27

45 9 3
                                    

Ada tiga orang saksi yang bisa Ryby mintai pertolongan untuk membela Lucian di persidangan.

Diana Brostania, orang yang melihat semuanya sekaligus merencanakannya. Namun, jelas dia adalah pilihan mustahil. Kedua, ada Kairos yang entah mengapa tiba-tiba bekerja sama bersama Diana. Ketiga, ada para pangeran itu sendiri dan Imam Agung yang dapat Ryby mintai pertolongan. Namun, itu juga mustahil.

Dari ketiga pilihan diatas, Ryby hanya akan mendapat bayaran yang lebih buruk atas pertolongan dari dua darinya. Yaitu, dia akan dicap sebagai seorang Lady yang mencuri pria, atau Lady genit. Alasan itu sudah cukup untuk membuat Ryby enggan. Dia tidak ingin terlibat terlalu jauh bersama para orang-orang itu.

Namun, ada pilihan terakhir.

Para Lady yang melayani Diana pada saat itu.

Ruby yakin seratus persen bahwa mereka adalah seorang penjilat yang mementingkan keuntungan diri mereka sendiri. Jika begitu, Ryby berarti sudah menemukan kelemahan mereka, dan itu sudah cukup untuk membuat mereka membantunya, meski caranya mungkin agak ceroboh.

"Tom? Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Vridian ketika melihat Tom di kediaman Biulen.

Tom tersenyum, "Oh, aku dengar kau sekarang bekerja di sini. Berhubung aku rindu, jadi aku ingin melihatmu!"

Vridian mengkerutkan dahi, merasa tidak suka dengan kehadirannya. "Kau tidak diundang pergilah, aku muak melihat wajahmu!"

"Aduh, Nona manis ini, kalau kau marah-marah kecantikanmu nanti luntur, loh!" seru Tom sambil berjalan maju hendak masuk.

Vridian merentangkan tangannya di pintu. "Kau dilarang masuk!"

"Ck, jang—"

Kalimat Tom terpotong saat dia melihat Ruby yang turun dari kereta kuda dengan penampilan yang sudah ... berantakan. Rambutnya sudah terurai dan ada darah diwajahnya yang mengering. Sudut bibir kirinya sobek dan hidungnya memiliki sedikit luka, sementara itu dibagian sudut matanya terdapat lebam biru.

"Uh, penampilan Lady ini membuatku agak terpesona," gumam Tom di sebelahnya.

Vridian mendelik padanya dan mendekat kearah Ryby. Akan tetapi Ryby mengangkat sebelah tangannya pada Vridian dan berjalan masuk dengan langkah tergesa.

Tom dan Vridian saling berpandangan, melemparkan tatapan kebingungan.

"Ada apa dengannya?"

Beberapa detik kemudian, Ryby melangkah mundur kembali pada keduanya.

Ryby menatap mereka berdua dengan intens selama beberapa detik, lalu maju selangkah tiba-tiba. Keduanya tersentak dan mundur, merasa semakin bingung dengan sikap Ryby.

"A-ada apa, Non—?"

"Apa kalian sepasang kekasih?" potong Ryby.

Vridian merasa tambah bingung, lalu segera menggeleng kuat-kuat. "Kami bukan!"

Ryby tak mengindahkannya dan menarik kerah Tom, sehingga lelaki itu terpaksa untuk merunduk dan wajah mereka saling berhadapan dalam tinggi yang sama. Ryby memicingkan matanya sambil menilin setiap lekukan yang terpahat di wajah Tom.

"Kalau ingin perhatianku tidak begini caranya, Lady," ucap Tom sambil menyeringai.

Ryby menyeringai kembali, dan mendorong Tom untuk mundur. "Benar, memang begini yang aku butuhkan."

"Sebenarnya apa maksud Anda, Nona?" tanya Vridian.

Ryby berkata sambil mendekat kearah Vridian. "Aku butuh kalian, untuk melakukan hukuman."

THE WIZARDWhere stories live. Discover now