kau yakin itu tidak apa-apa ... ? Masalahnya bos adalah ... ?"

"Ck! Jangan takut! Kau lihat salah satunya sudah punya tanda 'kan?! Dia pasti sudah bersuami dan yang satunya kita bisa buat alasan! Jadi jangan khawatir. Kapan lagi bisa menikmati gadis bangsawan yang cantik!"

Ketika kereta mulai melalui jalan batuan yang sedikit terjal, Ryby mulai berjalan kebelakang dan mendobrak pintu kereta. Gadis itu yakin orang-orang yang berada di depan tidak akan menyadarinya ketika dia mulai mencium aroma alkohol yang menyengat.

Diana juga tidak diam saja, dia mengikuti apa yang Ryby lakukan. Akan tetapi, tenaga mereka memang bukan hal yang patut diperhitungkan sehingga sia-sia saja mereka melakukannya.

Ryby yang memutar otaknya, segera membelakangi Diana dan menyuruhnya melepas ikatan mulut dan tangannya. Begitu pula Diana yang tampak setuju dan memilih mengabaikan permusuhan diantara mereka sesaat.

"Sebentar lagi jalannya akan berganti."

Ryby mengangguk dan berkata, "Dalam hitungan ketiga kita dobrak. Satu, dua, tig—"

"Siapa disana!"

Lelaki pertama yang berpenampilan seperti preman menghentikan kereta dan turun. Saat dia mengecek bahwa sanderanya telah kabur, dia segera mengawasi keadaan sekitar. Mirisnya, Ryby dan Diana benar-benar payah dalam urusan fisik sehingga mereka masih terlihat.

"Tangkap mereka!"

Serentak, keduanya berlari dengan sekuat tenaga tanpa menghiraukan kaki telanjang mereka yang tersapu kayu-kayu hutan pada malam itu.

"Hei, hei, tidak bisa begini! Mereka terlalu cepat!" seru Diana dengan panik yang kentara.

Ryby tidak tahu mengapa dia bisa terjebak di situasi seperti ini. Dia pun juga kebingungan ketika melihat bayi palsunya yang ikut menghilang. Ryby sangat takut jika rubah itu akan mati, namun mungkin dia bisa memikirkan itu lain kali.

THE WIZARDWhere stories live. Discover now